Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ulfi
Abstrak :
Saat pengempaan, tablet mottling karena uap panas yang dihasilkan tablet vitacimin berubah menjadi air dan membuat tablet menjadi lembab dengan warna yang tidak rata. Sehingga dilakukan penjemuran atau penurunan suhu dengan cara tablet didiamkan sebelum dimasukkan ke dalam kaleng penyimpanan. Setelah itu,terdapat issue jika granul disimpan atau dikempa dalam waku 4-12 jam, maka suhu tablet akan turun. Maka perlu dilakukan evaluasi lama penyimpanan granul atau jarak dari granul selesai sampai granul dikempa agar diketahui apakah lama penyimpanan berpengaruh terhadap suhu tablet. Atas dasar pertimbangan diatas, penulis melakukan evaluasi proses vitacimin lemon dengan formulasi baru dan proses granulasi baru. ......During compression, the tablets mottling because the hot steam produced by the vitacimin tablets turns into water and makes the tablets moist with an uneven color. Therefore, drying or lowering the temperature is carried out by allowing the tablets to stand before being put into storage cans. After that, there is an issue if the granules are stored or compressed within 4-12 hours, the tablet temperature will drop. So it is necessary to evaluate the storage time of the granules or the distance from the finished granules until the granules are compressed in order to find out whether the storage duration affects the tablet temperature. Based on the above considerations, the authors evaluated the lemon vitacimin process with a new formulation and a new granulation process.
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jons Peri
Abstrak :
ABSTRAK Penyandang kusta yang menderita luka pada kaki sebagian besar mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan yang berakibat menjadi luka kronis. Perawatan luka dengan topikal madu adalah upaya untuk meningkatkan penyembuhan luka terutama pada fase proliferasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas perawatan luka dengan madu terhadap perkembangan jaringan granulasi luka penyandang kusta. Penelitian ini menggunakan quasi eksperimental pretest-posttest design with control group, dan teknik pengambilan sampel secara Total sampling. Besar sampel 24 responden (12 responden kelompok intervensi dan 12 responden kelompok kontrol). Hasil analisis statistik didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna perkembangan jaringan granulasi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah intervensi dengan nilai p = 0,021 (p value< 0,05). Perawatan luka dengan menggunakan topikal madu efektif dapat meningkatkan perkembangan jaringan granulasi pada luka kronis penyandang kusta.
ABSTRACT Most patients with leprosy who suffer from lesions on their feet fail to experience full recovery to the extent that the lesions develop into chronic lesions. The application of topical honey on lesions is an effort to enhance the recovery of the lesions, especially during the proliferation phase. This research seeks to measure the effectiveness of topical honey application in enhancing the development of granulation tissue on the chronic lesions in leprosy patients. This quasiexperimental research is carried out by applying the ?pretest-posttest design with control group? as research method and total sampling as sample collection technique. Samples consist of 24 participants who are divided into two groups: the intervention group (12 participants) and the control group (12 participants). The results of statistical analysis show a significant difference between the development of granulation tissue in the intervention group and that in the control group with p-value = 0.021, which indicates the p-value < 0.05. Therefore, it can be concluded that the application of topical honey has been proven to be effective in enhancing the development of granulation tissue on the chronic lesions in leprosy patients.
