Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aritonang, Sovian
Abstrak :
Kasus batu ginjal di Indonesia sangat tinggi menginduksi kerusakan jaringan sehat sekitarnya atau komplikasi penyakit lain. Batu ginjal di Indonesia sebagian besar merupakan campuran kristal Ca oksalat dan Ca fosfat. Berbagai ion Ca+2, P-3, Mg+2, Na+ dan senyawa makromolekul dalam urine berpengaruh pada proses pertumbuhan dan epitaksi. Telah dilakukan penelitian : analisis senyawa oksalat dan fosfat dalam batu staghorn dari pusat sampai permukaan. Presipitasi Ca oksalat dan Ca fosfat pada nidus senar dalam berbagai medium. Penumbuhan senyawa oksalat dan fosfat pada batu staghorn tanpa material organik dalam medium urine penderita batu. Sifat kelarutan Ca batu staghorn dalam berbagai medium, bubuk batu staghorn, Ca oksalat dan Ca fosfat sintetik didalam medium urine. Karakterisasi sampel menggunakan X-Ray Difraktometer, Scanning Electron Microscope, X-ray Fluorescence Spectrometry, dan Atomic Absorption Spectrometry. Penelitian in vitro ini menggunakan metode perendaman dan gravimetri. Hasil karakterisasi batu staghorn dari pusat ke permukaan ditemukan lapisan radial. Setiap lapisan umumnya COM (calcium oxalate monohydrate), dan Struvite. Presipitan dalam nidus senar umumnya COM dan Struvite. Batu staghorn tanpa material organik terjadi penumbuhan Struvite lebih tinggi dibanding COM. Batu staghorn larut dalam medium air melalui proses difusi pada Ca grain boundary, dan dalam medium urine terjadi epitaksi. Sedangkan bubuk batu staghorn, Ca oksalat sintetik, dan Ca fosfat sintetik terjadi penurunan konsentrasi Ca dalam medium urine. Kesimpulan. Komposisi batu staghorn yang diteliti, serta presipitan pada nidus senar umumnya senyawa oksalat dalam bentuk COM dan fosfat dalam bentuk Struvite. Kalsifikasi pada permukaan batu tanpa material organik dalam urine penderita batu fraksi fosfat naik dan fraksi COM turun. Dalam medium urine normal dengan konsentrasi Ca(1,10%-25,65%) bubuk batu staghorn, bubuk Ca oksalat sintetik dan bubuk Ca fosfat sintetik konsentrasi Ca (4,70%-35,25%) menginduksi terjadinya presipitasi. Sifat kelarutan batu ginjal dipengaruhi oleh konsentrasi Ca, P, dan Mg dalam medium.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
D1546
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meby Petraca
Abstrak :
Injektor kontras digunakan untuk memasukkan zat kontras ke dalam tubuh pasien, meningkatkan kontrast gambar medis untuk membantu diagnosis kondisi medis. Salah satu contohnya adalah pada pemeriksaan Pulmonary Embolism (PE), di mana Computed Tomography Pulmonary Angiography (CTPA) dengan menggunakan injektor kontras menjadi gold standard. Pentingnya keamanan pasien diakui sebagai kewajiban fasilitas pelayanan kesehatan. Metode gravimetri merupakan metode kalibrasi umum yang melibatkan pengukuran berat komponen dalam keadaan murni. Namun, metode ini memerlukan waktu yang cukup lama dan stabilisasi lingkungan. Pada penelitian sebelumnya telah membahas berbagai aspek teknis dan ketidakpastian yang terkait dengan metode Doppler ultrasound, memberikan dasar bagi penelitian lebih lanjut. Metode gravimetri (reference) digunakan sebagai standar atau acuan dalam pengukuran laju alir. Metode Doppler ultrasound digunakan sebagai metode alternatif untuk mengukur laju alir. Data diambil pada berbagai tingkat laju alir (3 mL/s, 5 mL/s, dan 10 mL/s). Pengolahan data pada metode gravimetri melibatkan penimbangan massa air, koreksi suhu, dan koreksi kalibrasi timbangan analitik. Pengukuran dengan Doppler ultrasound dilakukan dengan menggunakan mode Doppler pada alat ultrasonography. Pengukuran dengan memanfaatkan Doppler ultrasound pada alat ultrasonography tidak dapat dilakukan pada laju alir di bawah 3 mL/s. Pada titik 3 mL/s, akurasi pengukuran metode gravimetri (reference) sebesar 96%, sedangkan metode Doppler ultrasound mencapai 101%. Pada titik 5 mL/s, akurasi metode gravimetri (reference) sebesar 97%, sedangkan metode Doppler ultrasound mencapai 87%. Pada titik 10 mL/s, akurasi metode gravimetri (reference) sebesar 97%, sedangkan metode Doppler ultrasound mencapai 99%. Metode gravimetri (reference) memerlukan waktu yang cukup lama (± 1 Jam) dengan proses pengambilan data pada dua lokasi berbeda. Metode Doppler ultrasound membutuhkan waktu yang lebih singkat (± 100 detik) dan dapat dilakukan pada lokasi alat injektor kontras berada (insitu). Meskipun perbedaan antara kedua metode tidak selalu signifikan secara statistik, metode Doppler ultrasound menunjukkan keunggulan dalam hal waktu pengukuran yang lebih singkat ......Contrast injectors are used to insert a contrast substance into the