Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Palloan, Otniel Junior
"Pulau Sumatra berada di zona subduksi antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia, menghasilkan tubuh-tubuh granit di sepanjang pesisir barat pulau. Kompleks Granit Sibolga diketahui mengandung UTJ, khususnya jenis LREE, yang penyebarannya dikontrol oleh tipe batuan, evolusi magma, hingga proses deformasi tektonik. Untuk memahami mekanisme deformasi yang bekerja pada daerah penelitian, dilakukan analisis data struktural di lapangan, mikrostruktur batuan melalui metode petrografi, serta analisis fabrik mineral magnetik menggunakan metode Anisotropy of Magnetic Susceptibility (AMS). Mikrostruktur mineral menyimpan rekaman deformasi yang terjadi sejak tahap magmatik hingga solid-state, sedangkan fabrik magnetik dari analisis AMS merepresentasikan orientasi strain yang bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap mekanisme deformasi yang berkembang pada Kompleks Granit Sibolga. Hasilnya ditemukan fabrik primer yang terekam pada lineasi magnetik, dan fabrik sekunder pada foliasi makroskopis dan foliasi magnetik. Deformasi pada KGS terjadi pada fase syn-emplacement dengan mekanisme piecemeal subsidence, menyebabkan intrusi terjadi secara bertahap. Sementara pada fase post-emplacement terjadi pada kondisi brittle pasca pengangkatan batuan, membentuk struktur berupa sesar, boudinage, kekar, microfracture, dan veinlet.

The island of Sumatra lies within a subduction zone between the Indo-Australian Plate and the Eurasian Plate, resulting in the formation of granitic bodies along the island’s western margin. The Sibolga Granite Complex is known to contain REEs, particularly Light Rare Earth Elements (LREEs), whose distribution is controlled by rock type, magmatic evolution, and tectonic deformation processes. To understand the deformation mechanisms operating in the study area, this research employs structural data analysis in the field, petrographic analysis of rock microstructures, and magnetic mineral fabric analysis using the Anisotropy of Magnetic Susceptibility (AMS) method. Mineral microstructures preserve records of deformation spanning from the magmatic to the solid-state stages, while magnetic fabrics derived from AMS analysis represent the orientation of the strain experienced. This study aims to reveal the deformation mechanisms that developed within the Sibolga Granite Complex. The results indicate the presence of primary fabric recorded in magnetic lineation and secondary fabric observed in macroscopic and magnetic foliation. Deformation within the complex occurred during the syn-emplacement phase through a piecemeal subsidence mechanism, resulting in a gradual intrusion process. Meanwhile, the post-emplacement phase was characterized by brittle deformation following rock uplift, leading to the formation of structures such as faults, boudinage, joints, microfractures, and veinlets."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Di Indonesia umumnya thorium dijumpai dalam batuan granit. Salahsatunya di pulau Bangka, terdapat cukup banyak singkapan batuan granit, seperti granit Menumbing, granit Pelangas, granit Jebus, granit Pemali, granit Mangol, granit Bebuluh dan granit Gadung. Penyebaran granit-granit tersebut cukup luas sehingga dianggap sebagai granit potensial thorium. Tujuan penelitian untuk mengetahui potensi thorium pada batuan granit yang terdapat di pulau Bangka. Metode yang digunakan adalah pengambilan sampel mineral berat dari batuan granit lapuk, selanjutnya dilakukan pengukuran dan analisis thorium di laboratorium menggunakan X-Ray Fluorescence. Batuan granit dianggap potensial thorium apabila mempunyai kadar thorium minimal tiga kali kadar thorium dalam granit normal (15 ppm) dan batuan granit telah mengalami pelapukan tingkat lanjut sehingga mudah untuk ditambang. Hasil studi menunjukkan bahwa kadar thorium pada granit Gadung 76 ppm, granit Bebuluh  23,33 ppm, granit Mangol 42 ppm, granit Pemali 35,40 ppm, granit Jebus 85,96 ppm, granit Pelangas 66,73 ppm dan granit Menumbing 67,03 ppm. Secara umum, kondisi fisik batuan granit di lapangan menunjukkan telah mengalami pelapukan tingkat lanjut. Batuan granit yang potensial thorium adalah granit Jebus, Menumbing, Pelangas dari Bangka Barat dan granit Gadung dari Bangka Selatan. Berdasarkan data Pulau Bangka layak dipertimbangkan dalam pengembangan eksplorasi thorium."
