Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Emil Radhiansyah
Abstrak :
Bolivia merupakan sebuah negara di Amerika Tengah. Secara geography negara ini berada di dataran tinggi Amerika Latin. Walaupun tidak memiliki akses ke daerah pantai, Bolivia merupakan salah satu penghasil minyak bumi dan gas alam terbesar setelah Venezuela di Amerika Latin. Penduduk Mayoritas Bolivia adalah suku indian Aymara dan Quecha dan juga keturunan campuran antara indian dan kulit putih (Spanyol). Sebagai sebuah negara berkembang, Bolivia memiliki ketergantungan terhadap bantuan finansial dari lembaga-lembaga keuangan internasional dan masuknya investor asing. Namun kebijakan kontroversial dikeluarkan oleh Presiden terpilih pada Desember 2005, Evo Morales. Kebijakan yang dianggap tidak memihak atas jaminan kepemilikan dan keamanan berinvestasi terhadap investor asing, mendapat kecaman dan tanggapan negatif dari banyak pihak. Kebijakan nasionalisasi yang dikeluarkan oleh Evo Morales pada 1 Mei 2006, yang bertepatan dengan hari Buruh Internasional tersebut, dianggap sebagai sebuah ancaman terhadap kebebasan berinvestasi di Bolivia, dan merugikan sekitar 20 perusahaan yang bergerak dalam penglolaan dan eksplorasi migas. Kebijakan ini dikeluarkan bukan karena keinginan Evo Morales, tetapi merujuk kepada terjadinya Gerakan Sosial yang telah terjadi di Bolivia pada periode waktu tahun 2000 sampai dengan 2005. Pemerintahan Bolivia terdahulu yang menerapkan kebijakan ekonomi dan politik neoliberal, telah menyebabkan terjadinya kecemburuan sosial dan kemiskinan dalam masyarakat Bolivia. Sebagaimana yang disebutkan oleh Amy Chua dalam bukunya World On Fire, bahwa dominasi minoritas atas mayoritas penduduk pribumi menyebabkan munculnya konflik. Dikaitkan dengan globalisasi dengan paradigma neoliberal, dimana peranan negara dalam pasar harus dikurangi. IMF dan Bank Dunia merupakan lembaga keuangan internasional yang menerapkan kebijakan mengenai Liberalisasi Perdagangan, Deregulasi, serta Privatisasi yang merupakan pilar-pilar dalam perekonomian neoliberal. Kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah Bolivia mengikuti saran-saran dari IMF serta Amerika Serikat, memang memiliki dampak terhadap pertumbuhan perekonomian Boilivia, namun pertumbuhan tersebut hanya dirasakan oleh sekelompok kecil saja. Akibat dari privatisasi yaitu terjadinya efisiensi biaya perusahaan yang menyebabkan terjadinya pemutusan hubungan kerja, terutama pada Badan Usaha Milik Negara yang telah diswastanisasikan kepada investor asing. Sehingga dalam pembagian keuntungan Bolivia hanya menerima tidak lebih dari 20 persen saja. Kebijakan penghapusan pertanian koka, sebagai bagian dari kepentingan Amerika Serikat mengurangi peredaran kokain yang masuk ke wilayahnya, memaksa pemerintah Bolivia melakukan kebijakan penghapusan lahan pertanian koka, yang disertai dengan tindakan kekerasan oleh aparat keamanan Bolivia. Rakyat yang merasa ditindas terutama penduduk pribumi, melakukan perlawanan dengan melakukan aksi-aksi demonstrasi menuntut perubahan dalam pemerintahan. aksi massa yang dikenal dengan Gerakan Sosial tersebut ternyata mampu menekan pemerintahan Bolivia, yang terbukti dengan terjadinya beberapa kali perubahan dalam kepersidenan. Gerakan Sosial yang terjadi di Bolivia merupakan Gerakan Sosial Baru. Dinamakan Baru dikarenakan unsur-unsur gerakan tersebut tidak hanya datang dari kelas pekerja, tapi dari berbagai kalangan. Tuntutan yang diajukan bukan berdasarkan atas hubungan antara pemilik modal dan pekerja, walaupun tuntutan masih bersifat adanya perubahan dalam kebijakan ekonomi namun Gerakan Sosial yang terjadi di Amerika Latin umumnya dan khususnya Bolivia adalah kembalinya peranan negara didalam pengaturan pasar. Oleh karenanya tuntutan untuk melakukan nasionalisasi di Bolivia bukan sebuah gerakan yang menolak paradigma neoliberal tetapi lebih kepada pembagian yang adil hasil-hasil antara investor dan Bolivia. Kemunculan Evo Morales sebagai Presiden mambawa warna baru dalam regional Amerika Latin. Bersama dengan Hugo Chavez, Fidel Castro, dan beberapa negara Amerika Latin lainnya menumbuhkan sebuah kekuatan regional baru. Kekuatan yang dimaksudkan untuk mengurangi pengaruh Amerika Serikat di kawasan ini, melalui pembentukan Bank Selatan yang dimaksudkan menggantikan peranan IMF dan Bank Dunia, tentunya dengan perumusan strategi yang lebih dapat diterima oleh kondisi negara-negara Amerika Latin. Pembentukan kerjasama ekonomi negara-negara Amerika Selatan yang mengedepankan kepada semangat pembangunan daripada eksploitasi.
