Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhamad Agra Adhiprasasta
Abstrak :
ABSTRAK
Downtown, adalah penamaan lain dari sebuah Pusat Kota yang terkenal dengan karakternya yang terdiri dari gedung pencakar langit dan berfungsi sebagai Central Bussiness District (CBD). Hal tersebut merupakan pemandangan umum Downtown yang terjadi pada negara-negara maju, sedangkan Downtown di Jakarta sedang menuju proses kesana. Gedung-gedung tinggi dan pencakar langit sebagai simbol perusahaan ternama masih berdampingan dengan Kampung yang merupakan tempat tinggal orang-orang golongan rentan. Adanya pengembangan baru menyebabkan terjadinya Transformasi pada Kampung dalam bentuk Gentrifikasi yang terjadi secara bertahap. Salah satu bagian tersebut adalah kawasan Kebon Sirih yang terletak di Ring 1, Jakarta Pusat. Pengembangan baru di Kebon Sirih merubah hunian Kampung menjadi gedung perkantoran dan Condominium yang merubah tatanan sosial dan budaya masyarakat. Pada umumnya bagi masyarakat yang terbebaskan mereka pindah ke luar Jakarta, dan bagi yang masih bertahan mereka menjalin hubungan Simbiosis yang saling menguntungkan dengan pihak pengembang. Temuan tersebut menjadi dasar dan metode dalam merancang kawasan Kebon Sirih untuk mempertahankan terjadinya Gentrifikasi yang lebih besar.
ABSTRACT
Downtown, is a naming for a City Center that is famous for its character consisting of skyscrapers and serves as the Central Business District (CBD). This is a common view of Downtown that occurs in developed countries, while Downtown in Jakarta is heading there. Tall buildings and skyscrapers as a symbol of well-known companies are still sided by side with Kampung which is home to vulnerable people. The existence of new developments led to the transformation of the village in the form of gentrification that occurred gradually. One of these parts is the Kebon Sirih area located in Ring 1, Central Jakarta. The new development in Kebon Sirih has changed the residential area of ​​the Village to become an office building and Condominium that has changed the social and cultural structure of the community. In general, for the liberated people, they move outside Jakarta, and for those who still survive they establish a symbiotic relationship that is mutually beneficial with the developer. These findings form the basis and method for designing the Kebon Sirih area to sustain greater Gentrification.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: McGraw-Hill, 2013
307.9 TAK
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Raisa Ratriananda
Abstrak :
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan merupakan kota satelit pertama di selatan Jakarta dan merupakan wilayah yang terencana. Akan tetapi sejak sepuluh tahun terakhir terjadi perubahan pesat dengan kemunculan komersial, kafe dan restoran hampir di setiap jalan lingkungan dan kolektor yang berada dan menggantikan fungsi hunian. Kemunculan secara cepat "ruang publik" komersil yang eksklusif, atau ruang publik semu berupa kafe dan restoran merupakan salah satu penanda terdapatnya gentrifikasi pada suatu kawasan. Consumer class lifestyle mengubah kondisi wilayah yang tergentrifikasi dan berkontribusi terhadap kenaikan harga lahan sehingga warga yang sejak dulu tinggal di situ tak mampu lagi dan akhirnya pindah ke tempat lain. Bila dilihat sekilas, hal ini mirip dengan apa yang terjadi di Kebayoran Baru. Akan tetapi wilayah tersebut sejak awal sudah menjadi lingkungan kaum menengah ke atas sehingga yang terjadi di wilayah tersebut merupakan gentrifikasi gelombang ke dua. Melalui penelusuran arsip dan pengamatan lapangan secara spasial, kajian ini akan mencoba memahami transformasi spasial tersebut dan kaitannya dengan social production of public space yang demokratis. Kebayoran Baru, Jakarta Selatan is the first satellite city in the southern part of Jakarta and is a planned area. In the last ten years, there has been a rapid transformation within the area due to the land use change from what is predominantly residential to commercial; cafes and restaurants in almost every street. The rapid growth of these commercial and exclusive “public space” or quasi-public space in the form of cafes and restaurants is one of the signs of gentrification. Consumer class life-style changes the condition of the gentrified neighbourhood and contributes to the increase of the land value, making it unaffordable for the residents and causing them to seek housing areas with lower cost. This is similar to what has been happening in Kebayoran Baru. However, the area has always been a relatively middle-class neighbourhood from the beginning. This indicates that what is currently happening in Kebayoran Baru is actually second wave gentrification. Through archival studies and spatial on-site observation, this research aims to understand the spatial transformation and its relation to social production of public space that considers democracy.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Dyah Aulia
Abstrak :
