Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 36 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hamdan Nafiatur Rosyida
Abstrak :
[Tesis ini membahas tentang seputar fenomena sosial yang muncul di sekitar siswi SMU di Jepang yang direpresentasikan oleh tokoh utama dalam novel Install dan Keritai Senaka karya Wataya Risa. Tokoh utama dalam kedua novel merupakan siswi SMA, yang mana termasuk generation z, generasi yang lahir setelah tahun 1980-an di Jepang. Penulis menggunakan objek data berupa dua buah novel karangan Wataya Risa, yaitu: Install, yang menceritakan tentang siswi SMA berusia 17 tahun yang membolos sekolah dan memutuskan bekerja sama melakukan fūzoku chatto (sex chatting) bersama bocah SD berusia 12 tahun; dan novel Keritai Senaka, yang menceritakan persahabatan dua siswi SMA, salah satu merasa dikhianati dan akhirnya mencurahkan rasa kesendirian tersebut ke sorang siswa otaku di kelasnya. Pada kedua novel ini, penulis menemukan representasi fenomena sosial seputar kehidupan siswi SMA di Jepang, serta adanya pesan dari pengarang novel yang ingin disampaikan kepada pembaca. Tesis ini dianalisis dengan menggunakan analisis unsur-unsur instrinsik, selanjutnya menggunakan teori sosiologi sastra, serta konsep generation Z yang diperkenalkan oleh Atsushi Miura. Hasil penelitian dari kedua novel ini menghasilkan 9 representasi dari fenomena sosial di Jepang antara tahun 1980-2000, yaitu: generasi pengguna teknologi; generasi yang mengalami krisis identitas; generasi yang kesepian; generasi yang tidak tertarik pergi ke sekolah; bunuh diri di kalangan pelajar; ketidakterikatnya hubungan ibu-anak; populernya prostitusi online di kalangan siswi SMA; individu yang tak bisa lepas dari seksualitas; perilaku otaku; serta munculnya fenomena herbivore men dan carnovore girl.;This thesis explain about social phenomenons around Japanese high school girls which representated by main character based on novel Install and Keritai Senaka, written by Wataya Risa. Both of main character in the novels is a high school girls called Generation Z, mention to Japanese generation was born after 1980s. This literature object are two novels written by Wataya Risa: First, Install, story about 17 years old high school girl decided to skip class for a month, then playing along with 12 years old elementary school boy for doing sex chat, a kind of small prostitution business; Second, Keritai Senaka, telling about friendship of two high school girls, but one of them feel jealous to other, and finally put her alone feelings to otaku boy. Both of this novel representating of social phenomenons around Japanese high school, and an implicit messages from author to readers. Analyzing this thesis using instrinsic structure which construct a novel, then based on that analyze with literature sociology theory, and „Generation Z‟ theory which introduced by Atsushi Miura. Result from this research of two novels, I found 9 representation of Japanese high school during 1980-2000s, there are: generation of technology; generation have a identity crisis; loner individual; generation are used to skip the class, suicide among student; unrelated connection between mother-child; popularity of online prostitute among high school girls; individual addicted with sexual activity; otaku phenomena; and phenomena of herbivore men dan carnovore girl, This thesis explain about social phenomenons around Japanese high school girls which representated by main character based on novel Install and Keritai Senaka, written by Wataya Risa. Both of main character in the novels is a high school girls called Generation Z, mention to Japanese generation was born after 1980s. This literature object are two novels written by Wataya Risa: First, Install, story about 17 years old high school girl decided to skip class for a month, then playing along with 12 years old elementary school boy for doing sex chat, a kind of small prostitution business; Second, Keritai Senaka, telling about friendship of two high school girls, but one of them feel jealous to other, and finally put her alone feelings to otaku boy. Both of this novel representating of social phenomenons around Japanese high school, and an implicit messages from author to readers. Analyzing this thesis using instrinsic structure which construct a novel, then based on that analyze with literature sociology theory, and „Generation Z‟ theory which introduced by Atsushi Miura. Result from this research of two novels, I found 9 representation of Japanese high school during 1980-2000s, there are: generation of technology; generation have a identity crisis; loner individual; generation are used to skip the class, suicide among student; unrelated connection between mother-child; popularity of online prostitute among high school girls; individual addicted with sexual activity; otaku phenomena; and phenomena of herbivore men dan carnovore girl]
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T42751
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivana Stacia Cahyadi
Abstrak :
