Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 126 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sunario Waluyo
Jakarta: Pusat pengembangan agribisnis, 1979
330.9 SUN p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yayat Karyana
"Pada tahun 1995 telah mulai diperkenalkan oleh Ananta dan Anwar suatu pengukuran migrasi yang relatif Baru untuk kasus di Indonesia yaitu indeks migrasi atau GMR (Gross Migra-Production Rate) yang merupakan penjumlahan dari ASMR (Age Specific Migration rate). Ada 2 jenis indeks migrasi yaitu indeks migrasi keluar atau GOMR (Gross Out Migra-Production rate) dan indeks migrasi masuk atau GIMR (Gross In-Migra-Production Rate). Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 1980 dan 1990, Ananta dan Anwar (1995) menghitung indeks migrasi keluar (GOMR) dan indeks migrasi masuk (GIMR) per propinsi.
Indeks migrasi keluar (GOMR) per propinsi belum melihat tujuan propinsi migran, dan indeks migrasi masuk per propinsi belum melihat asal propinsi migran. Indeks migrasi yang dapat melihat asal propinsi dan tujuan propinsi migran sekaligus adalah indeks migrasi antar propinsi.
Dalam tesis ini mencoba membuat proyeksi indeks migrasi antar propinsi di Indonesia untuk tahun 1990-1995. Proyeksi indeks migrasi yang dimaksud adalah proyeksi indeks migrasi keluar antar propinsi penduduk laki-laki, proyeksi indeks migrasi keluar antar propinsi penduduk perempuan, proyeksi indeks migrasi masuk antar propinsi penduduk laki-laki dan proyeksi indeks masuk antar propinsi penduduk perempuan.
Untuk dapat membuat proyeksi tersebut data yang diperlukan adalah : 1) Banyak migran keluar (total) per propinsi menurut kelompok umur dan jenis kelamin dari Sensus Penduduk 1980 dan 1990, 2) Banyak migran keluar dari satu propinsi ke propinsi lainnya menurut jenis kelamin dari Sensus Penduduk 1980 dan 1990, dan 3) ASOMR dan ASIMR per propinsi menurut jenis kelamin tahun perode 1975-1980 dan 1985-1990.
Dengan adanya data tersebut di atas metoda proyeksi yang dicoba diajukan oleh penulis dengan langkah-langkahnya adalah:
1. Proyeksi banyak migran keluar per propinsi tahun 1990-1995 yang berumur 5 tahun ke atas
2. Proyeksi banyak migran keluar per propinsi tahun 1990-1995 yang berumur 0-4 tahun
3. Proyeksi banyak migran keluar dari propinsi a menurut kelompok umur tahun 1990-1995
4. Menghitung distribusi proporsi migran keluar dari propinsi a ke propinsi-propinsi lainnya
5. Proyeksi banyak migran keluar antar propinsi untuk kelompok umur u tahun 1990-1995
6. Proyeksi Indeks Migrasi.
Suatu proyeksi hanya akan benar (terjadi) jika dan hanya asumsi yang diajukan benar-benar terjadi. Di sini asumsi yang diperlukan adalah sebagai berikut :
1. Banyak migran keluar dari tiap propinsi ke luar negeri sedikit sekali. Asumsi ini diperlukan karena dari hasil pengolahan baik oleh BPS ataupun Lembaga Demografi FE UI tidak ada datanya. Kalaupun kenyataannya ada, diharapkan jumlah migran keluar selama periode 1990-1995 sedikit dibanding dengan jumlah migrasinya.
2. Angka pertumbuhan banyak migran keluar per propinsi menurut jenis kelamin pada tahun periode 1990-1995 mengikuti angka pertubuhan pada periode sebelumnya.
3. Pola distribusi migran keluar dari satu propinsi ke 26 propinsi lainnya, dan Pola distribusi migran keluar menurut kelompok umur pada tahun periode 1990-1995 mengikuti pola pada tahun periode sebelumnya, serta Pole distribusi migran keluar menurut kelompok umur mengikuti totalnya.
Dari hasil proyeksi antara lain dapat disimpulkan bahwa :
1. Asal dan tujuan migran dari dan ke propinsi-propinsi belum merata, yang mencerminkan masih terkonsentrasinya ke beberapa propinsi saja.