patient's body, enhancing the contrast of medical images to help diagnose medical conditions. One example is the examination of pulmonary embolism (PE), where computed tomography pulmonary angiography (CTPA) using a contrast injector became the gold standard. The importance of patient safety is recognized as a duty of healthcare facilities. Gravimetric method is a general calibration method that involves measuring the weight of components in pure condition. However, this method takes quite a while and stabilizes the environment. The previous research has addressed various technical aspects and uncertainties associated with the Doppler ultrasound method, providing the basis for further research. The gravimetric reference method is used as a standard or reference in the measurement of the flow rate. The data was taken at different flow rates (3 mL/s, 5 mL/s, and 10 mL/s). Data processing using gravimetric methods involves water mass weighing, temperature correction, and calibration correction of analytical scales. Doppler ultrasound measurements are performed using Doppler mode in ultrasonography. At 3 mL/s, the measurement accuracy of the gravimetric method is 96%, while the Doppler ultrasound method is 101%. At point 5 mL/s, the precision of the Gravimetric method is 97%, whereas the Doppler ultrasount method is 87%. At the point of 10 mL, the gravimetric reference method is 97% compared to 99%. The gravimetric method takes quite a long time (± 1 hour) with the data collection process at two different locations. The Doppler ultrasound technique takes a shorter time (± 100 seconds) and can be performed at the location where the contrast injector device is located. Although the differences between the two methods are not statistically significant, the Doppler ultrasound method shows an advantage in terms of shorter measurement times.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabilla Fitriani
Abstrak :
Baja karbon adalah bahan utama yang digunakan dalam struktur jaringan pipa untuk jalur produksi gas dan minyak. Namun, baja karbon rentan mengalami korosi akibat media korosif di sekitarnya. Hal inilah yang menjadi alasan utama kerusakan pipa yang menyebabkan kerugian ekonomi. Meskipun demikian, korosi dapat dikendalikan untuk memperlambat proses perusakannya menggunakan senyawa turunan imidazolin sebagai inhibitor korosi organik. Pada penelitian ini telah berhasil disintesis senyawa imidazolin-oleat dari trietilentetramina (TETA) dan asam oleat (AO) pada suhu 140°C dengan variasi kecepatan pengadukan 500, 750, dan 1000 rpm. Senyawa hasil sintesis tersebut kemudian dimurnikan dengan metode ekstraksi pelarut, diidentifikasi (KLT), dan dikarakterisasi menggunakan instrumen UV-Vis, FTIR, dan 1H-NMR. Berdasarkan hasil karakterisasi, senyawa imidazolin-oleat telah berhasil disintesis dengan menunjukkan adanya puncak serapan maksimum pada panjang gelombang 204 nm (UV-Vis), serapan pada bilangan gelombang 1600 dan 1500 cm-1 yang berasal dari C=N dan C-N-C (FTIR), serta sinyal pada geseran kimia 2,17 ppm yang menunjukkan H-C-C=N (1H-NMR). Analisis penentuan data kinetika dan termodinamika serta penentuan persen konversi dari reaksi sintesis senyawa imidazolin-oleat dengan variasi waktu, suhu, dan kecepatan pengadukan ditentukan dengan metode titrasi asam basa untuk melihat jumlah AO yang tersisa. Hasil penentuan angka asam menunjukkan bahwa reaksi mengikuti kinetika pseudo-orde 1 pada suhu maksimum 140°C. Nilai konstanta laju reaksi pada suhu 140°C dengan variasi pengadukan 500, 750, dan 1000 rpm berturut-turut sebesar 2,081 x 10-3; 2,177 x 10-3; dan 2,212 x 10-3 menit-1. Persen konversi tertinggi didapatkan sebesar 86,143±1,089% (140°C, 1000 rpm). Pada suhu yang lebih tinggi, 150°C dan 160°C, menunjukkan adanya perubahan orde reaksi menjadi orde 2 sehingga data tersebut kurang relevan digunakan dalam penentuan termodinamika reaksi. Uji aktivitas sebagai inhibitor korosi pada baja karbon dilakukan pada senyawa hasil sintesis dengan persen konversi tertinggi dan sampel komersil menggunakan metode gravimetri dalam larutan 1% (w/v) NaCl. Nilai persen efisiensi inhibisi (%EI) tertinggi dari senyawa imidazolin-oleat dan sampel komersil pada konsentrasi 500 ppm berturut-turut sebesar 86,67% dan 80,00%. Nilai %EI senyawa imidazolin-oleat yang didapat dari metode gravimetri ini tidak berbeda signifikan dengan metode elektrokimia (87,95%, 500 ppm). Hal ini menunjukkan bahwa laju korosi menurun secara signifikan dengan adanya senyawa imidazolin-oleat. Senyawa imidazolin-oleat dari penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan dan dikembangkan dalam skala besar di industri.