Isu keberlanjutan (sustainability) menjadi kian populer seiring dengan gencarnya pemberitaan negatif terkait ketidakseimbangan alam, kerusakan lingkungan, dan ketidakadilan sosial. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) yang ditargetkan oleh PBB mendorong berbagai industri, termasuk industri fesyen, untuk bersama-sama menangani dampak negatif yang telah dihasilkan selama ini demi kesejahteraan dan keberlanjutan jangka panjang. Istilah fesyen berkelanjutan hadir sebagai remedi dari praktik fesyen dari para merek atau perusahaan yang kurang bertanggung jawab, seperti fast fashion—istilah yang digunakan untuk menunjukkan strategi dan tren dalam industri fesyen yang berlangsung dengan cepat dan efektif. Gen Z sebagai calon pemimpin dan penerus kehidupan mendatang memiliki perspektif yang krusial dan relevan untuk diteliti lebih dalam, ditambah dengan karakteristik gen Z yang dapat dikatakan berkaitan erat dengan fesyen dalam kehidupan mereka sehari-hari. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif eksploratori melalui survei dalam bentuk kuesioner dan wawancara mendalam dengan partisipan kuesioner 110 orang, yang 11 diantaranya menjadi partisipan wawancara. Temuan penelitian ini antara lain: (1) Partisipan penelitian yang berasal dari kelompok gen Z sudah menyadari adanya isu dalam industri fesyen terutama terkait sosial dan lingkungan, namun perspektif para partisipan gen Z sangat beragam dalam melihat fesyen berkelanjutan, saat ini masih belum merata tingkat pemahamannya, ada yang sudah kritis dalam memandang istilah tersebut namun ada juga yang belum mengerti atau peduli, (2) Praktik-praktik yang mencerminkan dukungan terhadap fesyen berkelanjutan mulai berkembang dan diterapkan oleh kelompok gen Z dalam penelitian ini dan lingkungan sekitar mereka, namun perilaku ini bukan seratus persen dilakukan karena kesadaran akan konsep fesyen berkelanjutan, terdapat berbagai faktor dan keterbatasan lain yang mendorong perilaku tersebut, (3) Merek fesyen cepat yang praktik dan klaim keberlanjutannya masih menjadi perdebatan (seperti H&M dan Zara) mengesankan bahwa mereka berkelanjutan karena tag atau label yang dicantumkan, namun dalam praktiknya, keberlanjutan tidak dapat dinilai dari klaim material yang di daur ulang atau ramah lingkungan saja , (4) Di mata para partisipan, keberlanjutan yang dilakukan oleh merek atau perusahaan di industri fesyen ini menjadi unique selling, sehingga bukan sepenuhnya dilakukan karena motif altruistik saja, dan (5) Partisipan yang berasal dari kelompok gen Z melihat bahwa perkembangan dan kemajuan keberlanjutan pada industri fesyen di Indonesia akan semakin berkembang dan diadopsi oleh konsumen dan berbagai merek atau perusahaan. Kontribusi utama penelitian ini adalah menghadirkan apresiasi terhadap perpektif gen Z, dari sisi konsumen biasa, dan sebagai tambahan dari fashion insiders untuk memahami sudah sejauh mana pemahaman dan perkembangan fesyen berkelanjutan di Indonesia. ......The issue of sustainability is gaining increasing popularity amid the incessant negative news regarding natural imbalances, environmental damage, and social injustice. The Sustainable Development Goals targeted by the United Nations encourage various industries, including the fashion industry, to collaborate in addressing the negative impacts that have been generated so far, with the aim of achieving long-term prosperity and sustainability. The term "sustainable fashion" exists as a remedy for the irresponsible practices of certain brands or companies, such as fast fashion—a term used to describe strategies and trends in the fashion industry that rapidly and effectively took place. As the future successors and the next generation to lead, Gen Z holds crucial and relevant perspectives for further research, especially given their strong connection to fashion in their daily lives. This study used exploratory qualitative methods, conducting surveys in the form of questionnaires and in-depth interviews with 110 participants, of which 11 were interviewees. The findings of this study are as follows: (1) The majority of Gen Z participants are aware of issues in the fashion industry, particularly related to social and environmental concerns. However, their perspectives on sustainable fashion are highly diverse. While some show critical understanding of the term, others do not comprehend or prioritize it, (2) Practices reflecting support for sustainable fashion have started to develop and be adopted by the Gen Z participants in this study and their surroundings. Nevertheless, their behavior is not consistently aligned with the concept of sustainable fashion, as various other factors and limitations influence their actions, (3) Fast fashion brands, such as H&M and Zara, are still subject to debates regarding their sustainability claims and practices. Despite including tags or labels indicating sustainability in their products, sustainability cannot solely be judged by claims of using recycled or environmentally friendly materials, (4) In the eyes of the participants, sustainability initiatives taken by brands or companies in the fashion industry are seen as unique selling points. This suggests that such actions are not solely driven by altruistic motives, (5) Participants from the Gen Z group anticipate further development and adoption of sustainability in the fashion industry in Indonesia, expecting it to be embraced by consumers and various brands or companies. The main contribution of this research is to present an appreciation of the Gen Z perspective, both as ordinary consumers and as fashion insiders, in understanding the current level of comprehension and development of sustainable fashion in Indonesia.