Bolivia is place in the middle of American Region. Geography of the state is place at the highland of Latin America. Though the country does not have any access to the sea, it produces one of the biggest oil and gas after Venezuela in Latin America. The majority is indigenous people of Indian Aymara and Quecha and also mixed blood Indian and the white (the Spanish). As one of developing country in the region, it dependable on financial help from International Financial Institutions and foreign investor. But a controversial policy was came from the elected President, Evo Morales. the policy did not have any guarantee on the right of ownership and investment security for foreign investor, it also condemned by and had a negative impact from many side. The nationalization policy by Evo Morales on 1st of May 2006 that came to effect at Workers Day, was consider as a threat for the freedom in investing climate in Bolivia, and also suffer to a lose for 20 company which move on the execution and explorations in energy mining. The demand of the policy that came in effect was came from the social movement in Bolivia between year 2000 until 2005. Political and neoliberal Economic policy that was came from the former government of Bolivia, had caused social suspicious and poverty inside the Bolivian. As Amy Chua said in her book World on Fire, the minority domination above majority of the indigenous people has cause a conflict. With the globalization impact with neoliberal paradigm and as the state intervention to the market must be reduce. The International Monetary Foundation organization (IMF) and The World Bank, as an international monetary institutions, give policy in liberalizing trade, deregulations and Privatizations which is as foundations to the neoliberal economy. The implemented policy by former government of Bolivia, was followed the suggestion that suggested from IMF and The United States of America, and had an impact on economic development in Bolivia, that only effected small group of Bolivian society. Theeffect in privatization was in company efficiency that caused jobs lost especially in state enterprises. The privatization of state enterprises to private business in large scale had caused in profit share, which that the Bolivian Government share less than 20 percent of the profit. The coca eradication policy, which was one of the United States pressure policy toward Hugo Banzer government to reduce cocaine that circulating in the street of United States, had an impact in eradicated the coca land farm followed by the force act by the Bolivian special drug police and the army. The cocaleros (coca?s farmer), indigenous people, students, Workers Union, Teachers Union and many organization and mass reacted to the implemented of the policies and demanded change in government policy and also in the body of government it self. The improve of mass movement known as the Social Movement was the pressure to the Government and change in the government body, as the step down of five president in Bolivia. The Bolivian Social Movement also known as the part of New Social Movement. New because the factor of the movement was not only came from workers class, also from other class, such as students, woman?s, professionals, indigenous people and many other. The demand of this movement not only based on relations between workers and the capital class, although the demand still in the changing in economy policy. The Social Movement in America Latin in general and especially in Bolivia is the demand on state intervention in the market that can protect public goods to reach by the people. In the case of nationalizations in Bolivia, the movement not only a movement against the neoliberal paradigm but as a demand in fair economy sharing. The rise of Evo Morales as President brought new colors in Latin American region. With Hugo Chavez of Venezuela and Fidel Castro of Cuba and other Latin America State, the region is growing a new power. It was directing against United States influences in the region, with the forming of Southern Bank of South America region is also directing against and replacing the IMF and World Bank influences, off course with new accepted strategic approachement by the Latin American Nations. The forming of economy cooperation in Southern America bring a spirit of development than exploitation.
