Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Soenarjo Soejoso
Abstrak :
Pemerintah di dunia sedang berkembang memberi semua ibu hamil mendapat antenatal care, memberi tablet besi dan asam folat (IFO) sedini mungkin dalam jumlah cukup. Lembaga Internasional di dunia mendorong pemberian suplemen mikronutrien multipel (MNM) pada ibu hamil, dimaksudkan memberi efek positip pada pertumbuhan fetus dalam umur gestasi cukup bulan. Pemberian MNM pada semua ibu hamil hasilnya inkonsisten. Penelitian ini bertujuan melihat efek MNM khusus pada ibu hamil tanpa komplikasi terhadap outcome kelahiran yaitu: pertumbuhan (berat lahir), perkembangan (lingkar kepala lahir) dan maturitas (umur gestasi) bayinya. Harapannya adalah setiap bayi lahir bisa dibekali dengan pertumbuhan, perkembangan dan maturitas yang optimal sebagai satu kesatuan hasil kelahiran. Masih diragukan apakah suplementasi MNM pada ibu hamil lebih baik jika dibandingkan dengan IFO untuk memperbaiki antropometri dan umur gestasi. Pertanyaan tersebut ingin dipecahkan melalui pemberian suplemen MNM pada ibu hamil tanpa komplikasi dibandingan IFO. Penelitian ini mengeluarkan faktor yang menyebabkan hambatan pertumbuhan fetus dari populasi studi, memanfaatkan data sekunder studi SUMMIT di Pulau Lombok 2001 ? 2004, desainnya randomized control trial double blind. Analisis data melihat efek MNM terhadap rata-rata tiga outcome dengan statistik MANOVA; terhadap masing-masing outcome secara tersendiri yaitu berat lahir di bawah normal, lingkar kepala di bawah normal dan umur gestasi di bawah normal; terhadap status gizi prahamil rendah dibanding status gizi prahamil baik. Suplementasi MNM meningkatkan rata-rata berat lahir 38,52g lebih tinggi dibanding IFO, secara statistik bermakna. Risiko terjadinya berat lahir <2.600 g pada suplementasi IFO ibu hamil tanpa komplikasi sebesar 1,2 kali dibanding MNM, apabila menggunakan batas α=0,10 secara statistik bermakna, 90%CI: 1,00-1,46. Jika pemberian IFO diganti dengan MNM, akan tercegah sebanyak 13/1.000 bayi dengan berat lahir <2.600 g. Kejadian berat lahir <2.600 g pada pemberian IFO bisa dikurangi 15,1% dari kejadian 83/1.000 bayi lahir bila diganti MNM. Risiko terjadinya berat lahir <2.600 g pada suplementasi IFO jika diganti dengan MNM lebih jelas pada IMT prahamil <18,50 sebesar 1,7 kali bila menggunakan batas α=0,10 secara statistik bermakna, 90%CI: 1,08-2,65. Jika pemberian IFO pada ibu hamil tanpa komplikasi dengan status gizi prahamil rendah diganti dengan MNM, akan tercegah sebanyak 70/1.000 bayi dengan berat lahir <2.600g. Kejadian berat lahir <2.600g pada pemberian IFO ibu hamil tanpa komplikasi dengan IMT prahamil <18,50 bisa dikurangi 40,7% dari kejadian 172/1.000 bayi lahir bila diganti MNM.