2. Meskipun DKI Jakarta tidak lagi selalu jadi tujuan utama migran, namun ternyata propinsi-propinsi di pulau Jawa masih mempuyai indeks migrasi masuk yang besar.
3. Indeks migrasi penduduk perempuan tidak selalu lebih rendah dari pada indeks migrasi penduduk laki-laki, baik untuk indeks migrasi keluar maupun untuk indeks migrasi masuk."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Indah Nikensari
"Kebijakan pengurangan jumlah subsidi BBM dan Listrik dalam APBN 2001 oleh Pemerintah Indonesia membawa konsekuensi pada kenaikkan harga BBM dan Listrik. Meskipun harga BBM dan Listrik selalu mengalami kenaikkan dari tahun ke tahun, akan tetapi kenaikkan harga pada tahun 2001 ini lebih banyak disebabkan oleh penurunan jumlah subsidi dalam APBN, setelah sejak tahun anggaran 1997/1998 sampai dengan tahun anggaran 2000 jumlah subsidi BBM terus mengalami peningkatan akibat naiknya biaya pengadaan. Atas rekomendasi IMF, sehubungan dengan pencairan paket bantuan dan negara-negara donor yang tergabung dalam CG1 kepada Indonesia, subsidi BBM & Listrik direkomendasikan segera dihapus supaya ada efisiensi pada APBN. Rencana penghapusan jumlah subsidi BBM dan Listrik dalam APBN direncanakan secara bertahap dan akan berakhir pada tahun 2004.
Pengurangan jumlah subsidi membawa dampak multiplier yang sangat luas pada perekonomian, termasuk pada PDB. Hal ini ditunjukkan oleh hasil simulasi dengan model INDECGE dengan tahun dasar 1998, yang menyatakan bahwa dalam jangka pendek adanya kenaikkan harga energi masih memberikan dampak positif pada kenaikkan PDB Sektoral maupun PDB Pengeluaran dengan prosentase yang menurun, akan tetapi dalam jangka panjang kenaikkan harga energi akan memberikan dampak negative pada PDB semua sektor, kecuali pada sektor yang masih ada subsidinya, dengan cacatan kondisi perekonomian saat itu tidak ada peningkatan dari kondisi tahun dasar 1998. Dampak negatif pada PDB Pengeluaran jika kondisinya belum berubah lebih baik, adaiah bahwa selain Konsumsi. Pemerintah, semua variabel pada PDB Pengeluaran seperti Konsumsi Rumah Tangga, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), Stok Inventori, Ekspor serta Impor akan mengalami penurunan."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T20585
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Cultured sporophytic thalli of Undaria pinnatifida were collected at different periods of the year from Okkirai Bay, northeastern Japan
.."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Walid Hamidi
"Ukuran keberhasilan suatu pembangunan tidaktah dilihat dari ukuran
pertumbuhan ekonomi semata-mata, namun juga dilihat dari pembangunan kualitas
sumber daya manusianya. Pembangunan manusia dapat diartikan sebagai suatu proses
untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki oleh manusia. Diantara berbagai
pilihan itu adalah berumur panjang dan sehat yang dapat ditunjukan antara lain oleh
usia harapan hidup, berilmu pengetahuan yang dapat ditunjukan oleh tingkat
pendidikan, mempunyai akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat
hidup layak yang ditunjukan oleh keterbukaan di berbagai bidang.
Isu pcningkatan kualitas sumber daya manusia telah menjadi topik
perbincangan hangar dewasa ini di Indonesia. Isu tersebut antara Iain dengan adanya
tuntutan anggaran pendidikan 20% dari APBN. Propinsi DKI Jakarta sebagai ibu kota
negara, yang juga sekaligus sebagi barometer propinsi-propinsi lain telah
menganggarkan anggaran pendidikan lebih dari 20% dari APBD nya Produk domestik regional bruto (PDRB) yang tinggi di DKI Jakarta, yang
merupakan hasil dari kineda ekonomi Pemerintah daerah merupakan modal dalam
membangun kualitas sumber daya manusia di DKI Jakarta. Namun sebagai lbukota
negara, yang juga sekaligus sebagai pusat kegiatan ekonomi, Jakarta telah menarik
arus urbanisasi dari daerah-daerah lainnya. Kaum urban yang tidak semuanya siap
dengan lapangan pekerjaan yang ada, telah menyebabkan munculnya kantong-
kantong kemiskinan di DK] Jakarta.
