Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Adrian Syaifullah
"Indonesia memiliki cadangan panas bumi sebesar 23 GW dan menduduki peringkat ke-dua terbesar di dunia. Saat ini, tenaga listrik yang dihasilkan dari energi panas bumi sebesar 2.3 GW dari target 7,214.5 MW di akhir 2025. Panas bumi memiliki sifat padat modal, kompleks dan risiko, sehingga investasi panasbumi menjadi kurang menarik. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi kelembagaan yang terlibat di pengembangan panasbumi dengan menggunakan pendekatan Stakeholder Analysis, Structural Equation Model (SEM) dan Analytic Hyrarchy Process (AHP). SA digunakan untuk menganalisis power dan interest dari masing-masing kelembagaan. SEM digunakan untuk melihat pengaruh dari setiap kelembagaan panasbumi terhadap kinerja waktu sementara AHP digunakan untuk menganilisis model kelembagaan yang paling sesuai untuk pengembangan panasbumi di Indonesia. Penyelarasan hasil dari pendekatan tersebut didapatkan 14 kelembagaan yang menjadi Keystakeholder dengan bentuk model kelembagaan sentralisasi yang terdiri dari 3 klaster yaitu policy creator, facilitator dan accelerator, hasil ini diharapkan menjadi masukan sebagai model kelembagaan yang robust untuk mendukung penerapan pengembangan panasbumi.
Indonesia has geothermal reserves of 23 GW and is ranked second in the world. Currently, electric power produced from geothermal energy is 2.3 GW from the target of 7,214.5 MW by the end of 2025. This is because geothermal projects are capital intensive, complex, and risk, so investment less attractive. This study aims to evaluate the institutions involved in geothermal development using the Stakeholder Analysis (SA), Structural Equation Model (SEM) and Analytic Hirarchy Process (AHP) approaches. SA is used to analyze the power and interests of each institution. SEM is used to see the influence of each geothermal institution on time performance while AHP is used to analyze the institutional model that is most suitable for geothermal development in Indonesia. The results of this research were obtained 14 institutions key stakeholders in the form of a centralized institutional model consisting of 3 clusters, namely policy creator, facilitator and accelerator. This formulation is expected to be input into a robust institutional model to support geothermal development."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Samuel Adam
"Indonesia memiliki cadangan panas bumi yang besar, diperkirakan 24 GW atau setara dengan 35-40% dari potensi global, menjadikannya komponen penting dalam upaya transisi energi terbarukan negara tersebut. Namun, hanya 2.34 GW yang telah dimanfaatkan, jauh di bawah target pemerintah 2025 sebesar 7.2 GW. Indonesia menghadapi masalah dalam mengamankan pendanaan untuk target panas bumi yang ambisius ini karena iklim investasi yang menantang. Ketidakpastian yang melekat dalam proyek panas bumi, biaya pengembangan awal yang tinggi, dan insentif yang tidak memadai menjadi penghalang besar bagi investor untuk mencapai pengembalian yang sepadan dengan risiko yang luas. Oleh karena itu, mengatasi ketidakpastian utama dalam fase yang sangat berisiko dari pengembangan panas bumi, seperti eksplorasi dan eksploitasi, diperlukan untuk mengejar strategi yang tepat untuk meminimalkan risiko investasi yang gagal dan meningkatkan kesesuaian untuk alokasi anggaran. Studi ini mengusulkan pendekatan pemodelan dan analisis keuangan eksplorasi untuk menyelidiki ketidakpastian utama dalam proyek panas bumi dengan menggabungkan opsi nyata dan pemodelan eksplorasi. Temuan menunjukkan bahwa harga listrik, kekeringan fluida, biaya pengeboran eksplorasi, dan faktor kapasitas adalah ketidakpastian utama dalam fase eksplorasi. Sementara itu, rasio keberhasilan sumur produksi dan biaya pengembangan dan injeksi adalah ketidakpastian utama dalam fase eksploitasi. Analisis opsi nyata berguna dalam kondisi yang tidak menguntungkan di mana fleksibilitas manajemen diperlukan untuk menghindari penghentian proyek lebih awal. Namun, ketika berada dalam kondisi yang menguntungkan, para pengambil keputusan harus mencari ketahanan keseluruhan di mana proyek tidak akan dihentikan terlepas dari ketidakpastian masa depan.
Indonesia has massive geothermal reserves, estimated at 24 GW or equal to 35-40% of global potential, making it a crucial component in the nation's effort for renewable energy transition. Nevertheless, only 2.34 GW has been utilized, far below the government's 2025 target of 7.2 GW. Indonesia faces problems securing funding for its ambitious geothermal target due to the challenging investment climate. The inherent uncertainty in geothermal projects, high upfront development costs, and insufficient incentives pose significant barriers for investors in achieving returns commensurate with the extensive risks. Therefore, addressing key uncertainties in highly risky phases of geothermal development, such as exploration and exploitation, is needed to pursue the right strategy to minimize the risk of failed investments and increase appropriateness for budget allocation. This study proposes an exploratory financial modeling and analysis approach to investigating key uncertainties in geothermal projects by combining real options and exploratory modeling. The findings show that electricity price, fluid dryness, exploration drilling cost, and capacity factor are key uncertainties in the exploration phase. Meanwhile, the production well success ratio and costs of development and injection are key uncertainties in the exploitation phase. Real options analysis is useful in unfavorable conditions where management flexibility is needed to avoid early abandonment of the project. However, when situated in favorable circumstances, the decision-makers should seek overall robustness where the project will not be abandoned regardless of future uncertainties."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library