Depok: Fakultas Ekonomi dan BIsnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Faniya Mufida
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat kontribusi kepuasaan waktu luang (leisure satisfaction) pada kesejahteraan subjektif (subjective well-being) Generasi Z yang melakukan kegiatan "Do-It-Yourself" (DIY). Partisipan dalam penelitian adalah 145 Generasi Z yang saat ini berusia 18—26 tahun. Penelitian ini menggunakan analisis regresi untuk mengetahui sejauh mana kepuasan di waktu luang berkontribusi terhadap kesejahteraan subjektif. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara kepuasaan di waktu luang dan kesejahteraan subjektif dengan kontribusi sebesar 66,6%. Lebih lanjut, penelitian ini juga menganalisis skor yang diperoleh dari partisipan yang melakukan DIY indoor dan outdoor secara terpisah. Hasilnya menunjukkan bahwa kepuasan waktu luang dari DIY indoor memiliki hubungan positif yang signifikan dengan kepuasan subjektif. Namun, kepuasan waktu luang dari DIY outdoor memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan kepuasan subjektif. Penelitian ini dapat menjadi sumber literatur yang relevan untuk penelitian mendatang. Selain itu, penelitian ini juga dapat menjadi dasar pertimbangan bagi Generasi Z dalam memilih aktivitas dan lokasi yang tepat untuk mengisi waktu luang mereka. ......This research aims to examine the contribution of leisure satisfaction to the subjective well-being of Generation Z individuals engaging in "Do-It-Yourself" (DIY) activities. The study involved 145 Generation Z participants aged 18 to 26 years. Regression analysis was employed to assess the extent to which leisure satisfaction contributes to subjective well-being. The research findings revealed a significant positive relationship between leisure satisfaction and subjective well-being, with a contribution of 66.6%. Furthermore, the study analyzed the scores obtained from participants who engaged in DIY activities indoors and outdoors separately. The results indicated a significant positive relationship between leisure satisfaction from DIY indoor activities and subjective satisfaction. However, leisure satisfaction from DIY outdoor activities did not show a significant relationship with subjective well-being. This research can serve as a relevant literature source for future studies. Additionally, it can be a basis for Generation Z individuals to consider appropriate activities and locations to enhance their leisure time.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Bagus Trinugraha
Abstrak :
Traveloka adalah startup online travel agent terbesar di Indonesia. Dalam kasus ini, perusahaan memilih antara mengembangkan hedonic value atau lebih condong ke utilitarian value yang dibawa. Penelitian ini melihat tentang bagaimana pengaruh hedonic value dan utilitarian value secara langsung terhadap customer loyalty ataupun secara tidak langsung melalui customer satisfcation. Penelitian ini juga berfokus pada generasi Z, yaitu generasi yang dari lahir sudah bersentuhan dengan internet dan cenderung memiliki keterbukaan terhadap internet yang tinggi. Penelitian yang dilakukan bersifat kuantitatif serta menggunakan model pengukuran Structural Equation Modelling (SEM) untuk mengolah data. Pengolahan data berdasarkan pada data yang berjumlah atas 330 responden. Responden telah disaring sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan, yaitu; berusia 18-26 tahun (Generasi Z), pernah menggunakan aplikasi traveloka untuk memesan penginapan dalam kurun waktu 1 tahun ke belakang, dan berdomisili di Indonesia. Penelitian ini menghasilkan hasil bahwa hedonic value dan utilitarian value tidak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap customer loyalty, tetapi hedonic value dan utilitarian value berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap customer loyalty secara tidak langsung, yaitu melalui customer satisfaction. Terakhir, customer satisfaction terbukti secara positif dan signifikan memediasi hubungan antara hedonic value dan utilitarian value dengan customer loyalty. Implikasi manajerial dan saran bagi penelitian selanjutnya akan dibahas lebih lanjut pada penelitian ini. ......Traveloka is the biggest online travel agent startup in Indonesia. In this case, the company chooses between developing hedonic value or leaning more towards the utilitarian value it brings. This study looks at how the influence of hedonic value and utilitarian value directly on customer loyalty or indirectly through customer satisfaction. This study also focuses on generation