Penelitian ini ingin coba melihat pengaruh kinerja perckonomian daerah yang
diukur dengan PDRB per kapita, perhatian pemerintah daerah terhadap upaya
peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dilihat dari besarnya anggaran untuk
sektor pendidikan, serta tingkat kemiskinan, terhadap kualitas sumber daya manusia
yang diukur dengan rata-rata lama tahun sekolah (MYS). Dengan menggunakan data
sekundcr dari publikasi BPS DKI Jakarta, kantor PEMDA DKI Jakarta. Sampel yang
digunakan adalah 5 kotamadya dan l kabupaten di propinsi DKI Jakarta dari tahun
2002 - 2007.
Dengan menggunakan model data panel, dan replikasi model dari penelitian
Lee (l996) di Korea Selatan, serta pcnelitian Bcrlian (2006) untuk kasus propinsi-
propinsi di Indonesia. Dari hasil analisa regresi, diketahui PDRB per kapita dan
anggaran pendidikan berpengaruh positif dan signitikan terhadap tingkat pendidikan
penduduk. Sedangkan tingkat kcmiskinan bcrpcngaruh ncgatif dan signifikan
terhadap tingkat pendidikan pencluduk. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T34017
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fadli Hanafi
"The capital consists management of saving and investment (as the proxy of savings and loans), FDI, and DDI and is important production factors. The contribution of management of savings and investment are estimated using panel regression and Generalized Method of Moment (GMM) and also series regression. The results show that management of savings and investment has significant effect on economic growth with the respective negative and positive effects. Moreover, FDI, DDI, Labor by Sector (SMA), and Population Growth also play a significant role on growth with distinctive coefficient describing respective effects for each variable on growth. Furthermore, sector-specific analysis gives very dynamic effects on growth in the case of Indonesia. In order to identify long-run bidirectional relationship between variables, we employ Granger Causality Test using Vector Error Correction Model (VECM). As presented in the result and analysis, no variables performing bidirectional relationship in the long-run."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S53249
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Tristiyanti
"ABSTRAK
Latar belakang : Sindrom Down merupakan penyakit genetik yang dapat
menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik, bahasa, kognitif, dan
psikososial. Periode perkembangan anak dalam tiga tahun pertama kehidupan
sangat penting, karena merupakan dasar untuk hasil perkembangan selanjutnya.
Sampai saat ini belum dilakukan penelitian yang menghubungkan kemampuan
motorik pasien sindrom Down dengan faktor-faktor yang memengaruhinya.
Mengingat prevalensi anak sindrom Down yang cukup banyak di Indonesia, dan
belum didapatkan data tersebut maka penelitian dilakukan pada anaksindrom Down
sehingga anaksindrom Down mendapatkan hasil optimal dari program intervensi
yang dijalankan
Tujuan : Mengetahui karakteristik pertumbuhan dan perkembangan motorik anak
sindrom Down serta faktor yang memengaruhi tingkat perkembangan motorik kasar
untuk menentukan kemampuan anak, kebutuhan terapi dan meningkatkan kualitas
pelayanan.
Metode: Studi potong lintang deskriptif dan analitik selama Agustus sampai
September 2015 pada 103 anak sindrom Down usia 6 bulan - 3 tahun di Poli Anak
dan Poli Rehabilitasi medic Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Data
orang tua didapat dari autoanamnesis dan pencarian rekam medis, data
antropometrik berupa beratbadan, tinggi badan dan lingkar kepala diplot pada kurva
pertumbuhan khusus anak sindromDown, perkembangan motorik kasar dinilai
berdasarkan milestone khusus anak sindrom Down.
Hasil penelitian : Sejumlah 103 subjek (56 laki-laki, 47 perempuan) memenuhi
kriteria inklusi. Median subjek adalah 12 bulan. Jumlah subjek yang mengalami
gizi baik dan gizi kurang hampir sama. Mikrosefali dialami oleh sebagian kecil
subjek 10 (9,6%). Anak sindrom Down dengan tipe klasik ditemukan pada sebagian
besar pasien sebanyak 99 (96%) dan tipe translokasi sebanyak 4 (3,9%).
