Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fathia Maisarah
"Latar belakang: Penyakit periodontal merupakan penyakit tidak menular dengan prevalensi tinggi. Gejala paling umum yang terjadi adalah perdarahan periodontal. TikTok merupakan salah satu sosial media dengan perkembangan yang paling signifikan pada saat ini. Sosial media sendiri menjadi platform yang kuat untuk memberikan informasi terkait kesehatan dan konten pendidikan. Tujuan: Untuk menganalisis reliabilitas publikasi, kualitas informasi perawatan, tingkat kejelasan (Understandability) dan tingkat ketindaklanjutan (actionability) video. Metode: Cross sectional yang mengikuti pedoman PRISMA flow diagram berdasarkan konten video TikTok yang diunggah dalam satu tahun terakhir. Semua video dicatat kategori pengunggah video (individu, professional Kesehatan, profit companies), durasi video, kategori durasi video (singkat, sedang, panjang), jumlah hari sejak diunggah, jumlah likes, jumlah komentar, jumlah shares,jumlah views, viewing rate, skor GQS serta tingkat kejelasan dan ketindaklanjutan video berdasarkan skor Patient Education Materials Assesment Tool (PEMAT). Skor GQS merupakan total dari skor DISCERN reliabilitas publikasi dan kualitas informasi perawatan . Hasil : Dari 82 video yang dianalisis, sebanyak 49 video (59,8%) diunggah oleh pengguna profesional. Secara umum, video dikategorikan “buruk” menurut Global Quality Scale dengan nilai mean reliabilitas senilai 20,16. Video yang bersumber dari professional Kesehatan menunjukkan reliabilitas, kualitas informasi perawatan, kejelasan (actionability) dan ketindaklanjutan (actionability) paling tinggi. Namun, komen, shares, dan view terbanyak terdapat pada video TikTok yang diunggah oleh individu (non- profecional).Viewing rate paling tinggi dimiliki oleh video sebuah yang diunggah oleh kategori profit companies, dilanjutkan oleh kelompok individu, dan kemudian diikuti oleh profeisonal kesehatan. . Ketidaklengkapan diamati karena seluruh video tidak menyebutkan sumber informasi yang disajikan dan tidak memberikan referensi kepada pengguna untuk mencari informasi tambahan tentang perawatan gusi beradarah. Kualitas informasi terbaik ditemukan pada video berdurasi panjang, disusul dengan video berdurasi sedang, dan kemudian video berdurasi pendek, namun durasi video tidak mempengaruhi jumlah likes, komen, views, viewing rate, kejelasan (understandability) , maupun tingkat ketindaklanjutan (actionability). Kesimpulan: Video perawatan gusi berdarah yang baik adalah yang diunggah oleh professional kesehatan, namun video yang memiliki jumlah likes, views, komen, shares, dan viewing rate yang tinggi berasal dari kelompok non-profesional (individual dan profit companies) sehingga diperlukan adanya kolaborasi dari ketiga kategori pengunggah untuk menghasilkan video dengan kualitas informasi yang lebih baik dan lebih menarik untuk dilihat dan standar penilaian khusus untuk pembuatan konten kesehatan.