Z, which is the generation that has been in contact with the internet since birth and tends to have high openness to the internet. This research is quantitative and uses a Structural Equation Modelling (SEM) measurement model to process the data. Data processing is based on data that totals 330 respondents. Respondents have been screened according to the required criteria, namely, 18-26 years old (Generation Z), have used the Traveloka application to book lodging within the past 1 year, and domiciled in Indonesia. This study resulted in the results that hedonic value and utilitarian value did not have a positive and significant effect on customer loyalty, but hedonic value and utilitarian value had a positive and significant effect on customer loyalty indirectly, namely through customer satisfaction. Finally, customer satisfaction is proven to mediate the relationship positively and significantly between hedonic value and utilitarian value with customer loyalty. The managerial implications and suggestions for further research will be discussed further in this study.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinul Adha Muchtar
Abstrak :
Perilaku extra role yang dilakukan oleh seorang karyawan dalam sebuah perusahaan, sekarang ini menjadi perilaku yang sangat diharapkan terjadi oleh kebanyakan perusahaan. Perilaku extra role dari seorang karyawan dalam sebuah perusahaan biasa dikenal dengan Organizational Citizenship Behavior atau OCB. OCB dapat diartikan sebagai salah satu bentuk perilaku karyawan dalam sebuah perusahaan yang merupakan keinginannya serta inisiatif karyawan yang tidak terkait dengan penghargaan dari perusahaan secara formal tetapi perilaku tersebut dapat meningkatkan efektivitas perusahaan. Perilaku OCB karyawan dapat ditingkatkan dengan adanya employer brand experience serta employee engagement karyawan dalam bekerja khususnya karyawan generasi Z. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh employer brand experience terhadap organizational citizenship behavior dengan employee engagement sebagai variabel mediasi pada karyawan generasi Z di DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner menggunakan google form yang disebarkan secara daring kepada 254 responden karyawan generasi Z yang bekerja di DKI Jakarta. Adapun teknik penarikan sampel yang digunakan adalah non-probability sampling dengan jenis purposive sampling. Penelitian ini melakukan teknik analisis data menggunakan regresi linear sederhana, hierarchical multiple regression, serta sobel test. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh employer brand experience terhadap OCB. Kemudian, terdapat pengaruh employer brand experience terhadap employee engagement. Selanjutnya, terdapat pengaruh employee engagement terhadap OCB. Terakhir, terdapat pengaruh employer brand experience terhadap OCB dengan employee engagement sebagai mediasi pada karyawan generasi Z di DKI Jakarta. ......Extra role behavior carried out by an employee in a company, is now a behavior that is expected to occur by most companies. The extra role behavior of an employee in a company is commonly known as Organizational Citizenship Behavior or OCB. OCB can be interpreted as a form of employee behavior in a company which is his desire and employee initiative that is not related to formal awards from the company but this behavior can increase the effectiveness of the company. OCB behavior of employees can be improved with the presence of employer brand experience and employee engagement at work, especially for Generation Z employees. The purpose of this study was to analyze the effect of employer brand experience on organizational citizenship behavior with employee engagement as a mediating variable for Generation Z employees in DKI Jakarta. This study uses a quantitative approach by distributing questionnaires using google forms which are distributed online to 254 respondents of Generation Z employees who work in DKI Jakarta. The sampling technique used is non-probability sampling with purposive sampling type. This study uses data analysis techniques using simple linear regression, hierarchical multiple regression, and Sobel test. The results of this study indicate that there is an influence of employer brand experience on OCB. Then, there is the influence of employer brand experience on employee engagement. Furthermore, there is the effect of employee engagement on OCB. Finally, there is the influence of employer brand experience on OCB with employee engagement as a mediation for Generation Z employees in DKI Jakarta.