Keterlambatan motorik ringan dialami oleh 69,2% subjek, keterlambatan motorik
sedang 16,3%, dan keterlambatan motorik ringan 13,5%. Hasil analisis multivariate
memperlihatkan faktor risiko yang berhubungan dengan keterlambatan motorik
adalah lingkar kepala (p=0,011; OR 6,852; IK95% 1,565-30,038), riwayat asfiksia
(p=0,009; OR 4,033; IK95% 1,427-11,4), dan frekuensi program stimulasi
(p=0,006; OR 3,845; IK95% 1,460-10,125).
Kesimpulan : Lingkar kepala, riwayat asfiksia, dan frekuensi program stimulasi
merupakan faktor risiko keterlambatan perkembangan motorik anak sindromDown.ABSTRACT
Background : Down Syndrome is one of genetics disease that could cause delayed
motoric, language, cognitive, and psycho-social development. Development of the
first three years of life is crucial, because it is a basic for further development. Until
recently, there are not study which conducted to correlates motoric capabilities
Down Syndromes patients to factors that interfere its. In Indonesia, prevalence of
child with Down Syndromes is quite high, there are no data depicted that
correlation;hence, this study was conducted in child with Down Syndromes so that
they obtained optimal outcome from intervention program conducted.
Aim: To know characteristics of motoric growth and development in children with
Down Syndromes and factors interfere degree of gross motoric development which
to determine children?s capability, needs therapy, and improves quality of service.
Methods : A descriptive cross-sectional study was conducted to 103 children with
Down Syndromes aged 6 months ? 3 years old in Pediatrics Outpatient Clinics and
Medical Rehabilitation Outpatient Clinics of Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
(RSCM) during August to September 2015. Data were obtained by their parents
(auto-anamnesis) and medical records, anthropometric data comprised body
weight, body height, and head circumference which were plotted to special growth
curve of children with Down Syndromes, gross motoric developments were
assessed by special milestone of children with Down Syndromes.
Results : One hundred and three subjects were fulfilled as inclusion criterions.
Median subject was twelve months. Amount of subjects with good nutrition and
malnutrition were equal. Subjects with microcephaly were 10 (9.6%). Children with
classical type of Down Syndromes were 99(96%) and translocation type were
4(3.9%). Children with mild motoric development were 69.2%, intermediate
motoric development were 16.3%, and severe motoric development were 13.5%.
Multivariate analysis showed risk factors correlates to motoric development were
head circumference (p=0,011; OR 6,852; CI 95% 1,565-30,038), history of
asphyxia (p=0,009; OR 4,033; CI 95% 1,427-11,4), and frequency of stimulation
programs (p=0,006; OR 3,845; CI95% 1,460-10,125).
Conclusion : Head circumference, history of asphyxia, and frequency of
stimulation programs were risk factors of motoric development in children with Down Syndromes. ;Background : Down Syndrome is one of genetics disease that could cause delayed
motoric, language, cognitive, and psycho-social development. Development of the
first three years of life is crucial, because it is a basic for further development. Until
recently, there are not study which conducted to correlates motoric capabilities
Down Syndromes patients to factors that interfere its. In Indonesia, prevalence of
child with Down Syndromes is quite high, there are no data depicted that
correlation;hence, this study was conducted in child with Down Syndromes so that
they obtained optimal outcome from intervention program conducted.
Aim: To know characteristics of motoric growth and development in children with
Down Syndromes and factors interfere degree of gross motoric development which
to determine children?s capability, needs therapy, and improves quality of service.
Methods : A descriptive cross-sectional study was conducted to 103 children with
Down Syndromes aged 6 months ? 3 years old in Pediatrics Outpatient Clinics and
Medical Rehabilitation Outpatient Clinics of Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
(RSCM) during August to September 2015. Data were obtained by their parents
(auto-anamnesis) and medical records, anthropometric data comprised body
weight, body height, and head circumference which were plotted to special growth
curve of children with Down Syndromes, gross motoric developments were
assessed by special milestone of children with Down Syndromes.
Results : One hundred and three subjects were fulfilled as inclusion criterions.
Median subject was twelve months. Amount of subjects with good nutrition and
malnutrition were equal. Subjects with microcephaly were 10 (9.6%). Children with
classical type of Down Syndromes were 99(96%) and translocation type were
4(3.9%). Children with mild motoric development were 69.2%, intermediate
motoric development were 16.3%, and severe motoric development were 13.5%.
