Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahman Mulyawan
Abstrak :
Pembinaan di bidang politik, secara nasional merupakan salah satu tunas Departemen Dalam Negeri, yang dalam hal ini ditangani oleh Direktorat Jenderal Sosial Politik. Hal ini dapat dilihat dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 1974 tanggal 26 Maret 1974 tentang Tugas Pokok Departemen Dalam Negeri, yaitu Menyelenggarakan sebagian tugas umum pemerintahan dan pembangunan di bidang pemerintahan umum otonomi daerah pembangunan masyarakat desa dan agraria. Sedangkan urusan Pemerintahan Umum, yang dimaksud adalah urusan Pemerintahan yang meliputi bidang-bidang ketentraman dan ketertiban politik, koordinasi pengawasan dan urusan pemerintahan lainnya yang tidak termasuk dalam tugas sesuatu Instansi dan tidak termasuk rumah tangga Daerah. Pembinaan Politik tersebut di atas adalah dalam rangka menyelenggarak.an stabilitas politik dalam negeri, dengan sendirinya juga stabilitas keamanan nasional.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T4266
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mansyur
Abstrak :
Gerakan reformasi politik di Indonesia menuntut perubahan politik mendasar. Reformasi politik menghendaki adanya keterbukaan politik yang luas, sehingga muncul banyak partai politik. Pemilu tahun 1999 di DKI Jakarta menghasilkan wakil rakyat yang duduk di DPRD DKI Jakarta. Pemilu tersebut mengantarkan PPP sebagai partai politik pemenang kedua, yang mempunyai peran signifikan di dalam mengeluarkan aspirasi konstituennya. Pokok masalah penelitian ini adalah bagaimana interaksi politik anggota Fraksi PPP dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2002. Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif. Data primer dikumpulkan dari sumber informan, melalui wawancara mendalam (indepth interview) dari suatu penelitian lapangan (field research). Sedangkan data sekunder didapatkan dari berbagai buku dan dokumen tertulis, melalui suatu penelitian kepustakaan (library research). Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori perwakilan politik, teori partai politik. teori elit. dan teori komunikasi politik. Dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta tahun 2002 FPPP DPRD DKI Jakarta belum berperan secara memadai, karena belum ada interaksi politik yang baik. Baik antar anggota FPPP maupun dengan fraksi lainnya. Pada awalnya FPPP merupakana satu-satunya fraksi yang menggulirkan calon gubernur berasal dari betawi asli dan wacana pemlihan secara langsung. Ide ini tidak berhasil diperjuangkan. Kemudian Hamzah Haz, selaku Ketua Umum DPP PPP yang juga sebagai Wakil Presiden RI, mendorong FPPP berkoalisi dengan FPDI-P dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta tahun 2002, hal ini pun tidak berhasil dijalankan. Dalam proses politik selanjutnya terjadi interaksi politik antar fraksi di dalam dewan secara ketat, di mana kemampuan memanfaatkan peluang politik sangat menentukan. FPPP hanya mendasarkan perhitungan suara hasil pemilu tahun 1999, akibatnya perhitungan tersebut tidak tepat dan pasangan yang diunggulkan FPPP, Sutiyoso dan Chudlary kurang mendapat dukungan. Sedangkan pasangan Sutiyoso dan Fauzi Bowo mendapat dukungan dari FPDI-P, FPG, dan FPKP, ditambah rekomendasi dari Megawati Sukarno Putri yang juga merupakan Presiden R.I. Hal tersebut membuat pasangan Sutiyoso dan Fauzi Bowo memenangkan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta periode 2002-2007.