JPEN 16:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Di Indonesia umumnya thorium dijumpai dalam batuan granit. Salahsatunya di pulau Bangka, terdapat cukup banyak singkapan batuan granit, seperti granit Menumbing, granit Pelangas, granit Jebus, granit Pemali, granit Mangol, granit Bebuluh dan granit Gadung. Penyebaran granit-granit tersebut cukup luas sehingga dianggap sebagai granit potensial thorium. Tujuan penelitian untuk mengetahui potensi thorium pada batuan granit yang terdapat di pulau Bangka. Metode yang digunakan adalah pengambilan sampel mineral berat dari batuan granit lapuk, selanjutnya dilakukan pengukuran dan analisis thorium di laboratorium menggunakan X-Ray Fluorescence. Batuan granit dianggap potensial thorium apabila mempunyai kadar thorium minimal tiga kali kadar thorium dalam granit normal (15 ppm) dan batuan granit telah mengalami pelapukan tingkat lanjut sehingga mudah untuk ditambang. Hasil studi menunjukkan bahwa kadar thorium pada granit Gadung 76 ppm, granit Bebuluh  23,33 ppm, granit Mangol 42 ppm, granit Pemali 35,40 ppm, granit Jebus 85,96 ppm, granit Pelangas 66,73 ppm dan granit Menumbing 67,03 ppm. Secara umum, kondisi fisik batuan granit di lapangan menunjukkan telah mengalami pelapukan tingkat lanjut. Batuan granit yang potensial thorium adalah granit Jebus, Menumbing, Pelangas dari Bangka Barat dan granit Gadung dari Bangka Selatan. Berdasarkan data Pulau Bangka layak dipertimbangkan dalam pengembangan eksplorasi thorium."
JPEN 16:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Ikral Pamungkas
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kondisi geologi, karakteristik granit, dan distribusi unsur tanah jarang (UTJ) di wilayah Tapaktuan dan Samadua, Aceh Selatan, yang memiliki potensi sumber daya mineral strategis. Wilayah ini berada dalam sistem tektonik busur vulkanik Woyla dengan sejarah geologi kompleks mencakup deformasi akibat kompresi arah ENE-WSW hingga N-S, intrusi granit Samadua terkait magmatisme subduksi, dan dinamika tektonik akibat Sesar Transform Sumatra. Penelitian ini dilakukan melalui observasi lapangan, analisis petrologi, petrografi, dan geokimia menggunakan XRF dan ICP-MS untuk mengidentifikasi mineral pembawa UTJ dan distribusinya secara spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Granit Samadua adalah granit tipe-I dengan karakteristik abu-abu kemerahan, tekstur porfiritik-faneritik, dan komposisi kuarsa, k-feldspar, plagioklas, dan biotit. Analisis petrografi menunjukkan transisi dari monzogranite di utara ke syenogranite di selatan, disertai pengayaan unsur alkali di selatan yang mencerminkan diferensiasi magmatik. Mineral pembawa UTJ utama adalah titanit, apatit, zirkon, dan monasit, dengan dominasi unsur tanah jarang ringan (LREE) seperti Cerium (Ce), Lanthanum (La), dan Neodymium (Nd). Korelasi spasial menunjukkan konsentrasi UTJ lebih tinggi di wilayah utara dengan nilai koefisien determinasi R² = 0,43 untuk LREE dan R² = 0,42 untuk HREE, mencerminkan hubungan erat antara distribusi UTJ dan proses magmatisme. Temuan ini mempertegas potensi wilayah Tapaktuan dan Samadua sebagai zona mineralisasi UTJ yang signifikan dengan implikasi untuk eksplorasi sumber daya mineral strategis.

