Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yogyakarta: Media Pressindo, 1999
322.42 GER
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Farinuddin
"Artikel ini menganalisis pemberitaan surat kabar Berita Yudha dalam melawan propaganda komunis Indonesia pasca terjadinya Gerakan 30 September (G30S) 1965. Berita Yudha adalah surat kabar afiliasi TNI-AD yang bertugas sebagai penghubung antara TNI-AD kepada masyarakat, serta secara propagatif mempertinggi ketahanan perjuangan Indonesia. Alasan Berita Yudha menjadi kompetitor media komunis karena surat kabar ini didirikan oleh mantan pegawai-pegawai Berita Indonesia. Adapun Berita Indonesia dahulu tergabung sebagai bagian dari aliansi Badan Pendukung Sukarnoisme (BPS) yang dibubarkan dan media afiliasinya dibredel karena sikap antikomunisnya. Dalam penelitian ini ditemukan fakta bahwa Berita Yudha berhasil menghalau propaganda PKI karena mampu memberitakan peristiwa G30S secara faktual yang telah diputarbalikkan Harian Rakjat sebagai media afiliasi PKI. Kebaruan dalam historiografi Indonesia oleh penelitian ini dapat dilihat dari temuan bahwa berdirinya Berita Yudha dapat memanfaatkan posisinya sebagai satu dari dua surat kabar yang diperbolehkan menerbitkan surat kabarnya untuk memberitakan G30S secara faktual yang menunjukkan PKI sebagai dalang di balik aksi. Topik pembahasan yang menjadikan Berita Yudha sebagai episentrum penelitian belum banyak dibahas karena penelitian-penelitian sebelumnya masih berfokus pada G30S. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat tahapan, yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Sumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah surat-surat kabar Berita Yudha dan Harian Rakjat, serta berbagai buku, majalah, dan jurnal penelitian terkait yang diperoleh secara daring maupun luring. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kejelasan mengenai dinamika BPS, serta peran media afiliasi TNI-AD dalam penanggulangan pasca peristiwa G30S.

This article analyses the news coverage of Berita Yudha newspaper in dismissing the propaganda of Indonesian Communist Party (PKI) after the 30th September Movement of 1965 (G30S). Berita Yudha is a TNI-AD affiliated newspaper that serves as a liaison between the TNI-AD and the public, as well as propagatively enhancing the resilience of the Indonesian struggle. The reason why Berita Yudha became a competitor of communist media was because the newspaper was founded by former employees of Berita Indonesia. As for Berita Indonesia, it used to be part of the alliance of the Sukarnoism Supporting Agency (BPS), which was disbanded, and its affiliated media banned due to its anti-communist stance. This research found that Berita Yudha succeeded in containing PKI propaganda because they were able to factually report the G30S events that had been distorted by Harian Rakjat as a PKI-affiliated media. The novelty in Indonesian historiography by this research can be seen from the finding that the establishment of Berita Yudha was able to utilise its position as one of the two newspapers allowed to publish its newspapers to report the G30S in a factual manner that showed the PKI as the mastermind behind the action. The topic of discussion that makes Berita Yudha the epicentre of research has not been widely discussed because previous studies have focused on the G30S. This research uses the historical research method which consists of four stages, namely heuristics, source criticism, interpretation, and historiography. The sources used in this research are the newspapers Berita Yudha and Harian Rakjat, as well as various books, magazines, and related research journals obtained online and offline. It is hoped that this research can provide clarity on the dynamics of BPS, as well as the role of TNI-AD affiliated media in the post G30S countermeasures.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Buku ini diterbitkan pada Februari tahun 2004, dan kemudian dicetak lagi dan terbit September 2004. Sebenarnya buku ini sudah diterbitkan sejak lama. Cetakan pertamanya Desember 2000, namun kembali dicetak ulang kedua kalinya pada bulan Oktober 2003. Maklum saja, di tahun 2000, buku ini dilarang peredarannya. Buku ini adalah salah satu buku yang terkena sweeping buku “kiri” yang dilakukan Aliansi Anti Komunisme di Jakarta dan Yogyakarta. Akhirnya, buku ini praktis menghilang dari peredaran karena dianggap menyesatkan.
Cap komunis bagi para korban tahanan politik Orde Baru dan tragedi pembantaian PKI 1965-1966 menjadi sisi negatif bagi sosok mereka. Wacana tentang pengungkapan kebenaran pada G30S belum begitu tersebar dan wacana pengungkapan tragedi pembantaian PKI di Jawa dan Bali baru dalam tahap awal menunjukkan diri dalam masyarakat. Peristiwa G30S 1965 memang telah lama diperdebatkan di Indonesia dan Barat dalam berbagai versi, dugaan pelaku, pemberontakan yang terjadi dibelakangnya.
Tapi tidak demikian halnya dengan pengungkapan reaksi balik yang tidak kalah biadabnya dari gerakan 30 September 1965 yang menimpa orang dituduh anggota dan simpatisan PKI. Pembantaian, pemberangusan, penghilangan lawan politik yang kejam dan diluar batas nilai-nilai kemanusiaan. Para korban Orde Baru dan tragedi 1965 mulai berkumpul, berbagi pengalaman, menerbitkan buletin untuk membersihkan nama baik mereka, meluruskan sejarah, dan mengungkapkan kebenaran.
Buku ini disusun oleh bebarapa karya, artikel, makalah dan tulisan para Indonesianis di antaranya seperti Robert Crib, Michael van Langerberg, Kennet R Young, Keith Foulcher, Kenneth Orr dan Anton Lucas. Juga ada laporan jurnalistik dari wartawan Indonesia Maskun Iskandar dan Jopie Lasut tentang pembantaian di Purwodadi, Jawa Tengah. Ada juga laporan dari Pusat Penelitian dan Studi Pedesaaan dan Kawasan Universitas Gajah Mada serta dokumen dari Dinas Sejarah TNI Angkatan Darat tentang penumpasan G30S/PKI di Jawa Tengah. Sisi menarik lainnya dari buku ini adalah disertakannya essai Soe Hok Gie tentang riuh dan brutalnya pembantaian PKI di Bali.
Kisah pengalaman dari seorang istri tahanan politik bernama Yeti dan Marni. Yeti dan Marni adalah seorang perempuan yang selamat dari kamp-kamp. Beban mereka adalah lolos dari kematian dengan segala pertanyaan tentang apa salahnya dan makna yang mengikutinya, dan tahun-tahun panjang yang menakutkan dalam kerja keras. (hal.386). Berbagai kisah para korban inilah yang menjadi daya tarik dan nilai lebih dari buku ini.
Cerita Bali ditulis oleh Robert Cribb, Soe Hok Gie serta tambahan laporan dari Pusat Studi Pedesaan Universitas Gajah Mada yang dicatat dari pemberitaan harian Suara Indonesia yang terbit di Denpasar. Juga ada dokumen dari Dinas Sejarah TNI Angkatan Darat tentang penumpasan G30S/PKI di Bali.
"
Yogyakarta: Mata Bangsa, 2016
959.8 IND
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library