The Role of Partai Persatuan Pembangunan's Faction Members in DPRD DKI Jakarta in Succeeding the Governor of DKI Jakarta, A. Study Case on the 2002 Election of DKI Jakarta's Governor Position.Political reformation movement in Indonesia demanded for significant political changes. Political reformation looked for a wider political openness which led to the emergence of many political parties. The 1999 local election at DKI Jakarta had selected member of local parliament (DPRD DKI Jakarta), in which Partai Persatuan Pembangunan (PPP) became the second winner with significant role as a channel of its constituent's aspiration. The core problem of this research is how members of PPP faction in DPRD DKI Jakarta interact politically during the 2002 Election of the Governor of DKI Jakarta. This research is a descriptive qualitative research. Data collected through 2 sources: primary data in the form of in-depth interview and secondary data in the forms of books, newspapers and meeting reports. The unit of analysis used the organization, focusing on the observation on individual members. The whole problems are analyzed descriptively. The collection of data was conducted by library research and field research. The theories that used in this research are political representative theory, political parry theory, elite theory, and political communication theory. During the 2002 Election of Governor and Deputy Governor of DKI Jakarta, the PPP faction of DPRD DKI Jakarta have not played significant role due to the lack of good political interaction, between members of PPP faction and with other factions. In the beginning, PPP faction in DPRD DKI Jakarta was the only faction who demanded the candidate of DKI Jakarta's governor came from indigenous Betawi and the election process to be held directly. These demands failed to get supports due to the lack of preparation on many things. Hamzah Haz as the chairman of PPP as well as Vice President of Indonesian Republic underlined the importance of Vice President position to be maintained, which called upon coalition to be established between PPP and PDI-P faction. It was clear depicted in the PPP faction struggle to place Tarmidi Suhardjo (from PDI-P faction) and Chudlarv (PPP faction) as candidates of Governor and Deputy Governor. In the following election process, the political interaction between various factions inside the DPRD DKI Jakarta taken place very fierce, where the ability to take advantage of chances became very important_ PPP faction only took account the support based on the result of 1999 election, hence they miscalculate and the PPP faction's candidates, Sutiyoso-Chudlarr, did not get enough support. Meanwhile the candidate Sutiyoso-Fauzi Bowo got the supports from PDI-P, PG and PKP factions as well as Megawati Soekarno Putti's recommendation, the President at that time. This made Sutiyoso and Fauzi Bowo won the DKI's Governor Election for the period of 2002-2007.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T14351
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Kemal Hasan
Abstrak :


ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai strategi kampanye pada pemilihan kepala daerah. Fokus penelitian ini yaitu menjelaskan strategi kampanye yang digunakan oleh pasangan Anies-Sandi pada pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2017 dan alasan dari penggunaan strategi kampanye tersebut. Menarik diteliti karena kampanye merupakan salah satu cara kandidat untuk mendapatkan suara pemilih. Kampanye juga merupakan salah satu tahap dari suatu pemilihan. Setiap kandidat memiliki strategi kampanye yang berbeda untuk mendapatkan suara pemilihnya. Pada pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2017 pasangan Anies-Sandi menggunakan bentuk kampanye pra-modern, modern, dan post-modern yang didasarkan pada keterampilan individu kandidat, keterampilan tim kampanye, penggambaran di media mengenai kandidat, dan lanskap politik Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan model analisa deskriptif serta teknik pengumpulan data primer dan sekunder melalui wawancara mendalam serta sumber-sumber literatur. Teori yang digunakan adalah strategi komunikasi kampanye dari Pippa Norris dan konsep yang digunakan adalah efektivitas kandidat dari Jonathan Paul Day.
ABSTRAK
This thesis discusses about campaign strategy on governor election. The focus of this research is to explain the campaign strategy used by Anies Sandi in the election of Governor of Jakarta 2017 and the reason for using the campaign strategy. Interesting to be observed because campaign is the way of candidate to get vote. The campaign is also one of the stages of an election. Each candidate has a different campaign strategy to get votes. In the 2017 Governor election of DKI Jakarta Anies Sandi use pre modern, modern, and post modern campaigns based on personal skill of the candidate, the skill of the candidate rsquo s campaign team, the media rsquo s portayal of the candidate, and the political landscape of Jakarta. This research used a qualitative approach with descriptive analysis model with techniques of collecting primary and secondary data through indepth interviews and literature sources. The theory used is the campaign communication strategy of Pippa Norris and the concept used is the candidates effectiveness from Jonathan Paul Day.