Government on developing countries care to all pregnant women for ANC access, give iron?folic acid (IFO) as soon as possible. International agencies on the world stimulate multiple micronutrients (MMN) suplement to pregnant women, that is aimed for giving good of fetal growth in appropriate gestation age. MMN distribution for all pregnant women still have inconsisten result. The purposes of this study look for MMN effect especially on pregnant women without complication for birth outcome: growth (birth weight), development (head circumference at birth) and maturity (gestation age). It is doubted that MMN suplementation on pregnant women is better than IFO for increasing anthropometry and gestation age. This research need specific care with restrict factors that delay fetal growth, using SUMMIT secondary data at Lombok Island 2001-2004 with RCT double blind design. Analyzing data was looking the MMN effect for three mean outcome values by MANOVA statistic, was looking the MMN effect for each outcome individually: birth weight below normal cut-off, head circumference at birth below normal cut-off and gestasion age below normal cut-off, was look at low prepregnancy BMI stratum comparing by normal prepregnancy BMI. MMN suplementation increases mean birth weight as 38,52g more than IFO with statistical significant. The risk of <2,600 g birth weight happened at IFO supplementation on pregnant women without complication were 1.2 time comparing with MNM. If it used at α=0.05 level, it was not statistical significant, but when it used at α=0.10 level, it was statistical significant with 90%CI: 1.00-1.46. If IFO supplementation on pregnant women without complication be replaced by MNM, it would prevent as 13/1,000 infant with <2,600 g birth weight. Incidence of <2.600 g birth weight at IFO supplementation on pregnant women without complication could be decreased 15.1% of 83/1,000 at birth babies happened if it were replaced by MNM. The risk of <2,600 g birth weight happened at IFO supplementation on pregnant women without complication if it be replaced by MNM were clearer on pregnant women without complication at <18.50 prepregnancy BMI stratum as 1.7 time. If it used at α=0.05 level, it was not statistical significant, but when it used at α=0.10 level, it was statistical significant with 90%CI:1.08-2.65. If IFO supplementation on pregnant women without complication at low nourish prepregnancy status were replace with MNM, it would be prevent as 70/1,000 infant with <2,600g birth weight. Incidence of <2,600g birth weight at IFO supplementation on pregnant women without complication at <18.50 prepregnancy BMI stratum could be decreased as 40,7% of 172/1,000 at birth babies happened if it were replaced by MNM.
Depok: Universitas Indonesia, 2012
D1304
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Laila Fitriati Ahwanah
Abstrak :
Latar belakang: Perdarahan intraventrikular (PIV) menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas bayi prematur. Sekitar 27% bayi dengan BB <1.500 gram mengalami PIV pada berbagai derajat (1–4). Faktor risiko PIV dapat berasal dari maternal, seperti preeklamsia, tanpa steroid antenatal, dan persalinan per vaginam serta berasal dari neonatal, seperti usia gestasi lebih muda, berat badan lahir lebih rendah, jenis kelamin lelaki, nilai Apgar rendah, asfiksia, pemberian inotropik, trombositopenia, ventilasi mekanik invasif, sepsis, sindrom distres pernapasan, dan duktus arteriosus persisten. Identifikasi faktor risiko yang berhubungan dengan PIV penting agar penatalaksanaan yang tepat dapat dilakukan dan sebagai evaluasi pencegahan dan tata laksana PIV yang saat ini sudah diterapkan. Metode: Penelitian kasus kontrol ini melibatkan subjek bayi usia gestasi <35 minggu di RSCM yang diambil retrospektif secara consecutive sampling mulai perawatan Agustus 2022 hingga jumlah sampel terpenuhi. Subjek dibagi menjadi kelompok kasus (dengan PIV) dan kontrol (tanpa PIV) berdasarkan hasil USG kepala selama perawatan. Masing-masing kelompok diidentifikasi faktor risiko yang ada dari rekam medis, baik faktor maternal maupun neonatal. Data kemudian dianalisis menggunakan program SPSS. Hasil: Total 220 subjek diteliti terdiri atas kelompok kasus 110 subjek dan kontrol 110 subjek. Dari 110 kasus didapatkan