Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hosea, Fransiscus Nikodemus
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Cancer stem cells CSC merupakan sel kanker yang memiliki karakteristik sel punca. Kepuncaan CSC berperan dalam menjaga kestabilan jaringan tumor, sifat resisten terhadap terapi dan memicu kejadian relaps. Kepuncaan CSC diduga dapat ditarget secara non-protein specific dengan mengganggu berbagai jalur pensinyalan yang berperan dalam mempertahankan kepuncaan sekaligus menghambat microenvironment. Proses glikosilasi protein berperan dalam kestabilan, transportasi, dan maturasi protein. Glukosamin diduga dapat berpengaruh terhadap interaksi CSC dengan Cancer-associated fibroblast CAF melalui penghambatan glikosilasi. CAF merupakan sel fibroblast di microenvironment yang direkrut oleh sel kanker ke jaringan tumor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek glukosamin terhadap penurunan sifat kepuncaan sel punca kanker payudara ALDH dan hubungannya dengan penanda CAF pada stroma.Metode: Sel punca kanker payudara ALDH ditumbuhkan dalam medium yang mengandung glukosamin selama 24 jam. Conditioned medium yang diperoleh dari sel ALDH CSC-CM atau sel ALDH yang diberi perlakuan glukosamin CSC-CM G digunakan untuk menumbuhkan sel stroma payudara selama 48 jam. Nilai ekspresi gen relatif ALDH1, Oct-4, dan IGF-1 pada CSC, dan gen penanda CAF, ?-SMA dan FAP pada sel stroma diperiksa menggunakan Quantitative Real-Time Polymerase Chain Reaction qPCR .Hasil: Perlakuan glukosamin konsentrasi 4 mM selama 24 jam menyebabkan penurunan ekspresi ALDH1, gen marker CSC pada sel ALDH dan ekspresi Oct-4, gen karakteristik kepuncaan. Ekspresi gen Oct-4 tetap menurun walaupun glukosamin telah dikeluarkan dari medium kultur. Conditioned-medium CM yang diperoleh dari sel punca kanker payudara ALDH dapat memicu peningkatan ekspresi ?-SMA pada sel stroma. Peningkatan ekspresi gen ?-SMA dan FAP pada sel stroma yang diinduksi oleh CSC-CM dapat ditekan oleh CSC-CM G.Kesimpulan: Penghambatan N-glikosilasi oleh glukosamin menyebabkan penurunan ekspresi gen penanda CSC dan gen karakteristik kepuncaan pada sel punca kanker payudara ALDH Perlakuan glukosamin dapat mempengaruhi pensinyalan parakrin CSC-CAF melalui ekspresi gen penanda CAF.
ABSTRACT
Background Cancer stem cells CSC is known as a subpopulation of cancer cells with stem cell like characteristics. CSC stemness is responsible for tumor maintenance and relapse. A therapeutic agent that is non protein specific yet intensely uptaken by CSC can be a good approach to disrupt the coordinated network in stemness maintenance and simultaneously affect corrupt stromal cells in tumor microenvironment. Glucosamine inhibits post translational glycosylation, essential for sustaining protein stability, trafficking, and maturation. Cancer associated fibroblast CAF differentiation and recruitment to tumor microenvironment is induced by CSC derived growth factors. This study investigated the effect of glucosamine on stemness in ALDH breast cancer stem cell and its ability to interact with stromal cells.Methods ALDH breast cancer stem cell were cultured in medium containing glucosamine for 24 h. Breast stromal cells were culture in conditioned medium obtained from ALDH cells CSC CM or glucosamine treated ALDH cells CSC CM G . Relative expression of ALDH1, Oct 4, and IGF 1 gene in CSC, and SMA and FAP gene in stromal cells were analyzed using Quantitative Real Time Polymerase Chain Reaction qPCR .Results Upon treatment with 4 mM glucosamine for 24 h, ALDH breast cancer stem cell showed significant decrease in expression of ALDH1, a marker of breast cancer stem cell. Under similar condition, Oct 4 stemness gene was also found to be downregulated. Downregulation of Oct 4 expression was maintained after removal of glucosamine. Stromal cells showed increased expression of SMA myofibroblast marker upon cultured in CSC CM. This upregulation was cancelled in CSC CM G exposed stromal cells.Conclusion N linked glycosylation inhibition by glucosamine results in downregulation of stem cell marker and stem cell gene expression in ALDH breast cancer stem cell. CSC rsquo s stemness influences paracrine interaction between CSC dan CAF via expression of CAF marker in stromal cells