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusri
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana representasi tuturan calon gubernur Sulawesi Selatan menjelang pemilihan gubernur tahun 2013 khususnya dalam aspek kesopanan berbahasa dan bagaimana hubungan antara budaya tutur masyarakat Sulawesi Selatan dengan maksim kesopanan berbahasa yang secara universal diikuti. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan pragmatik. Data dalam penelitian ini ialah data tertulis, yakni tuturan para calon gubernur Sulawesi Selatan yang diambil dari media cetak terbesar di Sulawesi Selatan, yakni Harian Fajar dan Tribun Timur selama 4 bulan, yaitu bulan April, Mei, Juni, dan Juli. Data yang berupa tuturan para politisi dikaji berdasarkan maksim-maksim yang secara universal diikuti untuk menunjukkan kesopanan berbahasa terhadap lawan tuturnya. Dalam melakukan pemaknaan, peneliti juga memperhatikan konteks tutur budaya masyarakat Sulawesi Selatan. Maksim-maksim yang digunakan adalah maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim pemufakatan, dan maksim simpati. Penelitian ini menemukan bahwa tuturan calon gubernur Sulawesi Selatan yang sesuai dengan maksim kesopanan berbahasa cenderung mengikuti maksim penghargaan, tuturan calon gubernur Sulawesi Selatan yang melanggar maksim kesopanan berbahasa cenderung mengikuti maksim kesederhanaan. Berdasarkan berbagai tuturan yang dianalisis, dapat dilihat bahwa tuturan calon gubernur Sulawesi Selatan cenderung sesuai dengan maksim kesopanan berbahasa. Beberapa tuturan yang diinterpretasikan dengan konteks budaya tutur masyarakat Sulawesi Selatan memperlihatkan bahwa terdapat kesesuaian antara budaya tutur masyarakat Sulawesi Selatan dengan maksim kesopanan berbahasa yang peneliti gunakan.

The research looks into the Governor Candidate of South Sulawesi’s representation of speech acts leading up to the governor’s election in 2013, in particular into politeness and the relation between cultural speech acts in South Sulawesi society and universal politeness maxim. The research is qualitative with pragmatic approach. This research uses written data from the utterances of the South Sulawesi’s incumbent Governors printed in the biggest mass media in South Sulawesi—Harian Fajar and Tribun Timur—for 4 months, in April, May, June, and July. The data, in the form of utterances produced by the politicians, are analyzed based on maxims that are universally used to show politeness towards their addresses. In analyzing meanings, researchers also consider the cultural context in which speech acts occured in South Sulawesi society. The maxim involved tact maxim, generosity maxim, approbation maxim, modesty maxim, agreement maxim, and sympathy maxim. The research finds that the utterances by the incumbent Governors of South Sulawesi conform to politeness maxim in accordance with approbation maxim, while the utterances by the governor candidate of South Sulawesi that violate the politeness maxim tend to adhere to modesty maxim. Utterances that are analyzed show that the utterances produced by the governor candidate of South Sulawesi are more likely to conform to politeness maxim. Several utterances that are interpreted within South Sulawesi cultural context of speech acts show that there is appropriateness between cultural speech act in South Sulawesi society and maxim of politeness used in this research.