PIV derajat 1 (69,1%), derajat 2 (12,7%), derajat 3 (10%), dan derajat 4 (8,2%). Analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara PIV dengan usia gestasi <28 minggu (OR 5,44; IK 95% 2,23-13,27; p<0,001), berat badan lahir <1.000 gram (OR 6,23; IK 95% 2,87-13,52; p<0,001), berat badan lahir 1.000-1.499 gram (OR 3,04; IK 95% 1,62-5,71; p=0,001), nilai Apgar menit ke-1 (p=0,004), nilai Apgar menit ke-5 (p=0,03), pemberian inotropik (OR 2,47; IK 95% 1,35-4,53; p=0,005), jumlah trombosit <50.000/μL (OR 2,52; IK 95% 1,17-5,42; p=0,018), jumlah trombosit 50.000-99.000/μL (OR 3,42; IK 95% 1,51-7,74; p=0,003), ventilasi mekanik invasif (OR 3,71; IK 95% 2,11-6,53; p<0,001), sepsis (OR 2,84; IK 95% 1,64-4,90; p<0,001), dan DAP (OR 2,01; IK 95% 1,07-3,79; p=0,042). Analisis multivariat menunjukkan hanya berat badan lahir <1.000 gram (OR 3,93; IK 95% 1,71-9,06; p=0,001), berat badan lahir 1.000-1.499 gram (OR 2,57; IK 95% 1,34-4,92; p=0,004), dan penggunaan ventilasi mekanik invasif (OR 2,49; IK 95% 1,34-4,63; p=0,004) yang mempunyai hubungan bermakna dengan PIV. Kesimpulan: Faktor risiko yang mempunyai hubungan bermakna dengan PIV pada bayi usia gestasi <35 minggu adalah berat badan lahir <1.500 gram dan penggunaan ventilasi mekanik invasif. ......Background: Intraventricular hemorrhage (IVH) is a cause of morbidity and mortality in preterm infants. Approximately 27% of infants weighing <1,500 gram have PIV in various degrees (1-4). Risk factors for IVH can be maternal origin, such as preeclamsia, absence of steroid antenatal, and vaginal delivery; and also from neonatal origin, such as younger gestational age, lower birth weight, male gender, lower Apgar score, asphyxia, inotropic administration, thrombocytopenia, invasive mechanical ventilation, sepsis, respiratory distress syndrome and patent ductus arteriosus (PDA). Identification of risk factors associated with IVH is important so that appropriate management can be carried out and as an evaluation of IVH’s prevention and treatment that are currently being implemented. Method: This case-control study involved subjects with gestational age <35 weeks at Cipto Mangunkusumo Hospital who were taken retrospectively by consecutive sampling starting from admission in August 2022 until the number of samples were fulfilled. Subjects were divided into case (with IVH) and control (without IVH) groups based on the results of head ultrasound during hospitalization. Each group was identified existing risk factors from medical record, both maternal and neonatal factor. The data were then analyzed using the SPSS program. Result: A total 220 subjects were studied, consisting 110 subjects in case group and 110 subjects in control group. Of the 110 cases, IVH grade 1 (69.1%), grade 2 (12.7%), grade 3 (10%), and grade 4 (8.2%). Bivariate analysis showed that PIV was significantly associated with gestational age <28 weeks (OR 5.44; 95% CI 2.23-13.27; p<0.001), birth weight <1,000 grams (OR 6.23; 95% CI 2.87-13.52; p<0.001), birth weight 1,000-1,499 grams (OR 3.04; 95% CI 1.62-5.71; p=0.001), 1st minute Apgar score (p=0.004), 5th minute Apgar score (p=0.03), inotropic administration (OR 2.47; 95% CI 1.35-4.53; p=0.005), platelet count <50,000/μL (OR 2.52; 95% CI 1.17-5.42; p=0.018), platelet count 50,000-99,000/μL (OR 3.42; 95% CI 1.51-7.74; p=0.003), invasive mechanical ventilation (OR 3.71; 95% CI 2.11-6.53; p<0.001), sepsis (OR 2.84; 95% CI 1.64-4.90; p<0.001), and PDA (OR 2.01; 95% CI 1.07-3.78; p=0.042). Multivariate analysis showed only birth weight <1,000 grams (OR 3.93; 95% CI 1.71-9.06; p=0.001), birth weight 1,000-1,499 grams (OR 2.57; 95% CI 1.34-4.92; p=0.004), and the use of invasive mechanical ventilation (OR 2.49; 95% CI 1.34-4.63; p=0.004) were significantly associated with IVH. Conclusion: Risk factors that significantly associated with IVH in baby with gestational age <35 weeks are birth weight <1,500 grams and the use of invasive mechanical ventilation.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nanien Indriani
Abstrak :
