Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aprilia Fatmah Ariestiani
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji representasi nasionalisme pada peristiwa Gwangju Uprising yang ditunjukkan dalam film Taeksi Unjeonsa. Taeksi Unjeonsa adalah salah satu film terlaris di Korea Selatan karya Sutradara Jang Hoon yang dirilis pada tahun 2017. Film ini mengangkat kisah tentang seorang sopir taksi dan reporter asal Jerman yang bekerjasama dalam mengungkap fakta mengenai gerakan Gwangju Uprising di tahun 1980. Gwangju Uprising merupakan salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah Korea Selatan karena menjadi langkah awal bagi kemajuan sistem demokrasi di negeri tersebut. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana representasi nasionalisme pada peristiwa Gwangju Uprising yang digambarkan dalam film Taeksi Unjeonsa. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif dan menggunakan teori nasionalisme dan representasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap masyarakat Korea Selatan dalam film Taeksi Unjeonsa sudah merepresentasikan nasionalisme dilihat dari pendekatan reflektif. Adegan dan dialog dalam film ini menunjukkan adanya aspek-aspek nasionalisme yaitu rela berkorban, mengutamakan persatuan dan kesatuan, cinta tanah air, serta berjiwa pembaharu dan tidak kenal menyerah. ......This research aims to examine the representation of nationalism shown in the movie Taeksi Unjeonsa during Gwangju Uprising. Taeksi Unjeonsa is one of the best-selling movies in South Korea directed by Jang Hoon in 2017. This movie tells the story about a taxi driver and a reporter from Germany who teamed up to expose facts about Gwangju Uprising in 1980. Gwangju Uprising is one of the most important events in the history of South Korea because it is the first step in the progress of democratic system there. This research discusses about how representation of nationalism during Gwangju Uprising potrayed in the movie Taeksi Unjeonsa. This research was conducted with a qualitative descriptive method and used the theory of nationalism and representation. The results shows that based on a reflective approach, South Korean`s behaviour in the movie has represented nationalism. The scenes and dialogs in this film shows the aspects of nationalism such as the willing to sacrifice, prioritizing the national unity, love for the nation, having the spirit of a reformer and doesn`t give up easily.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Vanessa Kholisotun Hasanah Suherman
Abstrak :
Representasi sejarah dalam film-film sejarah merupakan cara penulis menggambarkan atau menceritakan bagian tertentu dari peristiwa-peristiwa sejarah. Lewat film sejarah, para pembuat film dapat memperkenalkan berbagai perspektif yang berbeda tentang suatu peristiwa sejarah. Salah satu sejarah di Korea Selatan yang menarik perhatian para pembuat film dan drama televisi adalah gerakan demokratisasi Gwangju terjadi pada 18 Mei 1980. Peristiwa tersebut melibatkan institusi militer dan warga sipil serta merupakan salah satu titik balik dari perjuangan demokratisasi di Korea Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan representasi agensi militer dalam gerakan demokratisasi Gwangju dalam objek penelitian berupa drama televisi Korea Selatan berjudul Youth of May di tahun 2021. Untuk memahami bagaimana peran agensi militer terutama militer pada peristiwa gerakan demokratisasi Gwangju direpresentasikan dalam drama Youth of May, penulis menggunakan konsep representasi dari Stuart Hall dan Foucault. Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif deskriptif untuk menganalisis data transkrip film berupa dialog, monolog, non-dialog, dan potongan gambar yang ada di dalam drama. Hasil analisis pada drama Youth of May menunjukkan adanya dua bentuk representasi agensi militer dalam gerakan demokratisasi Gwangju, yaitu kekuasaan tidak terbatas yang dimiliki institusi militer dan gerakan demokratisasi menjadi proses yang mengarah pada tragedi. ......Historical representation in historical films is the filmmaker’s way of describing or telling historical events in their works. Through historical films, filmmakers can introduce different perspectives on a historical event. One of the historical events in South Korea that has caught the attention of film and television drama makers is the Gwangju Democratization Movement that occurred on May 18, 1980. This event involved military institutions and civilians and was one of the turning points of the struggle for democratization in South Korea. This study aims to explain the representation of security agencies and the government in the Gwangju Democratization Movement in the object of research, namely one of the South Korean television dramas entitled Youth of May in 2021. To understand how the role of security agencies and the government, especially the military in the events of the Gwangju Democratization Movement is represented in drama Youth of May, the author uses the concept of representation by Stuart Hall and Foucault. This study used a descriptive qualitative analysis method to analyze film transcript data in the form of dialogues, monologues, non-dialogues, and stills in the drama. The results of the analysis in the drama Youth of May show that there are two forms of representation by military agency in the Gwangju Democratization Movement, namely the unlimited power possessed by military institutions and the democratization movement which is a process that leads to tragedy.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library