2017
T55617
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Anggraeni
Abstrak :
Glukosamin memilki efek terapi farmakologis alternatif untuk pengobatan osteoarthritis. Pemakaian glukosamin secara transdermal merupakan salah satu upaya untuk mengatasi bioavaibilitas yang baik. Bentuk sediaan nanoemulsi dapat meningkatkan kelarutan obat, stabil secara termodinamika dan memiliki penampilan yang transparan dengan ukuran partikel kurang dari 100 nm. Senyawa peningkat penetrasi perkutan diantaranya etanol dan asam oleat ditambahkan ke dalam masing-masing formula nanoemulsi glukosamin, Uji daya penetrasi secara in vitro dengan sel Difusi Franz menggunakan membran abdomen tikus Rattus norvegicus menghasilkan jumlah kumulatif glukosamin yang terpenetrasi setelah 8 jam dari sediaan formula A (etanol 6%) dan formulasi B (asam oleat 6%) secara berturut turut sebanyak 1147,30± 27,45 μg/cm2; 708,72 ± 10,35 μg/cm2. Laju penetrasi atau fluks dari sediaan formula A dan formula B berturut - turut sebesar 218,41 ± 2,68 μg/cm2.jam; 88,59 ± 2,23 μg/cm2.jam. Uji kestabilan fisik dilakukan melalui pengamatan seperti organoleptis, homogenitas, pH, Viskositas, sentrifugasi dan ukuran partikel. Ukuran rata ? rata partikel yang diperoleh pada formulasi A 4,5 nm dan formulasi B 12,3. ......Glucosamine have an alternative pharmacologic theraphy for osteoarthritis. Oral glucosamine does not show any good bioavaibility, for that reason transdermal route is one wich was developed to overcome the problem. Nanoemulsi dosage form can improve drug solubility, thermodynamically stable and has a transparant appearance with particle size less than 100 nm. Percoutaneous penetration ethanol and oleic acid were added to each nanoemulsion formula glucosamine. Penetration test in vitro with Franz diffusion cell using Rattus norvegicus rat abdomen skin as membrane diffusion. Cumulative amount of glucosamine penetrated after 8 hours from formula A (ethanol 6%) and formula B (6%) were 1147,30±27,45 μg/cm2; 708,72±10,35 μg/cm2 respectively. Penetration rate or flux of glucosamine from formula A and formula B, 218,41 ± 2,68 μg/cm2.hour; 88,59 ± 2,23 μg/cm2.hour. Physical stability test is done through organoleptic, homogenaity, pH, viscosity, centrifugation and particle size. The average particle size obtained from formula A and formula B were 4,5 nm and 12,3 nm respectively.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S1664
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zuliar Permana
Abstrak :
Telah dikembangkan formulasi sediaan transdermal gel glukosamin yang menggunakan senyawa enhancer: etanol,  propilen glikol,  dan  gliserin. Kemampuan penetrasi perkutan formulasi sediaan tersebut dievaluasi dengan uji penetrasi perkutan in vitro menggunakan sel difusi Franz melalui penambahan 1 g sediaan gel glukosamin 1% ke dalam kompartemen donor dan uji ketersediaan hayati in vivo pendahuluan menggunakan seorang subyek manusia sehat melalui aplikasi selama 10 jam dosis tunggal 10 g sediaan gel glukosamin 1% di kedua lututnya. Jumlah kumulatif glukosamin yang terpenetrasi dari formula kontrol, formula I (etanol 3%), formula II (etanol 5%), formula III (propilen glikol 1%), formula IV (propilen glikol 3%), formula V (gliserin 1%), dan formula VI (gliserin 3%) setelah 180 menit secara berturut-turut adalah sebanyak 76,4836 ± 2,3479; 417,8439 ± 18,9042; 583,1494 ± 5,9162; 152,1894 ± 1,5184; 515,1065 ± 14,0069; 83,0822 ± 0,0364; dan 478,6089 ± 3,7406 µg.cm-². Laju penetrasi atau fluks rata-rata glukosamin