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kayla Nadira Jovienda
Abstrak :
Untuk meminimalisir keinginan karyawan untuk meninggalkan perusahaan, perusahaan perlu meningkatkan keterikatan kerja karyawan kepada perusahaan. Work engagement karyawan dapat ditingkatkan dengan diberikan dan terpenuhinya komponen-komponen decent work atau pekerjaan layak kepada seluruh karyawan, baik karyawan yang termasuk dalam kategori Generasi Y maupun Z. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh dari decent work terhadap work engagement dengan generasi sebagai variabel moderasi pada karyawan di DKI Jakarta. Dengan tujuan eksplanatif, penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner yang disebarkan secara daring kepada 223 responden Generasi Y dan Z yang bekerja sebagai karyawan di DKI Jakarta yang didapatkan dengan menggunakan teknik penarikan data non- probability sampling dengan jenis purposive sampling. Penelitian ini melakukan teknik analisis data dengan menggunakan regresi linear sederhana dan uji interaksi dengan moderated regression analysis. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh decent work terhadap work engagement pada karyawan di DKI Jakarta. Selain itu, uji interaksi menunjukkan bahwa generasi tidak memoderasi pengaruh antara decent work dan work engagement pada karyawan Generasi Y dan Z di DKI Jakarta. ......To prevent the employee’s desire to leave the company, the company needs to increase employees’ work engagement with the company. Employee’s work engagement can be increased by providing and fulfilling the components of decent work to all of the employees, both from the Y and Z Generation of employees. The purpose of this study is to analyze the effect of decent work on work engagement with generation as a moderation variable on employees in DKI Jakarta. With an explanatory purpose, this study uses a quantitative approach by distributing an online questionnaire to 223 respondents consisting of the Y and Z Generation who currently work as an employee in DKI Jakarta which was obtained by using a non-probability sampling technique with a purposive sampling type. This study uses a data analysis technique with simple linear regression and interaction test with moderated regression analysis. The result of this study indicates the effect of decent work on work engagement on employees in DKI Jakarta. In addition, the interaction test shows that generation does not moderate the effect between decent work on work engagement on Y and Z Generation employees in DKI Jakarta.
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arrizqy Nadya Khairunissa Yulianto
Abstrak :
Pusat perbelanjaan mal kini sudah menjadi lebih dari sekadar tempat berbelanja, melainkan juga menjadi sebuah ruang publik. Mal sebagai ruang publik berperan menjadi tempat untuk berkumpul dan beraktivitas tanpa memandang latar belakang pengunjungnya. DKI Jakarta dikenal sebagai provinsi yang memiliki pusat perbelanjaan kedua terbanyak di Indonesia, khususnya Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat. Berdasarkan Kementerian Perdagangan Repubik Indonesia, pertumbuhan ekonomi yang pesat di Jakarta mendorong perkembangan sektor ritel, terutama dalam sektor pusat perbelanjaan mal. Dengan adanya perkembangan tersebut, hal ini juga berdampak pada semakin tingginya tingkat persaingan antar mal. Di sisi lain, Generasi Z menjadi mayoritas pengunjung di pusat perbelanjaan mal dan diperkirakan akan terus meningkat, sebagaimana menurut BPS lebih dari 20% dari penduduk Jakarta didominasi oleh Generasi Z. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara daya tarik mal-mal di Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat dan persepsi pengunjung Generasi Z yang kemudian membentuk aktivitas yang dilakukan. Adapun daya tarik mal sebagai ruang publik dalam penelitian ini dilihat dengan pendekatan placemaking menurut Project for Public Spaces. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif dengan pendekatan spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan daya tarik mal akan mendorong pengunjung Generasi Z untuk memiliki kecenderungan persepsi dan aktivitas tertentu. Mal daya tarik tinggi dan mal daya tarik sedang memiliki kesesuaian persepsi lebih tinggi dibandingkan dengan mal daya tarik rendah sebagaimana hal ini ditunjukkan dengan penggunaan aktivitas lebih tinggi yang diiringi oleh tingkat persepsi lebih memenuhi bagi pengunjung Generasi Z. ......Shopping malls have now become more than just places for shopping; they have evolved into public spaces. Malls, as public spaces, serve as gathering spots and activity hubs regardless of the visitors' backgrounds. DKI Jakarta is known as a province with the second-highest