Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Geraldi Hartono Kurniawan Tan
"Latar belakang: Periodontitis merupakan inflamasi kronis yang dapat merusak jaringan periodontal dan mempengaruhi hinggi 50% populasi dunia, sedangkan prevalensinya di Indonesia sebesar 77,8%. Perubahan pada proses inflamasi di jaringan periodontal terjadi akibat faktor mikrobial yang mengubah ekspresi faktor-faktor inflamasi seperti IL-1, TNF-, IL-6, IL-10. Konjac glucomannan (KGM) adalah polisakarida dari tanaman Amorphophallus konjac, yang sudah lama dikonsumsi sebagai sumber makanan dan obat tradisional. Banyak penelitian menunjukkan kemampuan KGM untuk memodulasi reaksi inflamasi, yang berpotensi untuk pencegahan dan perawatan penyakit periodontal. Tujuan: Mendapatkan efek anti-inflamasi KGM secara histologis (skor dan distribusi) dan biomolekuler (kadar IL-6 dan IL-10 di gingival crevicular fluid/GCF dan serum) pada model periodontitis di mencit Swiss Webster. Metode: Mencit Swiss Webster berusia 8 minggu dibagi secara acak ke dalam empat kelompok perlakuan (Kontrol, Konjac, Periodontitis, Periodontitis+Konjac). Suspensi KGM diberikan selama 14 hari dan induksi periodontitis dilakukan tujuh hari setelah pemberian KGM. Euthanasia dilakukan setelah 14 hari penelitian dan diambil sampel GCF, serum dan maksila mencit untuk pembuatan preparat histologis. Hasil: Kelompok periodontitis menunjukkan skor dan distribusi inflamasi tertinggi dan menurun setelah pemberian KGM. Pemberian KGM pada mencit periodontitis dapat mencegah penurunan kadar IL-10 serum dan peningkatan kadar IL-6 serum. Pemberian konjac pada mencit sehat cenderung meningkatkan kadar IL-6 GCF dan IL-10 GCF, walaupun tidak berbeda secara statistik. Kesimpulan: Pemberian KGM mampu menurunkan tingkat inflamasi pada model periodontitis secara histologis dan mengubah proses inflamasi.

Background: Periodontitis is chronic inflammation that characterized by the destruction of periodontal tissue, affecting up to 50% of the world’s population and having a prevalence as high as 77.8% in Indonesia. The inflammatory process in periodontal tissue changes as a result of microbial factors that will affect the expression of pro- and anti-inflammatory factors such as IL-1, TNF-, IL-6, IL-10. Konjac glucomannan (KGM) is a polysaccharide from the tubers of Amorphophallus konjac, that have long been used as a food source and traditional Chinese medicine. Many studies have shown that KGM is capable of modulating inflammation, which has potential usage for the prevention and treatment of periodontal diseases. Aim: To study anti-inflammatory effects of KGM thru histological (score and distribution) and biomolecular (levels of IL-6 and IL-10 in gingival crevicular fluid and serum) analysis on periodontitis model in Swiss Webster mice. Methods: Eight weeks old mice is randomly divided into four groups (Control, Konjac, Periodontitis, Periodontitis+Konjac). Konjac glucomannan suspension is administered daily for 14 days dan mice is ligated to induce periodontitis 7 days after administration of KGM. Mice is euthanized after 14 days and GCF, serum and maxilla is acquired for analysis. Results: Periodontitis group have the highest inflammation score and distribution out of all the groups and reduces with administration of KGM. Administration of konjac glucomannan prevents the reduction of IL-10 serum levels and increase of IL-6 serum levels in mice with periodontitis. While KGM increases both IL-6 and IL-10 GCF levels in healthy mice, though not statistically significant. Conclusion: Adminstration of KGM can supress inflammation in mice periodontitis model histologically and alter the inflammatory process."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Karima