Background: Periodontal disease is a non-communicable disease with a high prevalence. The most common symptom that occurs is periodontal bleeding. TikTok is one of the social media platforms with the most significant developments at the moment. Social media itself is a powerful platform for providing health-related information and educational content. Purpose: To analyze the reliability of publication, the quality of maintenance information, the level of clarity (understandability), and the level of follow-up (actionability) of the video. Method: cross-sectional following the PRISMA flow diagram based on TikTok video content uploaded in the past year. All videos record the video uploader category (individual, health professional, for-profit company), video duration, video duration category (short, medium, long), number of days since uploaded, number of likes, number of comments, number of shares, number of views, view rate, GQS scores, and video clarity and followability levels based on Patient Education Material Assessment Tool (PEMAT) scores. The GQS score is the sum of the DISCERN scores for publication reliability and quality of care information. Results: Of the 82 videos analyzed, 49 videos (59.8%) were uploaded by professional users. In general, videos are considered "poor" on the Global Quality Scale with a mean reliability score of 20.16. Videos sourced from health professionals show the highest reliability, quality of care information, clarity (actionability), and follow-up (actionability). However, the most comments, shares, and views are on TikTok videos uploaded by individuals (non- professionals). Videos uploaded by profit companies have the highest viewing rate, followed by individual groups, and finally by health professionals. Incompleteness is monitored because the entire video does not mention the source of the information presented and does not provide references for users to find additional information about bleeding gums services. The best quality of information is found in long videos, followed by medium videos, and then short videos, but the video duration does not affect the number of likes, comments, views, viewing rate, understandability, or actionability. Conclusion: Good videos for treating bleeding gums are uploaded by health professionals, but videos that have a high number of likes, views, comments, shares, and viewing rates come from non-professional groups (individuals and profit companies), so collaboration from the third category of uploaders is needed to produce videos with better information quality that are more interesting to view and that meet specific standards for health content creation"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rhaina Kirana Arishanti
"Latar Belakang: Media sosial digunakan oleh sebagian besar remaja sebagai salah satu sumber informasi kesehatan oral, salah satunya masalah gusi berdarah. Tujuan: Mengetahui hubungan penggunaan media sosial mengenai gusi berdarah dengan literasi kesehatan mulut pada murid SMA di DKI Jakarta. Metode: Studi potong lintang pada 500 murid kelas X SMA di DKI Jakarta pada bulan Agustus hingga September 2022 menggunakan kuesioner daring berisi 68 pertanyaan. Digunakan uji korelasi Spearman. Penilaian kualitas studi dilakukan berdasarkan panduan STROBE yang terdiri dari 22 domain. Hasil: Mayoritas murid kelas X SMA melakukan pencarian informasi gusi berdarah di Youtube (43%) dan Instagram (33,4%) dan terdapat perbedaan bermakna skor literasi kesehatan mulut antara mereka yang pernah melakukan pencarian informasi gusi berdarah di kedua platform tersebut dengan mereka yang tidak pernah. Selain itu, terdapat korelasi positif lemah (r = 0,148 (Instagram); r = 0,090 (Twitter); r = 0,153 (Youtube); r = 0,110 (Tiktok)) antara frekuensi penggunaan media sosial dalam mencari informasi gusi berdarah dengan tingkat literasi kesehatan mulut. Kesimpulan: Edukasi kesehatan gigi dan mulut melalui platform media sosial dapat dijadikan pertimbangan, mengingat banyaknya remaja yang memiliki dan menggunakan media sosial secara aktif. Namun, perlu diperhatikan pula mengenai kualitas dan kredibilitas informasi kesehatan gigi dan mulut yang tersedia di media sosial

Background: Social media is used by most of adolescents as a source of oral health information, for example gum bleeding. Objectives: To determine the relationship between social media use about gum bleeding and oral health literacy among high school students in Jakarta. Methods: A cross-sectional study of 500 of 10th grade high school students in Jakarta from August to September 2022 using an online questionnaire containing 68 questions. Spearman correlation was used. The study quality assessment was carried out based on the STROBE guidelines consisting of 22 domains. Results: Most 10th grade high school students searched information about gum bleeding in Youtube (43%) dan Instagram (33,4%) and there are significant differences in oral health literacy score between those who have ever searched information about gum bleeding on both platform and those who have never. Furthermore, there are weak positive correlations (r = 0,148 (Instagram); r = 0,090 (Twitter); r = 0,153 (Youtube); r = 0,110 (Tiktok)) between frequency of social media use in searching information about gum bleeding and oral health literacy score. Conclusions: Dental and oral health education through social media platforms can be considered, given that there are most of adolescents who own and use social media actively. However, it is also necessary to pay attention to the quality and credibility of dental and oral health information available on social media."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library