number of shopping centers in Indonesia, particularly in South Jakarta and Central Jakarta. According to the Ministry of Trade of the Republic of Indonesia, rapid economic growth in Jakarta has propelled the development of the retail sector, especially in the mall sector. With this growth, there is a consequent increase in competition among malls. On the other hand, Generation Z constitutes the majority of visitors to shopping malls and is expected to continue growing. According to BPS, more than 20% of Jakarta's population is dominated by Generation Z. This research aims to analyze the relationship between the attractiveness of malls in South Jakarta and Central Jakarta and the perceptions of Generation Z visitors, which then shape their activities. The attractiveness of malls as public spaces in this study is viewed through the placemaking approach by Project for Public Spaces. The method used is quantitative descriptive analysis with a spatial approach. The research results indicate that the differences in mall attractiveness will influence Generation Z visitors to have tendencies in specific perceptions and activities. Shopping malls with high and moderate attractiveness have a higher alignment of perception compared to malls with low attractiveness, as indicated by a greater engagement in activities accompanied by a higher level of satisfaction for Generation Z visitors.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silitonga, Petrina Rain
Abstrak :
Indonesia memiliki pengguna internet yang didominasi oleh pemuda atau kaum yang tergolong sebagai Generasi Z. Perusahaan X sebagai network operator memiliki kendala yaitu kurang memanfaatkan pasar Gen Z sebagai pengguna produknya yang bernama “AX”. Produk operator “AX” yang memang ditargetkan untuk Gen Z memiliki beberapa fitur unik yang berbeda dibandingkan dengan kompetitor. Akan tetapi, hal ini nyatanya tidak dihiraukan oleh pengguna dan bukanlah hal yang menarik bagi masyarakat yang belum menggunakan “AX”. Penelitian ini mencoba untuk mencari tahu preferensi Gen Z terhadap suatu produk operator. Metode empathy digunakan untuk mengenal lebih dalam dengan pasar. Kemudian dilanjutkan dengan metode analisa konjoin untuk menemukan kombinasi fitur produk operator yang paling disenangi oleh Gen Z. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa Gen Z memilih untuk menggunakan operator yang menyediakan internet untuk semua aplikasi serta adanya pulsa tidak terbatas untuk SMS dan telp ke nomor sesama operator. Jumlah paket data yang paling disenangi adalah dengan jumlah 6-10 GB dalam waktu satu bulan serta memiliki value added service berupa paket roaming untuk penggunaan di luar Indonesia. Terakhir, Gen Z memilih untuk mendapatkan layanan kustomer menggunakan metode informasi yang sudah disediakan atau Frequently Asked Question. ......Indonesia has internet users who are dominated by Generation Z. X Company as a network operator has the problem of underutilizing the Gen Z market as users of its product called “AX”. The “AX” operator product, which is targeted at Gen Z, has several unique features that are different compared to the competitors. However, this is in fact ignored by users and is not an interesting thing for people who have not used “AX”. This research tries to find out Gen Z's preferences for operator products. The empathy method is used to get to know the market better. Continued with the conjoint analysis to find the combination of operator product features that are most favored by Gen Z. From the research results, it is known that Gen Z chooses to use operators that provide internet for all and unlimited call with SMS for same operator. The most preferred amount of data package is the amount of 6-10 GB within one month and has value added service in the form of roaming packages for use outside Indonesia. Finally, Gen Z prefers to get customer service using the information provided or Frequently Asked Question method.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafa Salsabila Karim
Abstrak :