Multivariate analysis showed risk factors correlates to motoric development were
head circumference (p=0,011; OR 6,852; CI 95% 1,565-30,038), history of
asphyxia (p=0,009; OR 4,033; CI 95% 1,427-11,4), and frequency of stimulation
programs (p=0,006; OR 3,845; CI95% 1,460-10,125).
Conclusion : Head circumference, history of asphyxia, and frequency of
stimulation programs were risk factors of motoric development in children with Down Syndromes. ;Background : Down Syndrome is one of genetics disease that could cause delayed
motoric, language, cognitive, and psycho-social development. Development of the
first three years of life is crucial, because it is a basic for further development. Until
recently, there are not study which conducted to correlates motoric capabilities
Down Syndromes patients to factors that interfere its. In Indonesia, prevalence of
child with Down Syndromes is quite high, there are no data depicted that
correlation;hence, this study was conducted in child with Down Syndromes so that
they obtained optimal outcome from intervention program conducted.
Aim: To know characteristics of motoric growth and development in children with
Down Syndromes and factors interfere degree of gross motoric development which
to determine children?s capability, needs therapy, and improves quality of service.
Methods : A descriptive cross-sectional study was conducted to 103 children with
Down Syndromes aged 6 months ? 3 years old in Pediatrics Outpatient Clinics and
Medical Rehabilitation Outpatient Clinics of Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
(RSCM) during August to September 2015. Data were obtained by their parents
(auto-anamnesis) and medical records, anthropometric data comprised body
weight, body height, and head circumference which were plotted to special growth
curve of children with Down Syndromes, gross motoric developments were
assessed by special milestone of children with Down Syndromes.
Results : One hundred and three subjects were fulfilled as inclusion criterions.
Median subject was twelve months. Amount of subjects with good nutrition and
malnutrition were equal. Subjects with microcephaly were 10 (9.6%). Children with
classical type of Down Syndromes were 99(96%) and translocation type were
4(3.9%). Children with mild motoric development were 69.2%, intermediate
motoric development were 16.3%, and severe motoric development were 13.5%.
Multivariate analysis showed risk factors correlates to motoric development were
head circumference (p=0,011; OR 6,852; CI 95% 1,565-30,038), history of
asphyxia (p=0,009; OR 4,033; CI 95% 1,427-11,4), and frequency of stimulation
programs (p=0,006; OR 3,845; CI95% 1,460-10,125).
Conclusion : Head circumference, history of asphyxia, and frequency of
stimulation programs were risk factors of motoric development in children with Down Syndromes. ;Background : Down Syndrome is one of genetics disease that could cause delayed
motoric, language, cognitive, and psycho-social development. Development of the
first three years of life is crucial, because it is a basic for further development. Until
recently, there are not study which conducted to correlates motoric capabilities
Down Syndromes patients to factors that interfere its. In Indonesia, prevalence of
child with Down Syndromes is quite high, there are no data depicted that
correlation;hence, this study was conducted in child with Down Syndromes so that
they obtained optimal outcome from intervention program conducted.
Aim: To know characteristics of motoric growth and development in children with
Down Syndromes and factors interfere degree of gross motoric development which
to determine children?s capability, needs therapy, and improves quality of service.
Methods : A descriptive cross-sectional study was conducted to 103 children with
Down Syndromes aged 6 months ? 3 years old in Pediatrics Outpatient Clinics and
Medical Rehabilitation Outpatient Clinics of Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
(RSCM) during August to September 2015. Data were obtained by their parents
(auto-anamnesis) and medical records, anthropometric data comprised body
weight, body height, and head circumference which were plotted to special growth
curve of children with Down Syndromes, gross motoric developments were
assessed by special milestone of children with Down Syndromes.
Results : One hundred and three subjects were fulfilled as inclusion criterions.
Median subject was twelve months. Amount of subjects with good nutrition and
malnutrition were equal. Subjects with microcephaly were 10 (9.6%). Children with
classical type of Down Syndromes were 99(96%) and translocation type were
4(3.9%). Children with mild motoric development were 69.2%, intermediate
motoric development were 16.3%, and severe motoric development were 13.5%.
Multivariate analysis showed risk factors correlates to motoric development were
head circumference (p=0,011; OR 6,852; CI 95% 1,565-30,038), history of
asphyxia (p=0,009; OR 4,033; CI 95% 1,427-11,4), and frequency of stimulation
programs (p=0,006; OR 3,845; CI95% 1,460-10,125).