2016
T45380
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krismayadi
Abstrak :
Memprediksikan jumlah bahan pengikat optimal dalam suatu formula berdasarkan daya ikatiiya adalah penting diketahui, karena sangat mempengaruhi kualitas granul dan tablet produksi. Pada penelitian ini telah dilakukan perbandingan daya ikat beberapa pengikat polimer terhadap sifat-sifat granul dan tablet yang dihasilkannya, yang dibuat dengan metode granulasi basah. Pengikat polimer tersebut adalah : Amilum Maydis dan Amilum Manihot sebagai sampel dari bahan pengikat alam, yang digunakan dengan konsentrasi 13%, 14%, dan 15% ; CMC dan PVP sebagai sampel dari bahan pengikat semi sintesis dan sintesis, yang digunakan dengan konsentrasi 2%, 3%, dan 4%. Sebagai zat berkhasiat digunakan parasetamol dengan dosis 600 miligram pertablet. Pengikat tersebut ditambahkan kedalam formula dalam bentuk gel atau larutan, dicampur dengan bahan lain, dibuat menjadi granul dan tablet, serta dievaluasi sifat-sifat keduanya. Dari sifat-sifat granul dapat diketahui bahwa gaya kohesi internal pengikat Amilum Manihot mempunyai nilai terbesar diikuti PVP, Amilum Maydis dan CMC, tetapi untuk keseragaman distribusi ukuran granul dan jumlah serbuk halus yang berimbang, maka pengikat PVP memberikan basil yang lebih baik diikuti Amilum Manihot, CMC, dan Amilum Maydis. Hasil penelitian sifat-sifat tablet menunjukkan bahwa pengikat PVP menghasilkan tablet dengan sifat terbaik, diikuti Amilum Manihot dan CMC, sedangkan granul dengan pengikat Amilum Maydis tidak dapat dicetak menjadi tablet. ...... Predicting the amount of optimal binder in a formula based on bonding force is important to know, because it has more influences on the quality of granule and tablet productions. This study is comparing the bonding force of some polymer binders to the granule and tablet characteristic which are produced by wet granulation method. The polymer binders are Maize starch and Manihot starch as natural binder samples, which are used in 13%, 14%, and 15% concentration. CMC and PVP as semi synthetic and synthetic binder samples, which are used in 2%, 3%, and 4% concentration. As the main drug, parasetamol is used with dosage of 600 mg for each tablet. Those binders are added into the formula in the form of gel or solution, then mixed with other ingredients, form into granule and tablet, and then evaluate both of their characteristic. From the granule characteristic, it can be seen that the internal cohesive force of Manihot starch binder has the highest grade, followed by PVP, Maize starch, and CMC, but for the uniformity of granule size distribution and the amout of fines, the PVP binder gives better result, followed by Manihot Starch, CMC, and Maize starch. The study of tablet characteristic shows that PVP binder produce the best tablet, followed by Manihot starch and CMC. Whereas granule with Maize starch binder can not be compressed to become tablet.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafruddin
Abstrak :
Pelah dilakukan penelitian tentang pemakaian "Croscar. Mellose Sodium Type A" seaga3. disintegrant dengan berbagal konsentrasi dalam formula tablet Kalsiiim laktat yang penambahannya dilakukan sect ra internal, eksternal dan kombinasi internal dan eksternal die - integrant. Pada penelitian mi, penambahan bahan penghancur Ac-Di-Sol dengan cara konibinasi internal & eketerrial, ternyata pada konsentrasi 1% internal dan 1% eksternal eudah aemberikan basil yang terbaik d ngazi waktu hancur rata-rata 8 menit 35 detik, kecepatan melarut K120 detik rata-rata 27%, kekerasan tablet rata-rata 5,46 kg dan k regasan 0,40%. Setelah dilakukan uji statistik t - test dengan satu paranie - ter (p = 0,05) formula tablet dengan perbedaan konsentrasiO-DiSOl dan 1% sampai dengan 5% dengan cam penambaban bahan penghancur Be cam internal, eksternal, dan koabiriasi internal dan eksternal tennyata menunjukkan perbedaan yang significant jika ditinjau dan aspek waktu hancurnya, dan keôepatan melarut aediaan formula tablet tersebut pada kenaikkan konsentrasi Ac_DiS01 1 % & ' 5 % Baeil uji etatietik tentang cam penambahan bahan penghancur ternyata pada penambahan bahan penghancur secara internal, eketer - nal dan kombinas.i internal dan ekaternal pada konsentrasi Ac-Di-Sol yang sama range 1% sampai dengan 5% menunjukkan perbedaan yang significarit. ......The application of "Croscar Nellose Sodium Type A" (Ac-Di-Sol) as disintegrant in the tablet formula Calcium lactate with various concentration which added internally, externally and internal and external disintegrant combination have been studied. In this study the addition of disintegrant Ac-Di-Sol material with internal and external combination methods, in 1% concentration it will enough to give the bestresult with average .disintegration time 8 minutes 35 seconds, average of dissolution rate it K120 seconds 27%, average of tablet hardness 5,46 kg , average of Friability 0,40%. Alter being test statically (t - test) itb one parameter (p 0,05) tablet formula with differ Ac-Di-Sol concentration in the range of 1% to 5% with addition of disintegration material internally, externally and combination of internal and external aethode, has shown the significant differences with the aspect of time disintegration and dissolution rate of the tablet contained_, •Ac-D5-Sol 1 % sampai dengan 5 %. The result of statistical test of the additièn of dis - integration material resulted with the above methods Ac-Di-Sol concentration within the same range of 1% to 5% in significant difference.