"Umbi porang (Amorphophallus muelleri Blume) mengandung senyawa glukomanan yang berpotensi sebagai bahan pangan fungsional penunjang terapi pada penyakit diabetes melitus tipe 2 (T2DM). Namun, masih diperlukannya optimasi proses dalam pembuatan tepung porang untuk meningkatkan kualitas tepung yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas tepung porang yang memenuhi standar eksport beberapa negara sebagai bahan pangan fungsional. Pembuatan tepung porang dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan uji pendahulan untuk melihat pengaruh variasi perbandingan pelarut, waktu perendaman dan pemanasan. Kemudian dari hasil uji pendahuluan diperoleh hasil bahwa rentang waktu perendaman adalah 1-3 jam, perbandingan pelarut menggunakan penambahan volume etanol sedangkan NaCl dan NaHSO3 dibuat tetap, dan variasi pemanasan tidak dilakukan karena menyebabkan kerusakan produk. Hasil dari penelitian ini diperoleh kondisi optimum untuk meningkatkan kualitas tepung porang adalah pada perendaman secara simultan dengan perbandingan Etanol 50%: NaCl 8%: NaHSO3 2% (4:2:2) selama 2 jam. Pada kondisi optimum tersebut dapat meningkatkan kadar glukomanan dari 59,53 ± 0,02% menjadi 85,55 ± 0,01%, meningkatakn nilai derajat putih dari 74,68 ± 0,31 menjadi 85,45 ± 0,50 dan menurunkan kadar kalsium oksalat dari 17,44 ± 0,57 mg/100g menjadi 2,34 ± 0,31 mg/100g. Hasil evaluasi tepung porang yang dibuat pada kondisi optimum telah memenuhi syarat kualitas standar SNI 7939:2020 (Indonesia), Committee on Food Chemicals Codex, CAS: 37220-17-0 (Amerika), Commission Directive 2001/30/EC: E 425(ii) (Eropa), dan standar NY/T 494-2002 (China). Aktivitas antioksidan dengan metode DPPH pada tepung porang hasil optimasi (IC50 = 35,14 ± 0,43 μg/mL) lebih kuat dibanding tepung porang sebelum optimasi (IC50 = 61,29 ± 0,14 μg/mL). Aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase tepung porang hasil optimasi (IC50 = 60,57 ± 0,72 μg/mL) lebih kuat dibanding tepung poran sebelum optimasi (IC50 = 77,89 ± 0,87 μg/mL). Bedasarkan hasil tersebut metode perendaman secara simultan dengan perbandingan Etanol 50%: NaCl 8%: NaHSO3 2% (4:2:2) selama 2 jam dapat meningkatkan kualitas tepung porang dan dapat digunakan sebagai bahan pangan fungsional.

Porang tubers (Amorphophallus muelleri Blume) contain glucomannan which has the potential to be a functional food to support therapy in type 2 diabetes mellitus (T2DM). However, an optimization process is still needed in making porang flour to improve the quality of the flour. This research aims to improve the quality of porang flour which meets export standards in several countries as a functional food. The making of porang flour was done by carrying out preliminary tests to see the effect of variations in solvent ratio, soaking time, and heating. From the preliminary test, it was found that the immersion time range was 1-3 hours, additional volume of ethanol was used in solvent ratio while NaCl and NaHSO3 were kept constant, and heating variations were not carried out since they caused product damage. The results of this research showed that soaking the flour with a ratio 50% of Ethanol: 8% of NaCl: 2% of NaHSO3 (4:2:2) for 2 hours simultaneously as the optimum condition to improve the quality of the flour. This optimum conditions, increase the glucomannan content from 59.53 ± 0.02% to 85.55 ± 0.01%, increase the white degree value from 74.68 ± 0.31 to 85.45 ± 0.50, and reduce the calcium oxalate from 17.44 ± 0.57 mg/100g to 2.34 ± 0.31 mg/100g. The evaluation results of porang flour made under optimum conditions have passed the standard quality requirements of SNI 7939:2020 (Indonesia), Committee on Food Chemicals Codex, CAS: 37220-17-0 (America), Commission Directive 2001/30/EC: E 425(ii) (Europe), and NY/T 494-2002 (China). The antioxidant activity using the DPPH method in optimized porang flour (IC50 = 35.14 ± 0.43 μg/mL) is stronger than porang flour before optimization (IC50 = 61.29 ± 0.14 μg/mL). The α-glucosidase enzyme inhibitory activity of optimized porang flour (IC50 = 60.57 ± 0.72 μg/mL) is stronger than porang flour before optimization (IC50 = 77.89 ± 0.87 μg/mL). Based on these results, the simultaneous soaking method with a ratio of 50% of Ethanol: 8% of NaCl: 2% of NaHSO3 (4:2:2) for 2 hours can improve the quality of porang flour and can be used as a functional food."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library