Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Afifah Sekar Arifianti
"Daerah “CB’ merupakan salah satu daerah prospek geotermal di Indonesia. Indikasi adanya potensi sistem geotermal daerah “CB” ditandai dengan kemunculan manifestasi permukaan berupa kelompok mata air panas yang bertemperatur 68 – 74.8oC dengan pH antara 6.35 – 68.4. Penelitian ini bertujuan untuk membangun model konseptual terintegrasi dari data magnetotellurik, gravitasi satelit GGMPlus, geologi, dan geokimia. Hasil dari pemodelan inversi 3-D magnetotellurik menunjukkan adanya sebaran clay cap dengan variasi ketebalan 1 - 2 km, yang ditandai dengan nilai resistivitas 1 – 15 Ωm. Lapisan reservoir diduga mempunyai resistivitas 20 – 60 Ωm dengan puncak reservoir yang berada pada kedalaman ≤ 1000 meter di bawah permukaan. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan geotermometer Na/K Giggenbach, rata-rata temperatur reservoir relatif cukup tinggi yaitu sekitar 220 - 250 ºC. Sumber panas pada sistem geotermal “CB” ini diperkirakan berasal dari plutonik body yang berasosiasi dengan aktivitas sesar. Dalam penelitian ini juga diperoleh indikasi adanya struktur graben berarah barat laut - tenggara dan beberapa struktur patahan lainnya berdasarkan hasil analisis turunan berupa First Horizontal Derivative (FHD) dan Second Vertical Derivative (SVD) dari gravitasi satelit GGMPlus. Sistem geotermal “CB” ini diduga termasuk ke dalam klasifikasi fault-controlled geothermal system.reynor Ratio, and Jensen's Alpha with CAPM based on data collected from refinitv, eikon, IDX, Yahoo Finance for the period 2016 – 2021. The results show that in the period of crisis SSRI outperforms ISSI and SRI Kehati and in general SSRI could compete with ISSI and SRI Kehati. These results indicate that incorporating ESG screening into sharia investment decisions does not have a negative impact on returns and risks, so that it can be used as an option for portfolio diversification. In addition SSRI will increase the impact and positive contribution to reducing the financing gap for SDGs, as well as gain a wider investor base.

Daerah “CB’ merupakan salah satu daerah prospek geotermal di Indonesia. Indikasi adanya potensi sistem geotermal daerah “CB” ditandai dengan kemunculan manifestasi permukaan berupa kelompok mata air panas yang bertemperatur 68 – 74.8oC dengan pH antara 6.35 – 68.4. Penelitian ini bertujuan untuk membangun model konseptual terintegrasi dari data magnetotellurik, gravitasi satelit GGMPlus, geologi, dan geokimia. Hasil dari pemodelan inversi 3-D magnetotellurik menunjukkan adanya sebaran clay cap dengan variasi ketebalan 1 - 2 km, yang ditandai dengan nilai resistivitas 1 – 15 Ωm. Lapisan reservoir diduga mempunyai resistivitas 20 – 60 Ωm dengan puncak reservoir yang berada pada kedalaman ≤ 1000 meter di bawah permukaan. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan geotermometer Na/K Giggenbach, rata-rata temperatur reservoir relatif cukup tinggi yaitu sekitar 220 - 250 ºC. Sumber panas pada sistem geotermal “CB” ini diperkirakan berasal dari plutonik body yang berasosiasi dengan aktivitas sesar. Dalam penelitian ini juga diperoleh indikasi adanya struktur graben berarah barat laut - tenggara dan beberapa struktur patahan lainnya berdasarkan hasil analisis turunan berupa First Horizontal Derivative (FHD) dan Second Vertical Derivative (SVD) dari gravitasi satelit GGMPlus. Sistem geotermal “CB” ini diduga termasuk ke dalam klasifikasi fault-controlled geothermal system."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Dhian Fathurrahman
"Cubadak merupakan salah satu daerah prospek geotermal di pulau Sumatera yang diindikasikan dengan keberadaan 3 manifestasi air panas bertemperatur 68-74,8°C. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik sistem geotermal di daerah penelitian melalui pemodelan 3D metode magnetotellurik berdasarkan distribusi resistivitas bawah permukaan. Hasil pemodelan menunjukkan adanya zona konduktif dengan nilai resistivitas <15 Ωm yang diindikasikan sebagai batuan teralterasi (claycap) dan batuan pengisi graben, zona resistivitas sedang (16–100 Ωm) sebagai zona reservoir, serta zona resistivitas tinggi (>100 Ωm) sebagai basement. Zona recharge terdeteksi pada sisi timur laut (NE) dan barat daya (SW) sebagai jalur masuknya fluida meteorik ke reservoir, sedangkan zona discharge merupakan jalur keluarnya fluida panas dari reservoir. Sumber panas (heat source) sistem geotermal diduga berada pada elevasi >- 1500 m. Manifestasi mata air panas di daerah penelitian terletak pada zona upflow, bersumber dari reservoir bertemperatur 148–178°C, dengan sesar Cubadak sebagai jalur keluarnya. Empat sesar utama, yaitu sesar Andilan, Cubadak, Rantau Panjang, dan sesar X, diduga menjadi kontrol utama pembentukan graben di daerah penelitian. Sistem geotermal ini diklasifikasikan sebagai sistem tektonik dengan dominasi air, di mana graben berperan sebagai zona depresi tempat terbentuknya sistem tersebut. Rekomendasi titik pengeboran berada pada zona upflow di dekat titik MT-15, berdekatan dengan sesar Andilan yang memiliki permeabilitas baik, dengan target temperatur 178°C dan kandungan fluida netral. Batas daerah prospek ditentukan berdasarkan penampang sebaran resistivitas yang diintegrasikan dengan model konseptual penampang MT lintasan 1, berada di antara titik MT-08, MT-09, MT-10, MT-15, dan MT-16.

Cubadak is one of the geothermal prospect areas in Sumatra, indicated by the presence of three hot spring manifestations with temperatures ranging from 68–74.8°C. This study aims to identify the characteristics of the geothermal system in the research area through 3D modeling using the magnetotelluric method based on subsurface resistivity distribution. The modeling results reveal a conductive zone with resistivity values <15 Ωm, interpreted as altered rocks (clay cap) and graben infill rocks, a moderate resistivity zone (16–100 Ωm) indicating the reservoir zone, and a high resistivity zone (>100 Ωm) representing the basement. Recharge zones are identified in the northeast (NE) and southwest (SW) as pathways for meteoric fluid entry into the reservoir, while the discharge zone serves as the pathway for heated fluid exit from the reservoir. The heat source of the geothermal system is inferred to be located at an elevation >-1500 m. The hot spring manifestations in the research area are located in the upflow zone, originating from a reservoir with temperatures of 148–178°C, with the Cubadak fault serving as the conduit for their emergence. Four main faults—Andilan, Cubadak, Rantau Panjang, and Fault X—are inferred to be the primary controls on graben formation in the research area. The geothermal system is classified as a tectonic system dominated by water, with the graben acting as a depression zone where the system is formed. The recommended drilling point is located in the upflow zone near MT-15, close to the Andilan fault, which indicates good permeability, targeting a temperature of 178°C and neutral fluid content. The prospect area boundary is determined based on the resistivity distribution cross- section integrated with the conceptual model of MT line 1, located between points MT- 08, MT-09, MT-10, MT-15, and MT-16. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library