1984: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1984
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rima Melati
Abstrak :
Salah satu tahapan proses yang dilakukan dalam pengolahan produk obat (khususnya sediaan kaplet atau tablet) yaitu proses granulasi. Granulasi dapat dibedakan menjadi granulasi basah dan granulasi kering. Titik krusial dalam pembuatan tablet menggunakan teknik granulasi basah yaitu susut pengeringan atau Loss On Drying (LOD). Dimana nilai LOD terlalu rendah atau terlalu tinggi akan mempengaruhi karakteristik granul yang diperoleh dan hasil tablet yang dicetak. Nilai LOD yang tinggi artinya banyak kandungan air yang hilang, sehingga dapat menyebabkan tablet hasil cetak menjadi rapuh atau geripis. Sedangkan jika nilai LOD granul terlalu rendah artinya masih banyak kandungan air dalam granul (granul basah atau lembek) sehingga menyebabkan sulit dicetak karena massa granul menempel pada punch. Tujuan dari pengkajian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai LOD yang dihasilkan dan hubungan nilai LOD dengan nilai yield produk “X” yang dihasilkan. Pengajian dilakukan dengan metode cross sectional retrospektif menggunakan data produksi produk “X” dari 5 tahun terakhir. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan faktor yang mempengaruhi nilai LOD yaitu lama waktu yang digunakan saat proses pengeringan dan besar kecilnya suhu yang digunakan untuk proses pengeringan granul. Nilai LOD yang rendah menyebabkan tablet menjadi rapuh dan nilai LOD yang tinggi menyebabkan tablet susah dicetak sehingga nilai yield yang didapatkan akan berada pada batas bawah spesifikasi yang ditetapkan. ......One of the stages of the process carried out in the processing of drug products (especially capsules or tablets) is the granulation process. Granulation can be divided into wet granulation and dry granulation. The crucial point in making tablets using the wet granulation technique is loss on drying (LOD). Where the LOD value is too low or too high will affect the characteristics of the granules obtained and the results of the printed tablets. A high LOD value means that a lot of water content is lost, which can cause the printed tablet to become brittle or thin. Meanwhile, if the granule LOD value is too low, it means that there is still a lot of water content in the granule (wet or soft granule), which makes it difficult to print because the granule mass sticks to the punch. The purpose of this study is to determine the factors that influence the resulting LOD value and the relationship between the LOD value and the yield value of the resulting "X" product. The study was conducted using a retrospective cross-sectional method using production data for product "X" from the last 5 years. Based on the evaluation results, the factors that affect the LOD value are the length of time used during the drying process and the size of the temperature used for the granule drying process. A low LOD value causes the tablet to become brittle and a high LOD value causes the tablet to be difficult to print so that the yield value obtained will be at the lower limit of the specifications set.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Englando Alan Adesta
Abstrak :