Universitas Negeri Makassar. Lembaga Penelitian, 2012
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Eni Susanti
Abstrak :
Penelitian ini mendeskripsikan tentang 'teman ahok' sebagai pelopor relawan muda yang memanfaatkan media sosial untuk mengkampanyekan segala kegiatan dan kinerja Gubenrur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama Ahok dan menyikapi permasalahan yang terjadi selama proses pencalonan terhadap Basuki Tjahaja Purnama Ahok agar dapat maju dalam Pilgub DKI Jakarta Tahun 2017. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa 'teman ahok' termasuk dalam kategori kepeloporan, hal tersebut sesuai dengan indikator yang dimiliki 'teman ahok' dalam definisi kepeloporan menurut kemenpora. Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa media sosial memiliki peran yang cukup signifikan dalam sebuah gerakan sosial untuk mendorong perubahan sosial. Serupa dengan penelitian ini yang mencoba melihat pemanfaatan media sosial yang digunakan sebagai salah satu strategi dalam gerakan sosial dengan harapan akan mendorong terciptanya perubahan sosial. Dalam konteks penelitian ini, peneliti berusaha melihat sejauh mana penggunaan media sosial oleh 'Teman Ahok' sebagai salah satu strategi untuk mengkampanyekan segala kegiatan dan kinerja Gubenrur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama Ahok untuk maju dalam Pemilihan Gubernur dan wakil Gubernur DKI Jakarta Tahun 2017. ...... This study describes the Ahok rsquo s Supporters that are called Teman Ahok Ahok rsquo s Friends as pioneers of young volunteers who use social media to campaign all the activities and performance ofthe Jakarta Governor Basuki Tjahaja Purnama Ahok and for addressing the problems that occur during the nomination process to Basuki Tjahaja Purnama Ahok in order to advance in election of Governor DKI Jakarta in 2017. This study is a qualitative research with descriptive design. The results of this study also show that the Teman Ahok is included in the category of pioneering.It is in line with indicators that belong to Teman Ahok in the definition of pioneering according to The Ministry of Youth and Sports Kemenpora. The results of this study also show that social media has a significant role in a social movement to encourage a social change. Similar to this study that tries to see the use of social media which is used as a strategy in the social movements in the hope of encouraging the creation of social change. In the context of this study, the researcher tried to see the extent to which the use of social media by the Friends Ahok is a strategy to campaign all the activities and performance of the Jakarta Governor Basuki Tjahaja Purnama Ahok to advance in the election of Governor and Vice Governor of the Jakarta in 2017.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Primus Wawo
Abstrak :
Ketika pemimpin rezim Orde Baru, Soeharto, dijatuhkan oleh gerakan reformasi rakyat Indonesia pada bulan Mei 1998 harapan berlangsungnya sebuah pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur yang demokratis menjadi keinginan semua pihak. Semua pihak tentunya tidak ingin lagi melihat adanya berbagai bentuk intervensi dan pemerintah pusat yang berlebihan di luar aturan hukum yang ada, seperti yang tampak pada praktek pemilihan di era Orde Baru. Namun kenyataan justru tidak menunjukkan sebuah perubahan yang signifikan. Bahkan konflik muncul akibat bentuk intervensi seperti di era Orde Baru terlepas dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Studi ini berfokus pada konflik Internal PDI-P antara Megawati (DPP) dan Tarmidi Suhardjo (DPD) dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta Periode Tahun 2002-2007. Metode