Conclusion : Head circumference, history of asphyxia, and frequency of
stimulation programs were risk factors of motoric development in children with Down Syndromes. ;Background : Down Syndrome is one of genetics disease that could cause delayed
motoric, language, cognitive, and psycho-social development. Development of the
first three years of life is crucial, because it is a basic for further development. Until
recently, there are not study which conducted to correlates motoric capabilities
Down Syndromes patients to factors that interfere its. In Indonesia, prevalence of
child with Down Syndromes is quite high, there are no data depicted that
correlation;hence, this study was conducted in child with Down Syndromes so that
they obtained optimal outcome from intervention program conducted.
Aim: To know characteristics of motoric growth and development in children with
Down Syndromes and factors interfere degree of gross motoric development which
to determine children?s capability, needs therapy, and improves quality of service.
Methods : A descriptive cross-sectional study was conducted to 103 children with
Down Syndromes aged 6 months ? 3 years old in Pediatrics Outpatient Clinics and
Medical Rehabilitation Outpatient Clinics of Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
(RSCM) during August to September 2015. Data were obtained by their parents
(auto-anamnesis) and medical records, anthropometric data comprised body
weight, body height, and head circumference which were plotted to special growth
curve of children with Down Syndromes, gross motoric developments were
assessed by special milestone of children with Down Syndromes.
Results : One hundred and three subjects were fulfilled as inclusion criterions.
Median subject was twelve months. Amount of subjects with good nutrition and
malnutrition were equal. Subjects with microcephaly were 10 (9.6%). Children with
classical type of Down Syndromes were 99(96%) and translocation type were
4(3.9%). Children with mild motoric development were 69.2%, intermediate
motoric development were 16.3%, and severe motoric development were 13.5%.
Multivariate analysis showed risk factors correlates to motoric development were
head circumference (p=0,011; OR 6,852; CI 95% 1,565-30,038), history of
asphyxia (p=0,009; OR 4,033; CI 95% 1,427-11,4), and frequency of stimulation
programs (p=0,006; OR 3,845; CI95% 1,460-10,125).
Conclusion : Head circumference, history of asphyxia, and frequency of
stimulation programs were risk factors of motoric development in children with Down Syndromes. "
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Harison Citrawan
"In the context past gross human rights violation cases in Indonesia, the President’s constitutional
authority to propose amnesty law might by and large implicate legal and ethical aspects.
Holistically, any forgiveness and oblivion against any human rights violators should consider the
development and the dynamic of international criminal law, which arguably have been directed
to an absolute individual criminal responsibility. Against this issue, this paper finds that based on
legal and ethical arguments, accompanied with various technical preconditions outlined in the
Belfast Guideline on Amnesty and Accountability, an amnesty towards past gross human rights
violators must be taken paradigmatically. Arguably, amnesty proceeding through an independent
ad hoc committee shall be able to challenge Indonesia’s transitional framework, namely: to work
as a historian and a jurist. This suggests that the elements of amnesty, both procedural and
substantial, need to work in the area of deliberative democracy that calls for public participation
and the protection of human rights.
Dalam konteks kasus pelanggaran berat hak asasi manusia (HAM) di Indonesia, kewenangan
Presiden dalam memberikan amnesti dapat berimplikasi pada dua aspek, yakni: legal dan etik.
Secara holistik, pemaafan dan pelupaan terhadap para pelanggar HAM pada masa lalu patut
mempertimbangkan perkembangan dan dinamika hukum pidana internasional, yang mengarah
pada pertanggungjawaban pidana secara absolut. Tulisan ini menyimpulkan bahwa logika
argumentatif secara legal dan etik, serta berbagai prasyarat teknis di dalam Belfast Guideline
on Amnesty and Accountability mengindikasikan bahwa amnesti terhadap pelanggar HAM masa
lalu harus dilakukan secara paradigmatik. Dalam hal ini, proses amnesti melalui komite ad hoc
yang mandiri dapat menjawab dua tantangan dalam kerangka kerja transisional di Indonesia,
yakni: untuk bekerja sebagai sejarawan dan juga praktisi hukum. Dengan demikian, kebijakan
amnesti mengisyaratkan bahwa elemen-elemen amnesti secara prosedural dan substantif wajib
dijalankan dalam area demokrasi deliberatif yang menghendaki adanya partisipasi publik dan
perlindungan terhadap HAM."