This study aims to examine the geological conditions, granite characteristics, and distribution of rare earth elements (REE) in the Tapaktuan and Samadua regions, South Aceh, which have significant potential as strategic mineral resources. The area is located within the Woyla volcanic arc tectonic system, with a complex geological history that includes ENE-WSW until N-S compression deformation orientation, Samadua granite intrusion associated with subduction magmatism, and tectonic dynamics driven by the Sumatran Transform Fault. The research was conducted through field observations, petrological, petrographic, and geochemical analyses using XRF and ICP-MS to identify REE-bearing minerals and their spatial distribution. Results show that Samadua Granite is classified as I-type granite with grayish-pink color, porphyritic-phaneritic texture, and composed of quartz, k-feldspar, plagioclase, and biotite. Petrographic analysis reveals a transition from monzogranite in the north to syenogranite in the south, accompanied by alkali enrichment in the south, indicating significant magmatic differentiation. The main REE-bearing minerals include titanite, apatite, zircon, and monazite, with a dominance of light rare earth elements (LREE) such as Cerium (Ce), Lanthanum (La), and Neodymium (Nd). Spatial correlation shows higher REE concentrations in the northern region, with determination coefficients of R² = 0.43 for LREE and R² = 0.42 for HREE, reflecting a strong relationship between REE distribution and magmatic processes. These findings highlight the potential of Tapaktuan and Samadua as significant zones for REE mineralization with implications for strategic mineral resource exploration. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldi Rivaldi
"Komplek Granitoid Sibolga (KGS) di Blok Sumatra Barat merupakan objek studi yang penting untuk memahami proses magmatisme paska kolisi di wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi batuan, menginterpretasikan petrogenesis, proses evolusi magma, serta hubungannya dengan sebaran mineralisasi LTJ pada granitoid KGS. Analisis dilakukan melalui pendekatan petrologi, petrografi, geokimia unsur mayor, dan unsur jejak. Hasil analisis menunjukkan bahwa granitoid KGS secara dominan terdiri dari syenogranit dan monzogranit yang bersifat peraluminous, ferroan, dan termasuk dalam seri kalk-alkalin tinggi-K. Berdasarkan analisis petrologi, terlihat batuan di utara didominasi oleh syenogranit yang memiliki ukuran butir lebih besar dibanding ukuran butir di selatan yang didominasi oleh batuan monzogranit. Mikrotekstur di utara berupa zonasi plagioklas, di area transisi berupa perthite, sedangkan mikrotekstur di selatan berupa graphic intergrowth. Berdasarkan analisis diskriminasi geokimia, granitoid ini terklasifikasikan sebagai granit Tipe-A (subtipe A2) yang terbentuk dalam lingkungan tektonik post-collisional. Evolusi magma secara dominan dikontrol oleh proses diferensiasi melalui fraksinasi kristal yang intensif. Hal ini dibuktikan oleh deplesi kuat pada unsur Ba, Sr, P, Ti, anomali negatif Eu yang signifikan yang mengindikasikan fraksinasi plagioklas serta tingginya unsur Rb. Selain itu, terjadi proses magma mingling di area utara yang membuat persentase SiO2 pada granit tipe-A ini berkurang dan FeO bertambah. Al2O3 yang cukup tinggi pada granit tipe-A ini, dihasilkan dari peleburan batuan kerak sebelumnya yang cukup kaya akan Al2O3. Pengayaan seluruh LTJ terjadi di selatan, yang merupakan area kristalisasi akhir magma, sementara terdapat pengayaan LTJR di utara akibat proses sekunder (alterasi).

The Sibolga Granitoid Complex (SCG) in the West Sumatra Block is an important object of study to understand the post-collisional magmatism process in that region. This research aims to characterize the rocks, interpret the petrogenesis, the magma evolution process, as well as its relationship with the distribution of REE mineralization in the SCG granitoid. Analysis was conducted through petrology, petrography, major element geochemistry, and trace element approaches. The analysis results show that the SCG granitoid is dominantly composed of syenogranite and monzogranite which are peraluminous, ferroan, and are included in the high-K calc-alkaline series. Based on petrological analysis, it is seen that the rocks in the north are dominated by syenogranite which has a larger grain size compared to the grain size in the south which is dominated by monzogranite rocks. Microtextures in the north are in the form of plagioclase zoning, in the transition area in the form of perthite, while microtextures in the south are in the form of graphic intergrowth. Based on geochemical discrimination analysis, this granitoid is classified as A-type granite (A2-subtype) which was formed in a post-collisional tectonic environment. Magma evolution is dominantly controlled by the process of differentiation through intensive crystal fractionation. This is proven by the strong depletion in Ba, Sr, P, Ti elements, a significant negative Eu anomaly which indicates plagioclase fractionation, as well as the high Rb element. Besides that, a magma mingling process occurred in the northern area which made the SiO₂ percentage in this A-type granite decrease and FeO increase. The fairly high Al₂O₃ in this A-type granite is produced from the melting of previous crustal rocks which were fairly rich in Al₂O₃. REE enrichment occurs in the south, which is the final crystallization area of the magma, while LREE enrichment is found in the north due to secondary processes (alteration)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kaisha Nasywa As-syagaf Tumangger