Latar Belakang. Penyembuhan luka kaki diabetik (LKD) memerlukan waktu yang lama sehingga risiko infeksi, amputasi, dan kematian menjadi lebih tinggi. Salah satu parameter untuk menilai penyembuhan luka adalah pertumbuhan jaringan granulasi. Kadar Vitamin D diketahui terkait dengan risiko terjadinya LKD, infeksi, dan penyembuhan luka. Namun sampai saat ini masih belum diketahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan jaringan granulasi LKD. Tujuan. Untuk mengetahui hubungan antara kadar vitamin D serum awal perawatan dengan kecnepatan pertumbuhan jaringan granulasi luka kaki diabetik pada perawatan hari ke-21. Metode. Penelitian ini menggunakan bahan tersimpan berupa serum dan dokumentasi foto LKD dari penelitian sebelumnya. Analisis kadar 25(OH)D pada sampel serum darah awal perawatan menggunakan metode Elisa. Sedangkan analisis kecepatan pertumbuhan jaringan granulasi dinilai berdasarkan hasil foto LKD pasien pada visit ke-4 dengan menggunakan program ImageJ. Hasil. Dari 52 sampel yang dianalisis, kadar 25(OH)D pada awal perawatan menunjukan nilai median = 8.8 ng/mL. Hasil analisis menunjukan bahwa tidak didapatkan hubungan antara kadar vitamin D dengan kecepatan pertumbuhan jaringan granulasi (p=0.815). Kesimpulan. Tidak ada hubungan yang signifikan antara kadar vitamin D serum awal perawatan dengan kecepatan pertumbuhan jaringan granulasi luka kaki diabetik pada perawatan hari ke-21. ......Background. Wound in diabetic foot ulcer need a long time to heal which increase risk of infection, amputataion and mortality. One of the criteria in wound healing is growth of granulation tissue. Vitamin D level is known to be related to increase incidence of diabetic foot ulcer, infection, and wound healing. But until now, the effect of vitamin D to the growth of granulation tissue is not clear. Objective. To know the Association between initial serum vitamin D level with granulation growth rate of diabetic foot ulcer after 21 days of treatment. Methods. This research uses stored sample in form of serum and footage documentation. It is the initial blood sample from 52 patients with DFU before starting treatment. Vitamin D is calculated with 25 (OH) D level by using ELISA. Analysis of growth in granulation tissue is counted by comparing the footage documentation at initial treatment to the 21st day of treatment with the help of ImageJ software. Result. From 52 analysed sample, vitamin D level at initial presentation showed a median value of 8.8 ng/mL. The result of the analysis showed that there was no statistically significant association between vitamin D level with the granulation growth rate of diabetic foot ulcer (p=0,815). Conclusion. There is no significant association between initial serum vitamin D level with granulation growth rate of diabetic foot ulcer after 21 days of treatment.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widia Rahmi
Abstrak :
Ekstrak akar tanaman akar kucing (Acalypha indica Linn.) diketahui mempunyai khasiat menurunkan kadar asam urat darah. Ekstrak akar A. Indica ini merupakan ekstrak kering yang sudah diformulasi mengandung bahan tidak larut berupa pengisi dan adsorben. Dalam penelitian ini, ekstrak akar A. Indica diformulasi dalam bentuk suspensi kering efervesen dengan menggunakan bahan pensuspensi pati ganyong terpregelatinasi sempurna (PGTS). PGTS merupakan modifikasi dari pati ganyong yang mempunyai sifat alir dan viskositas yang baik. Suspensi kering efervesen dibuat secara granulasi peleburan dalam 3 formula dengan campuran efervesen yang berbeda. Kadar campuran efervesen yang berbeda ini akan mempengaruhi waktu rekonstitusi dan pH larutan. Semakin besar campuran efervesen dalam formula maka semakin cepat waktu rekonstitusi dan semakin asam larutan yang dihasilkan. Evaluasi suspensi kering efervesen yang dilakukan meliputi organoleptis, uji waktu alir, uji sudut istirahat, uji kadar air, distribusi ukuran partikel, waktu rekonstitusi, pH, uji viskositas, uji higroskopisitas, dan uji kesukaan (hedonik). Dari evaluasi yang dilakukan diperoleh hasil bahwa suspensi kering efervesen memiliki karakteristik yang baik dan memenuhi persyaratan teknis.
