Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mochamad Ikral Pamungkas
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kondisi geologi, karakteristik granit, dan distribusi unsur tanah jarang (UTJ) di wilayah Tapaktuan dan Samadua, Aceh Selatan, yang memiliki potensi sumber daya mineral strategis. Wilayah ini berada dalam sistem tektonik busur vulkanik Woyla dengan sejarah geologi kompleks mencakup deformasi akibat kompresi arah ENE-WSW hingga N-S, intrusi granit Samadua terkait magmatisme subduksi, dan dinamika tektonik akibat Sesar Transform Sumatra. Penelitian ini dilakukan melalui observasi lapangan, analisis petrologi, petrografi, dan geokimia menggunakan XRF dan ICP-MS untuk mengidentifikasi mineral pembawa UTJ dan distribusinya secara spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Granit Samadua adalah granit tipe-I dengan karakteristik abu-abu kemerahan, tekstur porfiritik-faneritik, dan komposisi kuarsa, k-feldspar, plagioklas, dan biotit. Analisis petrografi menunjukkan transisi dari monzogranite di utara ke syenogranite di selatan, disertai pengayaan unsur alkali di selatan yang mencerminkan diferensiasi magmatik. Mineral pembawa UTJ utama adalah titanit, apatit, zirkon, dan monasit, dengan dominasi unsur tanah jarang ringan (LREE) seperti Cerium (Ce), Lanthanum (La), dan Neodymium (Nd). Korelasi spasial menunjukkan konsentrasi UTJ lebih tinggi di wilayah utara dengan nilai koefisien determinasi R² = 0,43 untuk LREE dan R² = 0,42 untuk HREE, mencerminkan hubungan erat antara distribusi UTJ dan proses magmatisme. Temuan ini mempertegas potensi wilayah Tapaktuan dan Samadua sebagai zona mineralisasi UTJ yang signifikan dengan implikasi untuk eksplorasi sumber daya mineral strategis.

This study aims to examine the geological conditions, granite characteristics, and distribution of rare earth elements (REE) in the Tapaktuan and Samadua regions, South Aceh, which have significant potential as strategic mineral resources. The area is located within the Woyla volcanic arc tectonic system, with a complex geological history that includes ENE-WSW until N-S compression deformation orientation, Samadua granite intrusion associated with subduction magmatism, and tectonic dynamics driven by the Sumatran Transform Fault. The research was conducted through field observations, petrological, petrographic, and geochemical analyses using XRF and ICP-MS to identify REE-bearing minerals and their spatial distribution. Results show that Samadua Granite is classified as I-type granite with grayish-pink color, porphyritic-phaneritic texture, and composed of quartz, k-feldspar, plagioclase, and biotite. Petrographic analysis reveals a transition from monzogranite in the north to syenogranite in the south, accompanied by alkali enrichment in the south, indicating significant magmatic differentiation. The main REE-bearing minerals include titanite, apatite, zircon, and monazite, with a dominance of light rare earth elements (LREE) such as Cerium (Ce), Lanthanum (La), and Neodymium (Nd). Spatial correlation shows higher REE concentrations in the northern region, with determination coefficients of R² = 0.43 for LREE and R² = 0.42 for HREE, reflecting a strong relationship between REE distribution and magmatic processes. These findings highlight the potential of Tapaktuan and Samadua as significant zones for REE mineralization with implications for strategic mineral resource exploration. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldi Rivaldi
"Komplek Granitoid Sibolga (KGS) di Blok Sumatra Barat merupakan objek studi yang penting untuk memahami proses magmatisme paska kolisi di wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi batuan, menginterpretasikan petrogenesis, proses evolusi magma, serta hubungannya dengan sebaran mineralisasi LTJ pada granitoid KGS. Analisis dilakukan melalui pendekatan petrologi, petrografi, geokimia unsur mayor, dan unsur jejak. Hasil analisis menunjukkan bahwa granitoid KGS secara dominan terdiri dari syenogranit dan monzogranit yang bersifat peraluminous, ferroan, dan termasuk dalam seri kalk-alkalin tinggi-K. Berdasarkan analisis petrologi, terlihat batuan di utara didominasi oleh syenogranit yang memiliki ukuran butir lebih besar dibanding ukuran butir di selatan yang didominasi oleh batuan monzogranit. Mikrotekstur di utara berupa zonasi plagioklas, di area transisi berupa perthite, sedangkan mikrotekstur di selatan berupa graphic intergrowth. Berdasarkan analisis diskriminasi geokimia, granitoid ini terklasifikasikan sebagai granit Tipe-A (subtipe A2) yang terbentuk dalam lingkungan tektonik post-collisional. Evolusi magma secara dominan dikontrol oleh proses diferensiasi melalui fraksinasi kristal yang intensif. Hal ini dibuktikan oleh deplesi kuat pada unsur Ba, Sr, P, Ti, anomali negatif Eu yang signifikan yang mengindikasikan fraksinasi plagioklas serta tingginya unsur Rb. Selain itu, terjadi proses magma mingling di area utara yang membuat persentase SiO2 pada granit tipe-A ini berkurang dan FeO bertambah. Al2O3 yang cukup tinggi pada granit tipe-A ini, dihasilkan dari peleburan batuan kerak sebelumnya yang cukup kaya akan Al2O3. Pengayaan seluruh LTJ terjadi di selatan, yang merupakan area kristalisasi akhir magma, sementara terdapat pengayaan LTJR di utara akibat proses sekunder (alterasi).

The Sibolga Granitoid Complex (SCG) in the West Sumatra Block is an important object of study to understand the post-collisional magmatism process in that region. This research aims to characterize the rocks, interpret the petrogenesis, the magma evolution process, as well as its relationship with the distribution of REE mineralization in the SCG granitoid. Analysis was conducted through petrology, petrography, major element geochemistry, and trace element approaches. The analysis results show that the SCG granitoid is dominantly composed of syenogranite and monzogranite which are peraluminous, ferroan, and are included in the high-K calc-alkaline series. Based on petrological analysis, it is seen that the rocks in the north are dominated by syenogranite which has a larger grain size compared to the grain size in the south which is dominated by monzogranite rocks. Microtextures in the north are in the form of plagioclase zoning, in the transition area in the form of perthite, while microtextures in the south are in the form of graphic intergrowth. Based on geochemical discrimination analysis, this granitoid is classified as A-type granite (A2-subtype) which was formed in a post-collisional tectonic environment. Magma evolution is dominantly controlled by the process of differentiation through intensive crystal fractionation. This is proven by the strong depletion in Ba, Sr, P, Ti elements, a significant negative Eu anomaly which indicates plagioclase fractionation, as well as the high Rb element. Besides that, a magma mingling process occurred in the northern area which made the SiO₂ percentage in this A-type granite decrease and FeO increase. The fairly high Al₂O₃ in this A-type granite is produced from the melting of previous crustal rocks which were fairly rich in Al₂O₃. REE enrichment occurs in the south, which is the final crystallization area of the magma, while LREE enrichment is found in the north due to secondary processes (alteration)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library