penelitian yang digunakan studi ini meliputi empat aspek. Pertama, pendekatan kualitatif. Kedua, tipe penelitian deskriptif analitis. Ketiga, teknik pengumpulan data primer melalui wawancara mendalam (interview indepth), data sekunder dengan studi kepustakaan. Keempat, teknik analisis dengan kualitatif. Adapun temuan-temuan yang dihasilkan dari studi ini dengan menggunakan metodologi di atas meliputi; Legitimasi hukum yang telah diperoleh oleh Sutiyoso berupa ketetapan DPRD DKI Jakarta tentang mengakuan oleh DPRD DKI Jakarta sebagai Gubernur DKI Jakarta Periode Tahun 2002-2007, dan penetapan atau pelantikan oleh Presiden RI setelah sebelumnya dipilih secara sah oleh sebagian anggota DPRD DKI Jakarta menunjukkan bahwa secara hukum Sutiyoso adalah Gubernur DKI Jakarta Periode Tahun 2002-2007. Meskipun Sutiyoso terpilih sesuai mekanisme perundang-undangan yang berlaku, namun munculnya berbagai kelompok kepentingan (interest group) dan kelompok penekan (pressure group) yang menolaknya sebagai Gubernur DKI Jakarta merupakan indikasi tidak maksimalnya legitimasi politik yang diperolehnya, Bahkan dukungan yang diberikan oleh Megawati (DPP) terhadap Sutiyoso tidak memperkuat legitimasi politik tersebut, karena Megawati (DPP) melakukannya di luar prinsip-prinsip demokrasi yang berlaku secara umum. Begitu pula tampilnya elemen kekuatan politik masyarakat baik kelompok kepentingan (interest group) maupun kelompok penekan (pressure group) dalam pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur yang memperjuangkan aspirasi dan calonnya masing-masing harus dipandang sebagai sebuah bentuk partisipasi politik masyarakat Jakarta yang memberi kontribusi terhadap proses demokrasi terutama pada mekanisme pencalonan dan pemilihan. Karena itu adanya penilaian bahwa sejumlah aksi atau demonstrasi tidak murni atau ditunggangi tentu tidak relevan lagi dibicarakan dalam kaitannya dengan proses-proses politik yang terkait dengan kekuasaan dan kepentingan. Selanjutnya, adanya pengakuan anggota DPRD DKI Jakarta terutama anggota DPRD dari Fraksi PDI-P bahwa diantara mereka tidak diperintah memilih Sutiyoso dapat dianggap sebagai salah satu bentuk kebohongan publik. Sebab munculnya rekomendasi Megawati (DPP) Nomor: 94911NIDPPIVII12002 tanggal 15 Juli 2002 yang memerintahkan agar Fraksi PDI-P DPRD DKI Jakarta memilih Sutiyoso setidaknya membuktikan adanya penyimpangan dalam proses politik. Dan penyimpangan itulah yang menjadi hakekat dari sumber konflik internal PDI-P antara Megawati (DPP) dan Tarmidi (DPD). Konflik muncul karena Megawati (DPP) tidak menjunjung tinggi prinsip-prinsip demokratisasi, yang berarti pula telah melanggar pokok-pokok pikirannya sendiri yang pernah dilontarkan ke publik sebelum menjadi Ketua Umum PDI-P. Dan sebagai dampak dari penyimpangan ini tidak hanya membuat Tarmidi Suhardjo dipecat sesuai Surat Nomor: 205/DPP/KPTSI/X/2002 tanggal 8 Oktober 2002 dan keluar dari PDI-P, tetapi akan mempengaruhi perolehan suara PDI-P pada pemilu 2004. Dukungan Megawati sebagai Ketua Umum DPP PDI-P dan sebagai Presiden terhadap Sutiyoso merupakan bukti bahwa penguasa cenderung mempertahankan kekuasaannya. Karena itu dukungan Megawati terhadap Sutiyoso dalam pemilihan Gubennir/Wakil Gubernur DKI Jakarta Periode Tahun 2002-2007 tidak lepas dari kepentingan jangka pendek dan jangka panjang Megawati (DPP). Kepentingan jangka pendek Megawati berupa kepentingan ekonorni dan jaminan stabilitas sisa masa jabatannya. Sedangkan untuk jangka panjang kepentingan Megawati (DPP) berupa naiknya kembali elit PDI-P dipanggung politik nasional setelah memenangi permilu 2004. Karena itu terpilihnya Sutiyoso yang sangat ditentukan oleh adanya kekuatan politik DPP PDI-P