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S32682
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Febri Laurent Susilowati Larosa
Abstrak :
Apoteker merupakan profesi yang berperan penting dalam kegiatan di industri farmasi. Peran apoteker dalam industri farmasi yaitu sebagai penanggung jawab dalam produksi, pengawasan mutu, serta pemastian mutu, dengan tujuan agar obat yang dihasilkan bermutu, aman, dan berkhasiat. Maka dari itu, seorang apoteker dituntut untuk memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan praktis dan manajerial dalam mengaplikasikan kemampuan dan ilmunya secara profesional. Selain itu, apoteker harus dapat menyelesaikan setiap permasalah dan tantangan yang terjadi di industri farmasi. Salah satu upaya untuk menghasilkan seorang apoteker yang kompeten di bidang industri farmasi, yaitu dengan melaksanakan praktik kerja profesi untuk calon apoteker. Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di industri farmasi ini bertujuan agar calon apoteker dapat memahami peran dan tanggung jawabnya, memahami penerapan CPOB di industri farmasi, dan memberikan gambaran tentang budaya dan suasana bekerja di industri farmasi. Tugas khusus yang diberikan saat Praktik Kerja Profesi Apoteker berjudul “Time Study Proses SUCU pada Mesin Granulasi di Production Line 03 PT. Dankos Farma”. Tugas khusus ini bertujuan untuk melatih pola pikir dan tindakan calon apoteker dalam mengelola kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi, salah satunya yaitu dengan mengefisienkan waktu produksi melalui pengefisienan waktu set up clean up sehingga dapat memberikan keuntungan bagi industri farmasi, namun dengan tetap mengutamakan kualitas dan keamanan produk. ......Pharmacists are professions that play an important role in activities at the pharmaceutical industry. The role of pharmacists in the pharmaceutical industry is as a responsible for production, quality control, and quality assurance, with the aim that the drugs produced are of high quality, safe and efficacious. Therefore, a pharmacist is required to have insight, knowledge, practical and managerial skills in applying his abilities and knowledge professionally. In addition, pharmacists must be able to solve every problem and challenge that occurs in the pharmaceutical industry. One of the efforts to produce a competent pharmacist in the pharmaceutical industry is to carry out professional work practices for prospective pharmacists. The Pharmacist Professional Work Practice (PKPA) in the pharmaceutical industry aims to make prospective pharmacists understand their roles and responsibilities, understand the application of GMP in the pharmaceutical industry, and provide an overview of the culture and atmosphere of working in the pharmaceutical industry. The special task given during the Pharmacist Professional Work Practice entitled “Time Study of SUCU Process on Granulation Machine on Production Line 03 PT. Dankos Farma". This special task aims to train the mindset and actions of prospective pharmacists in managing the activities carried out in the production process, one of which is by streamlining production time through efficient clean up set up time so that it can provide benefits for the pharmaceutical industry, but by still prioritizing quality, and product safety.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
E.M. Yunir
Abstrak :
ABSTRAK
Luka kaki diabetik (LKD) merupakan komplikasi kronik diabetes yang meningkatkan mortalitas dan morbiditas, serta menurunkan kualitas hidup. Komplikasi makro dan mikrovaskular/mikrosirkulasi mempunyai pengaruh besar terhadap kejadian LKD dan proses penyembuhannya. Kondisi mikrosirkulasi dapat dinilai melalui pemeriksaan transcutaneous perfusion oxygen (TcPO2). Kondisi mikrosirkulasi dipengaruhi oleh HbA1c, glukosa darah sewaktu, neuropati, fibrinogen, PAI-1, hsCRP, indeks MMP-9, indeks TcPO2, dan indeks TcPCO2, yang akan memengaruhi terbentuknya jaringan granulasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran HbA1c, GDS, neuropati, fibrinogen, PAI-1, hsCRP, indeks MMP-9, terhadap indeks TcPO2, indeks TcPCO2, dan indeks granulasi, serta mengetahui peran serta indeks TcPO2 dan indeks TcPCO2 terhadap indeks granulasi pada luka kaki diabetik. Sebanyak 68 subjek LKD tanpa penyakit arteri perifer di RS dr. Cipto Mangukusumo dan beberapa rumah sakit jejaring, pada Desember 2015?Desember 2016, diberikan perawatan standar dan dipantau setiap minggu