dari formula kontrol, formula I, formula II, formula III, formula IV, formula V, dan formula VI selama 180 menit secara berturut-turut adalah 24,4453; 123,608; 167,5478; 47,0377; 164,603; 28,7548; dan 139,3895 µg.cm-2.jam-1. Waktu laten dari formula kontrol, formula I, formula II, formula III, formula IV, formula V, dan formula VI secara berturut-turut adalah 13,89; 10,24; 9,75; 13,05; 10,04; 13,51 menit, dan tidak dapat diekstrapolasikan. Profil ketersediaan hayati menunjukkan Cmaks, tmaks, dan AUC0-10 dari formula II dan formula kontrol secara berturut-turut adalah 310,56 ng.mL-1, jam ke-5, dan 2079,85 ng.mL-1.jam; 285,79 ng.mL-1, jam ke-5, dan 1921,65 ng.mL-1.jam. ...... A transdermal formulation of glucosamine gel using skin penetration enhancers, i.e. ethanol, propylene glycol, and glycerin had been developed. Penetration ability of the formulation was evaluated by in vitro penetration study using Franz diffusion cell with 1 g glucosamine gel 1% applied into the donor compartment and in vivo preliminary bioavailability study of a healthy male subject received a single dose of 10 g glucosamine gel 1% on both knees as long as 10-hour applications. Cumulative amount of glucosamine penetrated from control, formula I (ethanol 3%), formula II (ethanol 5%), formula III (propylene glycol 1%), formula IV (propylene glycol 3%), formula V (glycerin 1%), and formula VI (glycerin 3%) after 180 minutes penetration study were 76.4836 ± 2.3479; 417.8439 ± 18.9042; 583.1494 ± 5.9162; 152.1894 ± 1.5184; 515.1065 ± 14.0069; 83.0822 ± 0.0364; and 478.6089 ± 3.7406 µg.cm-² respectively. Mean flux of glucosamine from control, formula I, formula II, formula III, formula IV, formula V, and formula VI within 180 minutes were 24.4453; 123.608; 167.5478; 47.0377; 164.603; 28.7548; and 139.3895 µg.cm-2.hour-1 respectively. Lag time for steady-state of control, formula I, formula II, formula III, formula IV, formula V, and formula VI were 13.89; 10.24; 9.75; 13.05; 10.04; 13.51 minutes, and unextrapolated one, respectively. The bioavailability profile showed the Cmax, tmax, and AUC0-10 of formula II and control were 310.56 ng.mL-1, 5 hours, and 2079.85 ng.mL-1.hour; 285.79 ng.mL-1, 5 hours, and 1921.65 ng.mL-1.hour respectively.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
T52831
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mufid Idan Nugraha
Abstrak :
ABSTRAK
Glukosamin hidroklorida dan kondroitin sulfat merupakan senyawa glikosaminoglikan (GAGs) yang merupakan komponen struktural utama dari tulang yang akan membentuk proteoglikan. Kedua senyawa ini dapat merawat kesehatan tulang dengan menstimulasi sintesis cairan sinovial dan menghambat degradasi kartilage persendian, sehingga dapat digunakan untuk terapi osteoartritis. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh metode analisis yang selektif untuk penetapan kadar glukosamin hidroklorida dan kondroitin sulfat dalam sediaan tablet dan krim. Setelah diderivatisasi menggunakan pereaksi ortoftalaldehida dan 2-merkaptoetanol (OPA/2-ME), sampel dianalisis menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dengan detektor fluoresensi pada panjang gelombang eksitasi 335 nm dan panjang gelombang emisi 445 nm. Glukosamin mempunyai gugus amin primer sehingga dapat diderivatisasi dengan OPA/2-ME, sedangkan kondroitin mempunyai gugus asetil pada gugus amin, sehingga perlu dilakukan deasetilasi menggunakan natrium hidroksida untuk memutus gugus asetil. Fase gerak yang digunakan tetrahidrofuran 0,25% dalam air-asetonitril (87:13) dengan laju alir 1,5 mL/menit. Kondisi analisis yang telah dioptimasi kemudian divalidasi mencakup akurasi, presisi, linieritas, selektivitas, batas deteksi, dan batas kuantitasi. Hasil menunjukkan kadar rata-rata glukosamin hidroklorida dan kondroitin sulfat pada sediaan tablet dan krim adalah 92,76%; 96,11% dan 101,15%; 100,33% memenuhi syarat keberterimaan.