Preeklampsia/Eklampsia merupakan penyebab kematian ibu nomer dua di Indonesia dengan prosentase 24% dari seluruh kematian ibu yang terjadi di Indonesia. Sedangkan di Kota Tegal sendiri, preeklampsia/eklampsia selalu menjadi salah satu penyebab kematian ibu pada empat tahun terakhir mulai dari tahun 2008. Karena RSUD Kardinah merupakan rumah sakit rujukan yang ada di Kota Tegal yang ikut menangani kasus preeklampsia/eklampsia yang terjadi, maka dilakukanlah penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan preeklampsia/eklampsia di RSUD Kardinah tahun 2011. Penelitian ini merupakan penelitian kasus kontrol dengan jumlah sampel 80 orang untuk kasus dan 80 pasien sebagai kontrolnya dengan menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien. Sampel yang diambil adalah pasien yang bersalin di RSUD Kardinah pada tahun 2011 yang memenuhi data rekam medis untuk variabel yang akan diteliti yang lengkap. Dan faktor-faktor yang diteliti adalah umur, graviditas, paritas, riwayat abortus, usia gestasi dan status pekerjaan. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara preeklampsia dengan umur (OR=3,4), usia gestasi (OR=3,182) dan status pekerjaan (OR=4,58). Sedangkan faktor graviditas, paritas dan riwayat abortus tidak mempunyai hubungan yang signifikan dalam penelitian ini. ......Preeklampsia/Eklampsia was a second cause of maternal mortality in Indonesia that was 24% from all maternal mortality that was happened. In Tegal, preeclampsia always bacome one of causes of maternal mortality in 4 years later since 2008. RSUD Kardinah is a refferal hospital in Tegal that were treated preeclampsia/eclampsia. This research is a case control study with 80 sample as case and 80 sample as control using secunder data that were got from pasien medical records. The sample that were taken were the pasien who were delivered their baby in RSUD Kardinah in 2011 who had complete medical record. And the risk factors that were studied were age, gravidity, parity, abortus, gestasional age and work status. The result of this research shown that there is a significancy relation between preeclampsia with age (OR=3,4), gestasional age (OR=3,182) and work status (OR=4,58). Therefore the gravidity, parity and abortus experience don‟t have a significant relation.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eugene Nathania
Abstrak :
Pola isapan nutritif pada neonatus cukup bulan sehat penting untuk diketahui, namun selama ini belum ada bukti ilmiah yang tersedia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pola isapan nutritif pada neonatus cukup bulan sehat berdasarkan berat badan lahir dan usia gestasi. Desain studi yang digunakan adalah pendekatan potong lintang pada neonatus cukup bulan sehat di beberapa Puskesmas tingkat Kecamatan di Jakarta. Sebanyak 88 neonatus cukup bulan sehat dinilai karakteristik pola isapan nutritif dengan Sucking Mechanism System Equipment. Dari hasil penilaian tersebut, tidak ditemukan adanya perbedaan bermakna pada pola isapan nutritif neonatus cukup bulan sehat berdasarkan usia gestasi dan berat badan lahir. Rerata amplitudo tekanan isapan adalah -86,69 (76.0 – 102,68) mmHg, rerata frekuensi isapan 0,847 (0,717 – 0,97) isapan/detik, rerata durasi satu isapan nutritif 0,858 0,124 detik, rerata durasi satu burst 13,4 (8,49 – 22,48) detik, rerata jumlah burst dalam satu menit 3,74 1,53 burst/menit, rerata jumlah isapan per burst 15,36 (9,19 – 24,45) isapan/burst. Hasil studi ini menunjukkan bahwa pola isapan nutritif terus berkembang seiring dengan peningkatan usia gesatasi dan berat badan lahir. ......Nutritive sucking pattern in healthy term neonates is important to know, but so far there is no scientific evidence available The aim of this study was to determine the characteristics of the nutritive suction pattern in healthy term neonates based on birth weight and gestational age. A cross-sectional approach was applied among healthy term neonates in several sub-district health centres in Jakarta. A total of 88 healthy term newborns were assessed for nutritional sucking pattern characteristics using the Sucking Mechanism System Equipment. The result showed no significant difference in terms of nutritive suction pattern based on gestational age and birth weight. The mean amplitude of suction pressure was -86.69 (76.0 - 102.68) mmHg, mean suction frequency was 0.847 (0.717 - 0.97) sucks/second, mean duration of a nutritional suction was 0.858 ± 0.124 seconds, mean duration of a burst was 13.4 (8.49 - 22.48) seconds, mean number of bursts per minute was 3.74 ± 1.53 bursts/minute, mean number of sucks per burst was 15.36 (9.19 - 24.45) sucks/burst. This study suggests that the nutritional sucking pattern continues to evolve with increasing age and birth weight