harus dilihat sebagai bagian dari proses tawar menawar politik (bargaining) antara kepentingan Sutiyoso yang ingin terpilih kembali sebagai Gubernur DKI Jakarta Periode Tahun 2002-2007 dan kepentingan Megawati yang ingin agar masa kekuasaannya yang tanggal beberapa bulan lagi dapat bertahan, serta kepentingan PDI-P untuk pemenangan pemilu 2004. Namun bagaimanapun juga intervensi Megawati (DPP) dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta dengan mendukung Sutiyoso yang bukan kader PDI-P patut disesalkan oleh kader dan massa PDI-P, karena Megawati selaku Ketua Umum Partai dalam mengeluarkan rekomendasi dalam mendukung Sutiyoso tidak didahului dengan menjelaskan ke seluruh massa pendukungnya bahwa dukungannya terhadap Sutiyoso adalah demi kepentingan kekuasaannya dan kepentingan PDI-P.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13855
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pakpahan, Roy Tumpal
Abstrak :
Di era reformasi dan transisi demokrasi di Indonesia saat ini, salah satu agenda penting adalah masalah komitmen dari implementasi program otonomi daerah. Salah satu peristiwa politik yang menarik untuk diteliti di era otonomi daerah saat ini adalah fenomena konflik dalam pemilihan Gubemur dan Wakil Gubernur Provinsi Lampung periode 2003-2008. Dimana, dari hasil voting DPRD Provinsi Lampung berhasil memilih Gubernur dan Wakil Gubernur yaitu; Alzier Thabrani dan Ansori Yunus. Namun pemerintah pusat tidak mau mengesahkan hasil pemilihan karena menilai tidak sesuai prosedur UU dan status hukum Alzier sebagai tersangka. DPRD Lampung tidak menerima alasan pusat yang dinilai tidak relevan. Akibatnya terjadi konflik yang berkepanjangan antara elit politik di pusat dan daerah. Hal inilah yang menjadi pokok masalah yang membuat penulis tertarik meneliti dan menulis tesis yang berjudul "Konflik Elit Politik Pusat dan Daerah" (Studi Kasus Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Lampung Periode 2003-2008). Teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori-teori konflik politik elit, konsep politik lokal dan relasi antara pusat dan daerah. Metodologi yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif analitis, yang memberikan gambaran bagaimana fenomena terjadinya konflik antara pusat dan daerah. Dari hasil temuan penelitian diketahui faktor utama penyebab konflik politik ini terjadi, adalah karena sejak awal Megawati sebagai Presiden dan Ketua Umum DPP PDIP memang tidak menyukai terpilihnya kader PDIP sendiri, Alzier dan lebih memilih kader Golkar, Oemarsono sebagai Gubernur- Lampung. Selain karena alasan klasik Oemarsono berpengalaman sebagai Gubernur dan diharapkan bisa menaikkan suara PDIP pada pemilu 2004, juga sebenarnya terjadi politik uang dan perempuan yang diterima elit pimpinan DPP PDIP dari pendukung Oemarsono. Selain itu, terjadi konflik internal di PDIP, dimana elit DPP tidak mengakomodir aspirasi lokal (DPC dan DPD Lampung) yang melalui keputusan rapat kerja daerah telah memilih Alzier sebagai calon Gubernur dari PDIP. Implikasi teoritis yang dipakai dalam penelitian ini, telah mengaplikasikan teori konflik elit politik dan konsep politik lokal yang masih relevan. Tetapi, perlu dimodifikasi konsep relasi pusat dan daerah versi barat ke dalam perspektif negara kesatuan seperti Indonesia. Sampai sekarang, konflik ini masih berproses dan menunggu putusan kasasi dari Mahkamah Agung atas gugatan yang diajukan Alzier kepada pemerintah pusat. Jumlah halaman : v + 167 halaman + 7 Label, diagram dan gambar Daftar Pustaka : 47 buku dan artikel/jurnal, 9 produk UU/Peraturan Pemerintah/Keputusan Menteri, 1 disertasi dan 1 tesis, 5 media massa, 3 situs dotcom, 8 nara sumber; 8 lampiran.