ABSTRAK
Glucosamine hydrochloride and chondroitin sulphate are glycosaminoglycans (GAGs) compound which is a major structural component of bone that form proteoglycans. Both of these compounds can take care of bone health by stimulating the synthesis of synovial fluid and inhibit the degradation of joint cartilage, so it can be used for the treatment of osteoarthritis. The aimed of this study were obtain selective analytical method for the determination of glucosamine hydrochloride and chondroitin sulphate levels in tablet and cream dosage forms. After derivatization using orthophtalaldehyde and 2-mercaptoethanol (OPA/2-ME), samples were analyzed using high performance liquid chromatography (HPLC) with fluorescence detector at excitation wavelength of 335 nm and emission wavelength of 445 nm.. Glucosamine has a primary amine group that can be derivatized with OPA/2-ME, while chondroitin having an acetyl group at the amine group, so we needed deacetylation using natrium hydroxide to break the acetyl group. The mobile phase used tetrahydrofuran 0.25% in water-acetonitrile (87:13) with a flow rate 1.5 mL/min. Analysis conditions have been optimized, validated in terms of accuracy, precision, linearity, selectivity, limit of detection, and limit of quantitation. The results showed average levels of glucosamine hydrochloride and chondroitin sulphate in tablet and cream dosage forms were 92.76%; 96.11% and 101.15%; 100.33% and fulfilled the acceptance criteria.
2016
S65011
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Good Will
Abstrak :
N-Asetilglukosamin GlcNAc merupakan suatu monosakarida derivat glukosa yang banyak terdapat di alam. Senyawa GlcNAc telah dimanfaatkan secara luas dalam bidang farmasi, pangan serta kosmetik, oleh sebab itu dibutuhkan suatu metode analisis optimum sebagai acuan untuk menganalisis GlcNAc. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh metode yang valid untuk analisis GlcNAc pada sampel suplemen secara KLT-Densitometri. Hasil optimasi menunjukkan kondisi optimum untuk analisis GlcNAc menggunakan n-propanol-air-NH4OH 70:30:1 sebagai fase gerak dan reagen anilin-difenilamin sebagai penampak noda. Panjang gelombang maksimum yang diperoleh adalah 302 nm. Metode analisis memenuhi semua persyaratan parameter validasi metode analisis dengan nilai koefisien korelasi r 0,99845, LOD 1191.38 g/mL dan LOQ 3971.27 g/mL. Kadar sampel yang diperoleh adalah sebesar 100.07 - 102.47. ......Acetylglucosamine GlcNAc is a monosaccharides glucose derivatives that is widely available in nature. GlcNAc have been used in a pharmaceutical product , food and cosmetics. This study aimed to obtain valid method for analysis GlcNAc in supplement product sample using TLC Densitometry. The optimum condition for analysis was using n propanol water NH4OH 70 30 1 as a mobile phase and sprayed with aniline diphenylamine reagent. The maximum wavelength was 302 nm. This method fulfiled all the criteria of validation with r value of 0.99845, LOD 1191.38 g mL and the LOQ 3971.27 g mL. Conformity with the label provides the results of 100.07 102.47.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S66756
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christina
Abstrak :