"Salah satu sumber paling ekonomis dari unsur tanah jarang (UTJ) adalah batuan beku felsik. Di Kabupaten Lampung Tengah, terdapat bukit intrusi batuan granitik yang berpotensi menghasilkan sumber daya geologi. Penelitian ini bertujuan mengkaji karakteristik mineral, oksida utama dan unsur jejak, dan petrogenesa batuan granitik pada Satuan Granit Padean. Analisis dilakukan dengan menggunakan data petrografi dan geokimia batuan beku untuk menentukan petrogenesa dari batuan. Hasil penelitian menunjukkan batuan granitik di daerah penelitian terdiri atas Granodiorite, Quartz-Syenite, Syenogranite, dan Monzogranite, yang memiliki variasi feldspar berbeda. Mineral lain yang terdapat pada batuan utamanya adalah biotit dan amfibol. Mineral aksesoris meliputi apatit dan monazit, dengan garnet ditemukan pada salah satu Monzogranite. Secara geokimia, Granodiorite dan Quartz-Syenite memiliki SiO₂ lebih rendah dibanding Syenogranite dan Monzogranite. Teramati tren negatif antara SiO₂ dengan Na₂O, MgO, Fe₂O₃, P₂O₅, Al₂O₃, dan CaO; serta tren positif dengan K₂O. Semua sampel termasuk seri kalk-alkalin dan umumnya metaluminous, kecuali GNS 01B yang peraluminous. Terdapat pengayaan LREE dan rasio LILE/HFSE tinggi, kecuali pada GNS 01B. Secara petrogenesa, batuan granitik di daerah penelitian terbagi menjadi batuan granitik tipe I dan tipe S, dengan indikasi keberadaan tipe transisi di antara keduanya. Batuan terbentuk pada Episode D tektonik Kapur (120–75 juta tahun lalu), yaitu batuan granitik tipe I terbentuk lebih dulu pada peristiwa subduksi. Selanjutnya, proses kolisi menghasilkan penebalan kerak dan memicu anateksis, menghasilkan magma granitik tipe S. Pencampuran magma tipe S pada sisa magma hasil subduksi menghasilkan batuan granit transisi antara tipe I dan S.

Felsic igneous rocks are among the most economically viable sources of rare earth elements (REE). In Central Lampung Regency, a granitic intrusion known as the Padean Granite Unit has potential as a geological resource. This study aims to examine the mineralogical characteristics, major and trace element geochemistry, and petrogenesis of the granitic rocks. Analysis was conducted using petrographic and geochemical data from igneous rock samples to determine their origin. The results show that the granitic rocks in the study area consist of Granodiorite, Quartz-Syenite, Syenogranite, and Monzogranite, distinguished primarily by feldspar composition. Mafic minerals commonly found include biotite and amphibole, while accessory minerals include apatite and monazite; garnet was observed in one Monzogranite sample. Geochemically, Granodiorite and Quartz-Syenite exhibit lower SiO₂ content compared to Syenogranite and Monzogranite. Negative correlations were observed between SiO₂ and Na₂O, MgO, Fe₂O₃, P₂O₅, Al₂O₃, and CaO, while a positive correlation was found with K₂O. All samples fall within the calc-alkaline series and are mostly metaluminous, except for sample GNS 01B, which is peraluminous. Most samples show enrichment in LREE and high LILE/HFSE ratios, except for GNS 01B. Petrogenetically, the granitic rocks are classified into type I and type S, with indications of transitional types between them. These rocks formed during the Cretaceous tectonic Episode D (120–75 Ma). Type I granite formed earlier during subduction events, followed by continental collision that caused crustal thickening and anatexis, resulting in type S magma. Mixing of type S magma with residual subduction-derived magma produced transitional granitic rocks between type I and type S."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Kurniasari
"Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab utama penyakit akut di seluruh dunia. Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah di Jawa Barat dengan kasus ISPA yang tinggi. Desa Wanaherang, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor merupakan lokasi 25 industri pemotongan keramik dan granit. Proses produksi di industri pemotongan keramik dan granit menghasilkan partikulat debu yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan pekerja.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pajanan faktor lingkungan dengan kejadian ISPA pada pekerja di industri pemotongan keramik dan granit Desa Wanaherang, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 103 pekerja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor lingkungan yang memiliki hubungan bermakna dengan kejadian ISPA pada pekerja adalah PM10 dalam ruang kerja (2,90; 1,08-7,77). Faktor yang paling dominan hubungannya dengan kejadian ISPA pada pekerja adalah PM10 dalam ruang kerja (2,90; 1,08-7,77). Himbauan penggunaan APD perlu diterapkan pada pekerja industri pemotongan keramik dan granit.

Acute Respiratory Infection (ARI) is a major cause of acute illness in the worldwide. Bogor district is one of region in West Java with high ARI case. There is 25 ceramic and granite cutting industry location located in Wanaherang Village that can affect worker’s health.
This study aims to analyze the relationship between environmental factors and the incidence of respiratory infection in ceramic and granite cutting industry workers at Wanaherang village, Gunung Putri, Bogor. This study uses cross sectional study design with sample of 103 workers.
Result shows that environmental factors which significantly associated with ARI among workers is indoor PM10 concentration (2,90; 1,08-7,77). The most dominant factor associated with the occurrence of ARI among workers is indoor PM10 concentration (2,90; 1,08-7,77). PPE usage should be applied by ceramic and granite cutter workers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54988
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library