Conflict of Central and Regional Elite Politicians (Case Study of Governor and Vice Governor Election in Lampung Province for the Period of 2003-2008)Nowadays, in the reform era in Indonesia, one of the important issues is concerning the commitment to implement the regional autonomy. One of the interesting political events to be researched is the conflict on the election of Governor and Deputy Governor of Lampung of 2003-2008. The voting result of Lampung parliament (DPRD) has appointed Alzier Thabrani and Ansori Yunus to become the Governor and Deputy, respectively. However, the Central Government is in position not to legalize the election result on the ground that the election was conducted in comply with the Law and due to Alzier's status as the suspect. In this regard, DPRD Lampung did not accept the central government's decision for somewhat irrelevant. As the result, there is a sustainable conflict within the political elite in the central government and local government as well_ The issue has become increasingly attractive the author to carry out some research and to - write the thesis titling "Conflict of Central and Regional Elite Politicians (Case Study of Governor and Vice Governor Election in Lampung Province for the Period of 2003-2008)". The theory used in the research is the theory of elite political conflict, local political concept and the relation between central and local government. Method used in the research is analytical descriptive approach, which shows the description on how the conflict between the central and local government has taken place. The research shows that the main factor causing the political conflict, is ever since Megawati as the president and "PDIP" leader dislikes the elected person who came from PDIP, i.e. Alzier. And therefore, she prefers the Golkar Party candidate, i.e. Oemarsono elected as the Governor of Lampung. Providing the classic argument that Oemarsono has experience as a Governor and he was highly expected to increase the PDIP votes on the 2004 election. The money politics and scandal involving woman politics which was provided by Oemarsono supporters to the PDIP central chairman also happened. Apart from this, an internal conflict at the PDIP has happened when the central chairman elite (DPP) failed to accommodate local (DPC & DPD) of Lampung aspiration. For the DPC and the DPD has appointed Alzier to become the governor candidate from the PDIP_ Theoritical implication used in the research is the relevant political elite conflict and local political concept. Hovewer, it is necessary to modify the western concept of local and central relation into the perspective of unitarian nation like Indonesia. Up to now, this conflict is ongoing and still waiting for the Supreme Court decision on the Alzier's appeal to the central government. Number of pages : v + 167 pages + 7 tables, diagrams and pictures; References: 47 books and papers 1 journals, 9 products of Laws/Government Regulations 1 Ministerial Decrees, 1 dissertation and 1 thesis, 5 mass medias, 3 sites of dotcom, 8 sources; 8 attachments.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T13876
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susilo Yanuardi
Abstrak :
Sesuai Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu/DKPP) adalah sebuah dewan etik independen yang memiliki kewenangan untuk menyelidiki dan memutuskan ada atau tidaknya dugaan pelanggaran kode etik, berikut memberikan sanksi atau rehabilitasi. Dalam prakteknya, DKPP tidak hanya membuat keputusan terkait dengan etika pelanggaran, sanksi, dan rehabilitasi tetapi juga memerintahkan Komisi Pemilihan Umum Daerah untuk meninjau ulang atau mengubah Keputusan tentang penetapan peserta pemilukada, sementara kewenangan untuk meninjau ulang atau mengubah susbstansi keputusan tata usaha Negara oleh KPUD adalah Pengadilan Tata Usaha. Fokus tesis ini adalah pemilihan gubernur di Provinsi Jawa Timur sebagai contoh dimana Putusan DKPP memerintahkan KPUD untuk mengubah keputusan mereka terkait penetapan peserta pemilukada yang sebelumnya dinyatakan tidak memenuhi syarat menjadi peserta pemilukada oleh KPUD. Perintah DKPP semacam ini tidak sejalan dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011. Putusan DKPP tidak mengubah prinsip-prinsip dan mekanisme pengujian sebuah keputusan tata usaha Negara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang TUN. Mekanisme penyelesaian sengketa TUN terkait pemilukada di PTUN yang tidak sejalan dengan proses dan tahapan pemilukada telah mengakibatkan DKPP menjadi pilihan bagi calon peserta pemilukada untuk mendapatkan keadilan. Dari sudut pandang penulis, perlu dibentuk suatu mekanisme khusus penyelesaian sengeketa TUN terkait pemilukada di lingkungan peradilan TUN yang sejalan dengan keberadaan, tugas, dan kewenangan DKPP. ...... In accordance with Law No. 