Glukosamin merupakan terapi farmakologis alternatif untuk osteoarthritis. Konsumsi glukosamin secara peroral memberikan bioavailabilitas yang rendah. Oleh karena itu, dikembangkan rute transdermal sebagai upaya mengatasi masalah tersebut. Senyawa peningkat penetrasi perkutan, yaitu etanol, urea, dan asam oleat, ditambahkan ke dalam masing-masing formula gel glukosamin, dan diuji daya penetrasinya secara in vitro dengan sel difusi Franz menggunakan membran abdomen tikus Rattus norvegicus. Jumlah kumulatif glukosamin yang terpenetrasi setelah 8 jam dari sediaan kontrol, formula 1 (etanol 5%), formula 2 (urea 5%), dan formula 3 (asam oleat 5%) secara berturut-turut adalah sebanyak 679,50 ± 17,81μg/cm²; 1005,49 ± 13,99 μg/cm²; 234,09 ± 4,84 μg/cm²; dan 43,11 ± 0,46 μg/cm². Laju penetrasi atau fluks dari sediaan kontrol, formula 1, formula 2, dan formula 3 secara berturut-turut adalah sebesar 84,94 ± 2,23 μg/cm².jam; 125,69 ± 1,75 μg/cm².jam; 29,26 ± 0,61 μg/cm².jam; dan 5,39 ± 0,06 μg/cm².jam. Selain itu juga dilakukan uji stabilitas fisik pada penyimpanan selama 8 minggu di suhu kamar (28° ± 2°C), suhu tinggi (40° ± 2°C), dan suhu rendah (4° ± 2°C) dengan parameter pengamatan organoleptis, pH, dan viskositas. Sediaan gel glukosamin menunjukkan kestabilan pada penyimpanan suhu rendah (4° ± 2°C).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33134
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shintia Andriani
Abstrak :
Glukosamin adalah suatu zat yang dapat disintesis di dalam tubuh yang berguna untuk mempertahankan dan memulihkan kinerja sendi. Seiring bertambahnya usia, kemampuan tubuh untuk mensintesis glukosamin menurun sehingga menyebabkan penyakit osteoartritis. Oleh karena itu, telah berkembang suplemen makanan yang mengandung glukosamin yang telah diakui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk pengobatan osteoartritis. Analisis glukosamin HCl dilakukan untuk memperoleh volume, temperatur, waktu, dan waktu kestabilan reaksi yang optimum pada derivatisasi glukosamin HCl dengan FMOC-Cl menggunakan detektor fluoresensi. Larutan standar glukosamin HCl 1 μg/ml ditambah 50,0 μL 0,2 M dapar dinatrium tetraborat dekahidrat pH 8, kemudian divorteks selama 10 detik, ditambah 360,0 μL pereaksi FMOC-Cl 1 mg/ml, campuran divorteks selama 10 detik, diinkubasi menggunakan termomixer pada 1400 rpm dan temperatur 25°C selama 15 menit, selanjutnya disuntikkan sebanyak 20,0 μL ke alat KCKT. Pemisahan dengan KCKT menggunakan kolom Kromasil® C18 (5 μm; 250 x 4,6 mm) dengan komposisi fase gerak air-asetonitril (40:60) dengan kecepatan alir 1,0 ml/menit. Linieritas pada konsentrasi 100-1000 ng/ml dengan koefisien korelasi (r) 0,9995. Nilai batas deteksi (LOD) sebesar 21,98 ng/ml dan batas kuantitasi (LOQ) sebesar 73,26 ng/ml. ......Glucosamine is a synthesized substance in the human body useful for maintaining and restoring the joint's function. Body's capacity to synthesize glucosamine declines with age thus can cause osteoarthritis. There was development of dietary supplement that contains glucosamine which has been approved by the Food and Drug Administration (FDA) for treatment of osteoarthritis. Glucosamine HCl analysis was performed in order to get optimal volume, temperature, time, and reaction stability time in glucosamine HCl derivation with FMOC-Cl using fluorescence detector. Standard solution of Glucosamine HCl added by 50.0 μl 0.2 M disodium tetraborate decahydrate buffer with pH 8 were homogenized for 10 seconds, then the mixed solution was added by 360.0 μl of 1 mg/ml FMOC-Cl reagent and homogenized for 10 seconds. It was then incubated using termomixer at 1400 rpm and a temperature of 25°C for 15 minutes, then as many as 20.0 μl injected into the High Performance Liquid Chromatography (HPLC) instrument. Separation by HPLC using one column of Kromasil® C18 (5 μm; 250 x 4.6 mm) with mobile phase composition of water-acetonitrile (40:60) and flow rate 1.0 ml/minute. Linearity at concentrations of 100-1000 ng/ml with a correlation coefficient (r) 0.9995. The limit of detection (LOD) value was 21.98 ng/ml and the limit of quantitation (LOQ) was 73.26 ng/ml.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1234
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library