Carbon steel is the principal material used in gas and oil pipelines for production lines. However, carbon steel is vulnerable to corrosion due to its corrosive media. Therefore, this is the main reason for pipelines damage which is causing economic losses. However, corrosion rate can be slow down by using imidazoline, one of the organic corrosion inhibitors. In this study, oleic-imidazolin was successfully synthesized from triethylentetramine (TETA) and oleic acid (OA) at 140°C with various stirring speeds of 500, 750, and 1000 rpm. The reaction mixture then was separated using solvent extraction method, identified using TLC, and characterized using UV-Vis, FTIR, and 1H-NMR instruments. According to characterization data, oleic-imidazolin was successfully produced by showing a maximum absorption peak at wavelength of 204 nm (UV-Vis), absorption at wavenumber of 1600 and 1500 cm-1 from C=N and C-N-C, respectively, (FTIR), and a peak at chemical shift of 2.17 ppm to indicate H-C-C=N (1H-NMR). Determination of kinetic and thermodynamic data as well as the conversion percentage of synthesis reaction with various reaction time, temperature, and stirring speed were analyzed by using acid-base titration to analyze the remaining amount of OA. The results of acid number indicated that the reaction follows the pseudo first order at a maximum temperature of 140°C with the reaction rate constant at 140°C with various stirring speeds of 500, 750, and 1000 rpm were 2.081 x 10-3; 2.177 x 10-3; and 2.212 x10-3 minutes-1, respectively. The maximum conversion percentage was obtained at 86,143±1,089% (140°C, 1000 rpm). At higher temperatures, 150°C and 160°C, the reaction showed different reaction order (second order), therefore these data were less relevant for determination of reaction thermodynamic study. The ability as corrosion inhibitor of oleic-imidazoline towards carbon steel was conducted on the highest conversion percentage product together with the commercial sample using gravimetric method in 1% (w/v) NaCl solution. The highest inhibition efficiency percentage (%IE) from oleic-imidazoline and commercial sample at concentration of 500 ppm were 86.67% and 80.00%, respectively. The %IE value of oleic-imidazoline obtained from gravimetric method was not significantly different from the electrochemical method (87.95%, 500 ppm). The %IE values from both gravimetric and electrochemical methods indicated a significant corrosion inhibitor. Therefore, oleic-imidazoline from this study are expected to be applied and developed on a large scale in the industry.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zebian Paskalis
Abstrak :
Kremasi menghasilkan emisi debu partikulat yang mampu mencemari udara ambien, tak terkecuali udara ambien pada ruang krematorium. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis konsentrasi debu partikulat dalam udara ambien pada ruang krematorium. Hal ini akan dikaitkan dengan kesehatan para pekerja krematorium. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode gravimetri menggunakan High Volume Air Sampler HVAS selama satu jam per sampelnya. Konsentrasi partikulat tertinggi terjadi pada kremasi dengan peti berbahan kayu jati, yaitu sebesar 216,919 ?g/m3. Bahan jenis lain yang digunakan adalah particle board. Enam dari delapan sampel yang diambil masih berada di bawah standar baku mutu. Dua sampel yang melewati standar baku mutu terjadi akibat kremasi dengan peti kayu jati. Standar baku mutu yang digunakan adalah Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Hasil pengukuran diameter partikulat menggunakan Scanning Electrone Microscope SEM menunjukkan bahwa adanya partikulat memiliki diameter kurang dari 10m PM10. Hal ini menunjukkan bahwa partikulat bisa masuk ke dalam saluran pernapasan dan membahayakan kesehatan. Komposisi kimiawi partikulat yang diuji menggunakan Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy menunjukkan tiga unsur tertinggi adalah karbon C, oksigen O, dan kalsium Ca. ......Cremation produce particulate matter emission which can contaminate ambient air, including ambient air in the crematory. The purpose of this study is to determine and analyze particulate matter concentration in ambient air in the crematory. The analysis will be linked to the crematory workers rsquo health. The method of sampling is gravimetric method using the High Volume Air Sampler for one hour per sample. The highest particulate matter concentration is 216,919 g m3, which occur on teak wood coffin cremation. The concentration of six samples is below the quality standard. The concentration of two sample, which is above the quality standard, caused by teak wood coffin cremation. The quality standard that is used is ldquo Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. The results of particulate matter diameter, which is measured with Scanning Electrone Miscroscope, show the presence of PM10. It shows that particulate matter can enter the respiratory system and endanger health. Particulate matter chemical composition, which is tested using Energy Dispersive X Ray Spectroscopy, showed the highest three elements, which are carbon C, oxygen O, dan calcium Ca.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library