15 Year 2011 on the General Election Implementers, Election Organizers Ethics Council is an independent ethic council that has authority to investigate and decide on complaints of alleged violations of code of conduct,which include sanctions or rehabilitations,committed by election organizers (included in the governor/regional elections). In practice, DKPP not only make decisions related to ethic violations, sanctions, and rehabilitations but also order the election organizers to review and/or change the Regional Election Commission decision. Whereas reviewing and changing KPUD decisions is Administrative Court authority. This thesis focus on governor election in East Java Province as an example area which DKPP verdict compelled KPUD to alter their decision related to electoral candidates, who previously ruled ineligible, could participate in the election. This mechanism is not in line with Law No. 15 Year 2011. DKPP verdict should not change the principles and mechanisms of test administrationin Administrative Court asstipulatedin Administrative law. Mechanism of election dispute in PTUN is not in line with election process in the regional level. Therefore, DKPP be a favourable option for election candidates to gain justice. From author perspective, it is necessarry to establish special administrative resolution mechanisms in administrative court which it should be along with the existence of DKPP.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
T41606
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arrumbinang Adikismo
Abstrak :
ABSTRAK
Bagi masyarakat daerah kota, personal characteristic merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan untuk memilih pemimpin, etnis salah satunya Lieske, 1989 . Etnis bagi individu bukan hanya sebagai kelompok sosial saja, namun sebagai bagian dari identitas. Penelitian ini bertujuan untuk menilai peran ethnic identity sebagai moderator hubungan antara kelompok etnis dengan perilaku memilih dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 Putaran kedua. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 286 orang yang terdiri dari 115 orang dengan latar belakang etnis Tionghoa dan 171 orang dengan latar belakang etnis Jawa. Data dalam penelitian ini diambil secara online sebelum pemilihan berlangsung. Hasilnya membuktikan bahwa ethnic identity tidak memiliki efek moderasi antara kelompok etnis dengan perilaku memilih dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017. Namun terdapat perbedaan perilaku memilih yang signifikan antara kelompok etnis Tionghoa dan Jawa dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017.
ABSTRACT
For urban people, personal characteristic is one of the factors considered for choosing a leader, ethnic one of them Lieske, 1989 . Ethnicity for every individual is not a social group, but one is able to further assess its attachment to the ethnic group they have. This study to assess the role of ethnic identity as a moderator relationship between ethnic groups and voting behavior in the 2017 Jakarta Gubernatorial Election. This study involved two ethnic groups to the background of the candidate for governor to be elected. Participants in the study numbered 286 people consisting of 115 people with Chinese background and 171 people with Javanese ethnic background. The data in this study was taken online before the election took place. The result present that ethnic identity has no moderate effect between ethnic group and voting behavior in Jakarta 2017 Governor Election. However, there were significant differences in voting behavior between Chinese and Javanese ethnic groups in the 2017 Jakarta Gubernur election.
2017
S68849
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Disty Habiba Amalia
Abstrak :
Penelitian ini membahas penerapan strategi image restoration oleh Ridwan Kamil dalam menghadapi Komunikasi Krisis yang terjadi setelah ia melakukan deklarasi menjadi Calon Gubernur Jawa Barat 2018 oleh Partai NasDem di media sosial Instagram. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan teknik analisis konten kualitatif menggunakan metode Philipp Mayring. Hasil penelitian menemukan bahwa Ridwan Kamil enggan mengakui kebenaran atas tuduhan negatif yang dituding oleh netizen sebagai strategi image restoration-nya melalui media sosial Instagram. ......This study aims to discuss on applying image restoration strategy by Ridwan Kamil on facing crisis communication that happened to him after declared for Jawa Barat Governor Election in 2018 by NasDem Party. This study uses qualitative approaches with content analysis method my Philipp Mayring. The result showed that Ridwan Kamil had never admit the truth about negative accusations addressed to him as his image restoration strategy that he used through his Instagram account.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>