Gentrifikasi komersial merupakan salah satu fenomena yang ditandai dengan perubahan signifikan di kawasan perkotaan pada abad ke-21, terutama di kota yang sedang berkembang dengan pesat. Penulisan ini berupaya mengeksplorasi bagaimana gentrifikasi komersial terjadi di Kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Proses ini dipicu oleh peningkatan intensitas fungsi komersial yang ditandai dengan pertumbuhan bangunan komersial dan perkembangan Kemang sebagai kawasan komersial kota. Perkembangan area komersial menimbulkan dampak sosial dan ekonomi yang signifikan. Analisis ini menyoroti bagaimana gentrifikasi komersial berdampak pada peningkatan nilai lahan, perubahan demografi, dan pergeseran usaha kecil di Kawasan Kemang. Studi ini memberikan pemahaman mengenai implikasi gentrifikasi komersial dalam konteks perkotaan, dengan penekanan pada dinamika ekonomi, sosial, dan budaya yang terjadi akibat transformasi kawasan menjadi pusat komersial yang lebih modern dan terintegrasi. ......Commercial gentrification is a phenomenon characterized by significant changes in urban areas in the 21st century, especially in cities that are developing rapidly. This writing seeks to explore how commercial gentrification occurs in the Kemang area, South Jakarta. This process was triggered by the increase in the intensity of commercial functions which was marked by the growth of commercial buildings and the development of Kemang as a commercial city area. The development of commercial areas has significant social and economic impacts. This analysis highlights how commercial gentrification has an impact on increasing land values, demographic changes, and shifts in small businesses in the Kemang area. This study provides an understanding of the implications of commercial gentrification in an urban context, with an emphasis on the economic, social and cultural dynamics that occur as a result of the area's transformation into a more modern and integrated commercial center.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfred Rodriques Januar Nabal
Abstrak :
Dinamika kepariwisataan Labuan Bajo telah menghasilkan perkembangan perkotaan Labuan Bajo menjadi kota wisata. Fenomena ini disebut dengan urbanisasi pariwisata, yaitu perkembangan kota Labuan Bajo untuk tujuan produksi, penjualan, serta konsumsi barang dan jasa yang memberikan kesenangan bagi wisatawan atau pengunjung. Secara spasial, fenomena ini terlihat pada perkembangan kawasan pesisirnya sebagai pusat aktivitas komersial yang menunjang kebutuhan konsumsi wisatawan atau pengunjung. Dalam perspektif urbanisasi pariwisata, muncul bentuk ruang konsumsi pada kawasan tersebut. Namun, jauh sebelum menjadi pusat kegiatan komersial pariwisata, kawasan pesisir telah manjadi tempat tinggal bagi masyarakat setempat. Karena itu, perkembangan kawasan pesisir ini turut mengancam posisi masyarakat setempat. Dengan menggunakan model studi kasus instrumental dalam pendekatan kualitatif, penelitian ini hendak membangun penjelasan tentang pembentukan ruang konsumsi di kawasan pesisir kota Labuan Bajo yang mengancam eksistensi masyarakat setempat. Penelitian ini menunjukkan, pembentukan ruang konsumsi pada kawasan pesisir kota Labuan Bajo menjadi bagian dari produksi ruang kapitalistik. Melalui sentralisasi kapital dan konfigurasi spasial oleh negara dan swasta/privat, terjadi serangkaian abstraksi yang membentuk ruang konsumsi sebagai ruang sosial baru di kawasan pesisir kota Labuan Bajo. Signifikannya penggunaan kawasan pesisir sebagai pusat aktivitas komersial pariwisata turut menghasilkan dominasi ruang konsumsi yang diisi oleh pemilik modal, tenaga kerja, dan wisatawan atau pengunjung sebagai kelompok sosial baru di kawasan tersebut. Dominasi tersebut mengancam eksistensi masyarakat setempat melalui reduksi ruang sosial masyarakat setempat sebagai kelompok sosial lama. Munculnya fenomena perpindahan langsung maupun tekanan perpindahan mengindikasikan ancaman eksistensi masyarakat setempat karena pembentukan ruang konsumsi di kawasan pesisir kota Labuan Bajo. ......Labuan Bajo tourism has resulted in the urban development of Labuan Bajo into a tourist city. This phenomenon is called tourism urbanization, namely the development of the city of Labuan Bajo for the purpose of producing, selling, and consuming goods and services that provide pleasure for tourists or visitors. Spatially, this phenomenon can be seen in the development of the coastal area as a center of commercial activity that supports the consumption needs of tourists or visitors. In the perspective of tourism urbanization, a form of consumption space appears in the area. However, long before becoming the center of commercial tourism activities, the coastal area has become a place of residence for the local community. Therefore, the development of this coastal area also threatens the position of the local community. By using an instrumental case study model in a qualitative approach, this study aims to develop an explanation of the formation of consumption space in the coastal area of Labuan Bajo city which threatens the existence of the local community. This study shows that the formation of consumption space in the coastal area of the city of Labuan Bajo is part of the production of capitalistic space. Through the centralization of capital and spatial configuration by the state and the private sector, a series of abstractions occur that form the consumption space as a new social space in the coastal area of Labuan Bajo city. The significance of the use of coastal areas as centers of tourism commercial activity also results in the dominance of consumption space filled by owners of capital, labor, and tourists or visitors as new social groups in the area. This domination threatens the existence of the local community through the reduction of the local community's social space as an old social group. The emergence of the phenomenon of direct displacement and displacement pressure indicates a threat to the existence of the local community due to the formation of consumption space in the coastal area of Labuan Bajo city.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library