University of Indonesia, Faculty of Law, 2016
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Arifuddin
"Putusan Mahkamah Konstitusi atas uji materi UU Nomor 22 Tahun 2001 berimplikasi pada adanya tafsir konstitusional pengelolaan hulu minyak dan gas bumi di Indonesia yakni pada pelaksanaan konsep kepenguasaan negara dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis realitas dan implikasi pelaksanaan sistem fiskal dan kelembagaan pengelola hulu minyak dan gas bumi yang sesuai dengan amanat konstitusi. Penelitian ini menggabungkan metode kualitatif dan kuantitatif. Penggunaan metode kualitatif dilakukan untuk melihat bagaimana realitas pelaksanaan sistem fiskal dan kelembagaan pengelola terhadap penerimaan negara dengan teknik analisis deskriptif. Sementara penggunaan metode kuantitatif terbatas untuk membandingkan bagaimana komposisi penerimaan negara dan kontraktor atas penerapan sistem kontrak bagi hasil gross split dan cost recovery dengan teknik analisis regresi berganda.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa sistem kontrak bagi hasil KBH adalah sistem fiskal yang mampu menerjemahkan konsep kepenguasaan negara dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sebagaimana amanat konstitusi. Dalam pelaksanaan sistem KBH Cost Recovery, pemerintah rata-rata mendapatkan komposisi 55,96 persen dari total penerimaan minyak dan gas bumi. Pada tahun 2016, komposisi penerimaan pemerintah adalah sebesar 38,41 persen. Berdasarkan analisis data historis dan proyeksi minyak bumi, komposisi penerimaan pemerintah dan kontraktor tidak berbeda jauh jika menggunakan sistem KBH gross split dimana rentang penerimaan pemerintah adalah 41 - 42 persen sementara kontraktor sebesar 57 - 58 persen dari total penerimaan minyak dan gas bumi. Kelembagaan pengelola yang memiliki risiko fiskal paling rendah adalah berbentuk badan usaha khusus sebab pemerintah tidak menjadi pihak peserta kontrak.

The Constitutional Court 39 s decision on the judicial review of Law Number 22 2001 has impacted to the constitutional interpretation of upstream oil and gas management in Indonesia, namely on the concept of state control and the greatest prosperity of the people. This study aims to analyze the reality and implications of the implementation of the fiscal system and management body of upstream oil and natural gas in accordance with the mandate of the constitution. This research combines qualitative and quantitative methods. The use of qualitative methods is conducted to see how the implementing of the fiscal system and management body to state revenues by descriptive analysis techniques. The use of quantitative methods is limited to compare how the composition of state revenue and contractors on the implementation of gross split and cost recovery production sharing contract with multiple regression analysis techniques.
This study concludes that the production sharing contract PSC is a fiscal system capable for translating the concept of state control and the maximum prosperity of the people as mandated by the constitution. In the implementation of the PSC cost recovery, the government gets average of 55.96 percent of total oil and gas revenues. In 2016, government revenues amounted to 38.41 percent. Based on analysis of historical data and projection of petroleum, government revenue and contractor does not differ much if using gross split PSC where the government revenue range is 41 42 percent while contractor equal to 57 58 percent of total oil and gas revenue. The organizational institution that has the lowest fiscal risk is in the form of a special business entity because the government is not a party to the contract.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T49539
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismayana Marhamah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan tingkat bagi hasil, pertumbuhan likuiditas, dan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) terhadap pertumbuhan simpanan mudharabah pada bank umum syariah. Variabel yang diteliti adalah pertumbuhan tingkat bagi hasil, pertumbuhan likuiditas, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sebagai variabel independen dan pertumbuhan simpanan mudharabah sebagai variabel dependen. Populasi dalam penelitian adalah bank umum syariah dan jumlah produk domestik bruto periode triwulan tahun 2012-2016. Pengujian hipotesis (uji t), menunjukkan bahwa pertumbuhan tingkat bagi hasil dan produk domestik bruto (PDB) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan simpanan mudharabah. Sedangkan pengujian pertumbuhan likuiditas secara parsial tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan simpanan mudharabah. Uji hipotesis secara simultan (uji F) menunjukkan bahwa semua variabel bebas dalam penelitian ini berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan simpanan mudharabah."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, 2017
330 AJSFI 1:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>