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T22907
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Triyatno
Abstrak :
Misi Mencerdaskan kehidupan bangsa dan misi sebagai wahana belajar kepemimpinan bagi anak-anak muda terbaik Indonesia agar tak semata memiliki kompetensi kelas dunia, tetapi juga pemahaman akar rumput membawa perspektif baru bagi kaderisasi anak muda di Indonesia telah membawa Gerakan Indonesia Mengajar (GIM) mengirimkan Pengajar Muda (PM) ke 17 Kabupaten terpencil. PM dan GIM menjadi fenomena menarik bagi gerakan anak muda Indonesia. Jadi, penelitian ini mencoba membahas pola kepemimpinan apa yang terbentuk selama pengiriman PM dan mencoba menelisik lebih jauh pola GIM dalam kerangka civil society dan Gerakan Sosial Baru. Penelitian ini mengggunakan metode kualitatif dengan mengambil informan para PM aktif dan alumni. Data didapatkan dengan metode wawancara mendalam. Hasil penelitian didapat bahwa pola kepemimpinan akar rumput PM menjadi terbentuk dalam pola penempatan di daerah terpencil. Dari sini membuka wawasan mereka mengenai luas dan beragamnya Indonesia, sementara bagi daerah penepatan merasa senang dikirim anak muda untuk mengajar di daerahnya. PM menjadi aktor di lapangan dalam proses penguatan civil society di Indonesia yang memiliki shared value mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mengatasi masalah kekurangan tenaga pengajar di daerah terpencil. Hal ini sejalan dengan pemikiran Larry Diamond. Proses pengiriman PM ke daerah memberi gambaran Gerakan Sosial Baru di Indonesia bahwa organisasi non pemerintah melakukan GIM tanpa harus menghilangkan peran institusi negara, bahkan mengajak bekerja sama menjadi jembatan bersama pihak swasta untuk memajukan pendidikan Indonesia dalam rangka mencerdaskan segenap tumpah darah Indonesia. Hal ini sesuai dengan empat aspek Gerakan Sosial Baru: pertama, adanya kesamaan keyakinan (shared beliefs) dan solidaritas; kedua, adanya jaringan kerja dan interaksi informal; ketiga, aksi kolektif atas issu-issu konfliktual; keempat, aksi yang menunjukkan ruang yang luas di luar institusionalitas dan prosedur-prosedur rutin dari kehidupan sosial. Saran penelitian ini ada beberapa. Pertama, Bagi GIM, sekiranya pola Kepemimpinan akar rumput menjadi dimasifkan ke dalam bentuk kurikulum pembelajaran orang dewasa PM di lapangan. Kedua, Pengiriman PM menjadi wahana strategis anak muda untuk belajar kepemimpinan dan nasionalisme Indonesia karena mampu melihat Indonesia di daerah terpencil. Maka dari itu, perlu kiranya makin diperkuat jalinan jaringan antara pihak terkait agar kegiatan ini mampu tersebar lebih dari 17 Kabupaten tepencil di Indonesia. Ketiga, Teori Kepemimpinan Akar Rumput menjadi alternatif dalam proses kaderisasi kepemimpinan muda hendaknya mulai dikaji secara ilmiah dan dilaksanakan pada organisasi-organisasi kepemudaan. Kempat, terkait dengan tehnis penelitian ini. Sempitnya waktu penelitian yang diberikan berimbas pada hasil penelitian yang belum maksimal dan komprehensif. Maka dari itu hendaknya perlu dilakukan kembali kajian mendalam mengenai Kepemimpinan Akar Rumput baik secara teoritik keilmuan maupun pelaksanaan di berbagai organisasi. ...... Mission to educated life of the nation and the mission as a field to learn leadership for best young Indonesia so that they cannot simply have world-class competence, but also grass-roots understanding bring a new perspective to the young cadre recruitment in Indonesia make Gerakan Indonesia Mengajar (GIM) sends Pengajar Muda (PM) to 17 isolated Districts. PM and GIM became the phenomenon of interest to the youth movement of Indonesia. Thus, this research attempts to address what leadership patterns formed during the delivery of the PM and try to probe further patterns of GIM in the framework of civil society and new Social Movements. This research using qualitative method by taking the informant, active and alumni PM. Data obtained with the method of in-depth interviews. The research results obtained that the grassroots leadership of PM pattern to be formed in the pattern of placement in remote areas. From here open their insight about vast and various regions of Indonesia, while placement had the pleasure sent young people to teach in its territory. PM being a field actors in the process of strengthening civil society in Indonesia, that have shared value educated life of the nation with sending solution in lack of teacher in remote area at Indonesia. This equal to Larry Diamond theories of Civil Society. Placement PM to prefigure a new Social Movement in Indonesia that non-governmental organizations doing GIM without having to State institutions, even nullifying invites work being a bridge with private parties to advance the education of Indonesia in order to Educate all the spilled blood of Indonesia. This same with four element