Ketika bertransisi dari kuliah ke dunia kerja, Generasi Z ditemukan mengalami kesenjangan soft skills, kurang mengetahui potensi diri dan minat karier, dan khawatir tidak bisa mendapat pekerjaan yang diinginkan. Fenomena tersebut mengindikasikan bahwa mereka belum memiliki adaptabilitas karier yang baik. Adaptabilitas karier adalah sumber daya psikososial yang dapat membantu Generasi Z untuk menghadapi masa transisi dan tantangan dalam berkarier. Kepribadian proaktif adalah faktor yang kritis dalam pembentukkan adaptabilitas karier dan dapat membantu Generasi Z untuk bertahan dalam lingkungan kerja yang tidak terprediksi. Selain itu, agar Generasi Z bisa terus memenuhi tuntutan dunia karier yang kompleks, kemampuan self-directed learning (SDL) menjadi penting untuk dimiliki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran SDL dalam memediasi hubungan antara kepribadian proaktif dan adaptabilitas karier. Partisipan penelitian adalah 131 lulusan baru Generasi Z yang sudah bekerja atau magang selama maksimal 1 tahun. Hasil analisis regresi dengan Hayes Macro PROCESS menunjukkan bahwa SDL memediasi parsial hubungan antara kepribadian proaktif dan adaptabilitas karier. Artinya, SDL tidak sepenuhnya menjelaskan hubungan antara kepribadian proaktif dan adaptabilitas karier. Penelitian ini merekomendasikan Generasi Z agar memanfaatkan kepribadian proaktifnya yang tinggi untuk mengoptimalkan adaptabilitas kariernya. Penyedia kerja dapat menyediakan mentoring karier atau coaching untuk memfasilitasi pengembangan adaptabilitas karier Generasi Z. ......In transitioning from college to the workforce, Generation Z was found to experience soft skills gaps, lack of self-potential and career interests understanding, and worry about securing their desired job. This phenomenon indicates that they do not have good career adaptability. Career adaptability is a psychosocial resources that can help Generation Z to face transitions and challenges in their careers. Proactive personality is a critical factor affecting the formation of career adaptability and can help Generation Z to survive in an unpredictable work environment. In addition, self-directed learning (SDL) skills are important for Generation Z to meet the demands of a complex career world. This study aims to determine how SDL mediates the relationship between proactive personality and career adaptability. The participants of this study are 131 Generation Z fresh graduates with working or internship experience for a maximum of 1 year. The regression analysis result using Hayes Macro PROCESS shows that SDL partially mediates the relationship between proactive personality and career adaptability. In other words, SDL does not fully explain the relationship between proactive personality and career adaptability. This research recommends Generation Z utilize their proactive personality to continue optimizing their career adaptability. Job providers can facilitate Generation Z with career mentoring or coaching to advance their career adaptability.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafendra Alfarizqi Nugroho
Abstrak :
Indonesia menghadapi peningkatan prevalensi judi, terutama di kalangan Generasi Z yang merupakan kelompok usia produktif terbesar. Penelitian sebelumnya mengaitkan tingkat literasi keuangan dengan perilaku judi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan menguji hubungan antara tingkat literasi keuangan dan perilaku judi pada Generasi Z di Indonesia. Literasi keuangan dipilih sebagai fokus karena melibatkan pemahaman tentang konsep-konsep pengelolaan keuangan, sementara perilaku judi mencakup penilaian apakah penjudi termasuk patologis atau non-patologis. Penelitian ini menguji hubungan antara literasi keuangan dan perilaku judi pada Generasi Z di Indonesia, dengan sampel 300 responden dari Sumatera Utara dan Jawa Barat. Hasil menunjukkan bahwa literasi keuangan dan tiga dimensinya (sikap keuangan, perilaku keuangan, dan pengetahuan keuangan) berhubungan negatif dengan perilaku judi patologis pada Generasi Z. Faktor demografi seperti jenis kelamin, status pendidikan terakhir, pendapatan, frekuensi berjudi, perilaku judi orang tua, dan kebiasaan bermain judi orang tua juga memengaruhi perilaku judi patologis pada Generasi Z. ...... Indonesia is facing a rise in gambling, especially among Gen Z, who are a significant part of the productive age group. Previous study correlates financial literacy with gambling behavior. Therefore, this study aims to examine the relationship between financial literacy levels and gambling behavior among Generation Z in Indonesia. Financial literacy is chosen as the focus due to its involvement in understanding financial management concepts, while gambling behavior encompasses assessing whether gamblers are pathological or non-pathological. This study aims to examine the relationship between financial literacy and gambling behavior in Gen Z in Indonesia. The findings show a significant negative relationship between financial literacy (including financial attitude, behavior, and knowledge) and pathological gambling behavior in Gen Z. Demographic factors such as gender, highest education level attained, income, gambling frequency, parental gambling behavior, and parental gambling habits also influence pathological gambling behavior among Gen Z.
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>