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Oktora
Abstrak :
Pajanan pencemar udara selama kehamilan berhubungan dengan bayi be- rat badan lahir rendah (BBLR). Untuk menghubungkan konsentrasi NO2 dalam udara ambien, telah dilakukan studi ekologi di Jakarta. Konsentrasi NO2 didapat dari data monitoring BPLHD DKI Jakarta 2009 ? 2011, sedan- gkan kasus-kasus bayi BBLR diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Data dianalisis dengan Anova, uji korelasi, dan regresi linier dan berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa konsentrasi NO2 dalam bulan pertama dan kedua kehamilan berhubungan bermakna dengan BBLR (masing-masing dengan R = 0,464, nilai p = 0,0001 dan R = 0,243, nilai p = 0,013). Regresi linier berganda menunjukkan bahwa konsentrasi NO2 dapat meramalkan 25% kasus BBLR (R = 0,5; R2 = 0,25; nilai p = 0,0001). Variabel yang paling memengaruhi BBLR adalah pajanan ter- hadap NO2 pada bulan pertama gestasi (B = 259). Disimpulkan, pajanan NO2 pada bulan pertama dan kedua kehamilan dan tempat wilayah tinggal berhubungan dengan BBLR, dengan pajanan NO2 pada bulan pertama kehamilan merupakan faktor utama BBLR.

It has been known that exposure to air pollutant during pregnancy was as- sociated with low birth weight. To correlate NO2 concentration in ambient air with baby with low birth weight (LBW), an ecological study has been carried in Jakarta. NO2 concentration was obtained from 2009 ? 2011 monitoring data (Jakarta BPLHD), while low birth weight data were obtained from Jakarta Provincial Health Office. Anova, correlation, linear and multiple lin- ear regressions were employed to analyze NO2 concentration with LBW. It showed that NO2 concentrations during first and second month of preg- nancy were significantly correlated with the LBW (R = 0.464, p value = 0.0001 and R = 0.243, p value = 0.013). Multiple linear regression showed that the concentration of NO2 in the first and second month of pregnancy can predict 25% of LBW cases (R = 0.5, R2 = 0.25; p value = 0.0001). The most influence variable on LBW is exposure to NO2 in the first month of ges- tation (B = 259). It is concluded that exposure to NO2 in the first and second month of pregnancy and city of residence correlated with the LBW, with NO2 exposure in the first month of pregnancy was the most influencing factor of the LBW.
Universitas Indonesia, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tania Savitri
Abstrak :
Berat badan (BB) lebih pada anak adalah penyakit metabolik yang memengaruhi morbiditas saat dewasa. Maka, diperlukan tindakan preventif. Penelitian bertujuan mengurangi proporsi BB lebih anak usia sekolah. Desain penelitian adalah studi potong-lintang. Data didapatkan dengan mengukur tinggi dan berat badan 288 siswa sesuai kriteria dan membagikan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan responden terbanyak bergizi tidak berlebih (74,3%), berberat lahir normal (89,9%), terlahir prematur (70,1%), dan tidak memiliki riwayat asma (92,4%) maupun alergi (93,1%). Uji Chi-Square tidak berbeda bermakna antara riwayat kelahiran dan penyakit dengan BB lebih(p>0,001). Disimpulkan bahwa BB lebih anak usia sekolah tidak berhubungan riwayat kelahiran maupun penyakit. ......Children overweight is metabolic disease which affects the development of adulthood morbidity. Thus, preventive measure is needed. The study objective is to decrease prevalence of overweight in school-age children. The study design is cross-sectional. Data was obtained by measuring 288 students’ height and weight meeting the criteria and by spreading questionnaire. The results show most respondence are not overnutritioned(74,3%), have normal birth weight(89,9%), were born preterm(70,1%), and have no asthma(92,4%) nor allergy(93,1%). Chi-Square test shows no significant difference between birth and disease history and children overweight(p>0,001). In conclusion, overweight in school-age children has no association with birth nor disease history.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library