of New Social Movement; shared beliefs and solidarity; network an informal interaction; collective action; action that show large spaces outside of institusional and routine procedure in social live. This research had several suggestions. First, For GIM, if Grassroots Leadership patterns to be spread into the shape of the curriculum learning adult am on the field. Second, PM placement being a strategic way to young people to study leadership and nationalism of Indonesia cause they able to see Indonesia in remote areas. Therefore, it needs to be further reinforced braided chain between the parties related to this activity are able to spread over 17 remote Regency in Indonesia. Third, the grass-roots Leadership Theory into alternatives in the process of young leadership cadre recruitment should begin studied scientifically and held on youth organizations. The province, related to technical the research. The narrowness of the given research time imposes the research results which have not been fullest and comprehensive. Therefore he should need to be done again in-depth study on Grassroots leadership either in academic or teoritik implementation in various organizations.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Juliangga
Abstrak :
ABSTRAK
Mekanisme ekonomi pasar merupakan salah satu karakteristik dari globalisasi yang cenderung melakukan penekanan untuk tunduk pada rezim pasar bebas yang menciptakan gerakan komunal atas masyarakat sipil. Skripsi ini akan membahas tentang bagaimana eksploitasi mekanisme ekonomi pasar dapat berdampak pada kemunculan gerakan masyarakat sipil yang diusung oleh ForBALI bernama Gerakan Bali Tolak Reklamasi. Aliansi masyarakat sipil ini secara umum mengawali penolakan masyarakat Bali terhadap reklamasi Teluk Benoa yang dilakukan oleh swasta dan negara. Penelitian ini menggunakan tiga kerangka teori, yaitu Gerakan Sosial Baru, Mekanisme Pasar Bebas dan segitiga hubungan negara, pasar dan masyarakat sipil. Skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode eksplanasi. Terdapat tiga temuan dalam skripsi ini, diantaranya ForBALI sebagai pemrakasa utama terbentuknya Gerakan Bali Tolak Reklamasi, ForBali mampu menyatukan semua kepentingan masyarakat Bali atas reklamasi, dan pemerintah dan sektor swasta yang termasuk kedalam sistem ekonomi pasar melakukan deregulasi dan mengatur kembali kebijakan yang melibatkan swasta, khususnya reklamasi Teluk Benoa.
ABSTRACT
Market economic mechanism is one of the characteristics of globalization which provide a pressure to obey the free market regime and emerging the empowerment and communal civil society movement. This research will discuss about how exploitative market economic mechanism affect the emerge of civil society movement which is gerakan Bali tolak reklamasi by ForBALI. This alliance as a civil society representative to aggregate the Balineses denial of Benoa Bays reclamation by private sector and government. This paper is using three theoretical framework which are new social movement theory, market economic mechanism also the triangle of relation between negara, market and civil society. The methodology using a qualitative approach with explanative methods. There are three findings in this research. ForBALI significant as main initiator in Gerakan Bali Tolak Reklamasi (Balis Refuse Reclamation Movement), ForBALI able to aggregate all of Balinese interest about reclamation, and market economic system which include government and private to deregulate and policy adjustment with the involvement of private, especially in Benoa Bays reclamation.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Farouk Alwyni
Abstrak :

Artikel ini membahas konsep one-state solution yang dapat dianggap sebagai alternatif untuk mengatasi konflik antara Palestina dan Israel serta tantangan-tantangan dalam mewujudkan gerakan one-state solution terhadap para pendukungnya. Tujuannya adalah untuk melihat persoalan solusi konflik Palestina-Israel secara lebih mendalam serta mengukur sejauh mana konsep one-state solution dapat menjadi sebuah gerakan politik yang jelas bagi rakyat Palestina. Penelitian ini diharapkan dapat menilai potensi perkembangan gagasan one-state solution sebagai gerakan politik bagi masyarakat Palestina dalam mewujudkan hak-hak yang tak terlindungi oleh two-state solution, serta berkontribusi untuk mencarikan usulan pemecahan atas persoalan Palestina-Israel. Penelitian ini mengaplikasikan metode penelitian kualitatif bersifat deskriptif dengan metode studi pustaka, pengumpulan data yang memusatkan sumbernya pada penggunaan buku-buku dan literatur-literatur lainnya sebagai objek yang utama. Hasil dari penelitian ini adalah konsep one-state solution dapat dijadikan gerakan politik internasional yang dapat dipertimbangkan, untuk setidaknya menjamin kesetaraan hak bagi seluruh rakyat Palestina.