sebanyak 4 kali. Pada pemantauan ke-1, ke-2, dan ke-3, dilakukan dokumentasi LKD, pengambilan darah vena sebanyak 7,7 mL untuk pemeriksaan fibrinogen, PAI-1, hsCRP, MMP-9, dan TIMP-1, darah arteri sebanyak 2 mL untuk pemeriksaan analisis gas darah, serta pemeriksaan TcPO2 dan TcPCO2 dengan menggunakan TCM TOSCA/CombiM monitoring systems buatan Radiometer. Pada pemantauan ke-4, hanya dilakukan dokumentasi LKD. Pengukuran luas luka dan jaringan granulasi dinilai berdasarkan hasil dokumentasi fotografi dengan menggunakan program ImageJ. Penilaian neuropati menggunakan pemeriksaan interval RR dan kecepatan hantar saraf. Data laboratorium lainnya diperoleh dari data sekunder rekam medis. Kemudian dilakukan analisis data dengan menggunakan path analysis (analisis lajur) pada data repetitif dan SPSS pada data nonrepetitif. Berdasarkan analisis didapatkan hubungan antara peningkatan glukosa darah sewaktu, fibrinogen, dan PAI-1 dengan penurunan indeks TcPO2. Didapatkan juga hubungan antara beratnya neuropati motorik dan sensorik, peningkatan glukosa darah sewaktu, fibrinogen, PAI-1, dan hsCRP dengan penurunan indeks granulasi. Tetapi, indeks granulasi tidak dipengaruhi oleh indeks TcPO2. Indeks TcPCO2 tidak memiliki hubungan terhadap semua variabel tersebut, kecuali hsCRP dan indeks TcPCO2 tidak memengaruhi indeks granulasi. Indeks TcPO2 pada LKD dipengaruhi oleh kadar glukosa darah sewaktu, fibrinogen, dan PAI-1, tetapi tidak memengaruhi tumbuhnya jaringan granulasi. Tumbuhnya jaringan granulasi dipengaruhi oleh glukosa darah sewaktu, neuropati motorik dan sensorik, peningkatan kadar fibrinogen, PAI-1, dan hsCRP. Selain itu, indeks TcPCO2 tidak memengaruhi indeks granulasi
ABSTRACT
Diabetic foot wounds/ulcer (DFU) is chronic complication of diabetes, which increases mortality and morbidity, and lower quality of life. Macro and microvascular/microcirculation complications has a great influence on DFU and healing process. Microcirculation condition can be seen from transcutaneous perfusion oxygen (TcPO2). The growth of granulation tissue in the healing process is determined by microcirculation condition, among others influenced by HbA1c, random blood glucose, neuropathy, fibrinogen, PAI-1, hsCRP, MMP-9 index, TcPO2 index, and TcPCO2 index. This study aimed to investigatethe role of HbA1c, random blood glucose, sensory, motoric, and autonomy neuropathy, fibrinogen, PAI-1, hsCRP, MMP-9 index, TcPO2 index, TcPCO2 index, and granulation index, as well as the relationship between TcPO2 index, TcPCO2 index and granulation index in diabetic foot wounds. As much as 68 subjects DFU without peripheral arterial disease, in Cipto Mangunkusumo Referral National Hospital, on December 2015?December 2016, were given standard managementof diabetic foot ulcer and monitored once a week for four times. In the 1st, 2nd, and 3rd monitoring, DFU was documented, then 7.7 mL of venous blood was taken for fibrinogen, PAI-1, hsCRP, MMP-9, and TIMP-1 examination, also 2 mL arterial blood for blood gas analysis, and then examination of TcPO2 and TcPCO2was performed using TCM4 TOSCA/CombiM monitoring systems made by Radiometer. In the 4th monitoring, only DFU was documented. Wound and granulation size was measured through photographic documentation using ImageJ program. Neuropathy was diagnosed based on RR interval and nerve conduction velocity study. Other laboratory data were obtained from medical records. The data were analysed by path analysis for repetititive data and SPSS for nonrepetitive data. From analysis, there is a significant correlation between the increasing random blood glucose (RBG), fibrinogen, and PAI-1 with the decreasing of TcPO2, also found a significant relationship between the severity of sensory and motoric neuropathy, the increasing levels of RBG, fibrinogen, PAI-1, and hsCRP with the decreasing of granulation index. But, TcPO2 index does not influence granulation index. TcPCO2 index does not have significant correlation with all these variables, except hsCRP. Moreover, TcPCO2 index also does not influence granulation index. TcPO2 index of DFU is affected by RBG, fibrinogen, PAI-1, but does not affect the growth of granulation tissue. Granulation tissue?s growing is influenced by the sensory and motoric neuropathy, increased levels of fibrinogen, PAI-1, and hsCRP. Furthermore, TcPCO2 index does not influence granulation?s growth.
2016
D2218
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library