This article discusses the concept of the one-state solution, which can be considered an alternative to addressing the conflict between Palestine and Israel, as well as the challenges in realizing the one-state solution movement among its supporters. The goal is to explore the matter of resolving the Palestine-Israel issue more profoundly and evaluate the potential for the one-state solution to emerge as a distinct political movement for the Palestinian people. This research is expected to assess the potential for developing the idea of a one-state solution as a political movement for the Palestinian people in realizing rights that are not protected by the two-state solution, as well as contributing to finding proposals for solutions to the Palestinian-Israeli problem. This research applies a descriptive qualitative research method using a literature review approach, with data collection primarily focusing on the use of books and other literature as the main sources. The result of this research is that the one-state solution concept can be considered as an international political movement to at least ensure equal rights for all Palestinian people.

Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Lisken L.M.
Abstrak :
Gerakan lingkungan antisawit adalah gerakan yang baru dalam gerakan lingkungan, walaupun isu sawit bukanlah isu yang baru namun tidak pernah sebelumnya menjadi pembahasan yang lebih berorientasi pada lingkungan. Penelitian ini mengkaji Jaringan Sawit Watch sebagai penggerak gerakan sosial baru di Indonesia. Dan penelitiannya mempergunakan pendekatan Teori Gerakan Sosial Baru dan Teori Mobilisasi Sumberdaya untuk menunjukkan dinamika dan organisasi gerakan sosial dengan melihat faktor diskontinuitas dan kontinuitas dari gerakan tersebut. Secara empiris gerakan sosial ini menunjukkan bahwa diperlukan pendekatan yang lebih terintegrasi untuk menggambarkan gerakan sosial di Indonesia.
Anti Oil Palm Environment Movement is a variant to a new social movement in the enviroment movement. Eventhough oil palm issue wasn`t a new issue but it wasn`t considered as environmental problem. This research studied Sawit Watch as a network which mobilize new social movement. The study used New Social Movement Theory and Mobilization approachs to reflect the social movement dynamic and organization through its discontinuty and continuity factor. Empiric study reflected that an integrated approach needed from New Social Movement Theory and Mobilization Resources Theory to present social movement in Indonesia.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
T 27546
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pranowo Tri Adhianto
Abstrak :
Perkembangan teknologi mengubah bagaimana sebuah gerakan sosial berjalan; ada yang ldquo;tanpa usaha nyata rdquo; sehingga disebut Clicktivism, namun ada juga tetap memiliki gerakan nyata yang justru diperluas dengan menggunakan media sebagai saluran persuasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses relawan menginterpretasikan pesan persuasi website gerakan sosial. Studi ini dilakukan terhadap relawan gerakan Indonesia Mengajar ; gerakan ini meminta para relawan untuk menjadi guru sekolah dasar di daerah terjauh, terluar, dan terbelakang di Indonesia, memberikan pengorbanan dan dampak nyata. Menggunakan Fogg Behavior Model, penelitian dilakukan secara kualitatif dengan interview terhadap tiga narasumber. Hasilnya menunjukkan persepsi akan isi website Indonesia Mengajar sebagai sumber informasi utama berperan dalam meningkatkan efikasi diri dan motivasi, serta memicu munculnya perilaku untuk mendaftar sebagai relawan. Penggunaan bahasa yang informal, gambar serta cerita pengalaman lapangan membuat pengguna website tepersuasi secara deliberative, sehingga meningkatkan komponen motivasi Hope. Proses mendaftar melalui website yang sangat mudah memicu perilaku mendaftar sebagai relawan.Kata kunci: anak muda, Fogg Behavior Model, gerakan sosial baru, media persuasi, relawan. ......Technological developments alter how a social movement works there is no real effort so called Clicktivism, but there is also still has a real movement that actually expanded by using the media as a channel of persuasion. This study aims to describe the process of volunteering to interpret the message of persuasion of social movement website. This study was conducted on volunteers of the Indonesia Mengajar movement the movement asked volunteers to become elementary school teachers in the furthest, most remote and backward areas of Indonesia, providing real sacrifices and impacts. Using Fogg Behavior Model, the research was conducted qualitatively by interviewing three interviewees. The result shows the perception of the content in Indonesian Mengajar rsquo s website as the main source of information, plays a role in improving self efficacy and motivation, and triggers the emergence of behavior to register as a volunteer. The use of informal language, pictures and field experience stories make deliberative user deliberate websites, thus increasing Hope 39 s motivational component. The process of registering through the website is very easy to trigger the behavior register as a volunteer.Keyword young adult, Fogg behavior model, new social movement, persuasion media, volunteers.
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T49088
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library