Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 75 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kinan Nur Mahdiyyah
Abstrak :
Pada abad 21 metode pembayaran yang berlaku di Indonesia adalah uang tunai, ATM/kartu debit, kartu kredit, mobile banking, internet banking, dompet digital, NFC, QR, dan closed loop. Skripsi ini bertujuan untuk mengeksplorasi preferensi metode pembayaran konsumen Generasi Z dan pengaruh faktor performance expectancy (PE), effort expectancy (EE), self-esteem, serta pain of payment (POP) terhadap preferensi metode pembayaran pada konsumen Generasi Z. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisi skala, pertanyaan tertutup, dan pertanyaan terbuka. Temuan menunjukkan sembilan metode pembayaran yang berlaku di Indonesia umum dimiliki dan digunakan oleh konsumen Generasi Z. Analisis multiple regression menunjukkan PE uang tunai secara signifikan memengaruhi penggunaan uang tunai (t(92) = 0.002, p = 0,002). Analisis factorial ANOVA repeated menunjukkan terdapat main effect yang signifikan pada POP, PE, EE, dan self-esteem (F(3, 273) = 359,97, p = 0,00), jenis metode pembayaran (F(5, 455) = 51,43, p = 0,00), dan interaksi POP, PE, EE, dan self-esteem dengan jenis metode pembayaran (F(15, 1365) = 20,37, p = 0,00). Analisis pengalaman tidak menyenangkan ketika menggunakan metode pembayaran menunjukkan setiap metode pembayaran berpotensi menimbulkan pengalaman tidak menyenangkan. ......The payment methods that apply in Indonesia in the 21st century are cash, ATM/debit cards, credit cards, mobile banking, internet banking, digital wallets, NFC, QR, and closed loop. This research aims to explore the payment method preferences of Generation Z Consumers and the influence of performance expectancy (PE), effort expectancy (EE), self-esteem, and pain of payment (POP) impact on payment method preferences of Generation Z consumers. The research was conducted using a questionnaire containing scales, closed questions, and open questions. Findings show that the nine payment methods that apply in Indonesia are commonly owned and used by Generation Z consumers. Multiple regression analysis show that the PE of cash significantly influences the use of cash (t(92) = 0.002, p = 0,002). Repeated factorial ANOVA analysis show that there is a significant main effect on POP, PE, EE, and self-esteem (F(3, 273) = 359,97, p = 0,00), the type of payment method (F(5, 455) = 51,43, p = 0,00), and the interaction of POP, PE, EE, and self-esteem with the type of payment method (F(15, 1365) = 20,37, p = 0,00). Analysis of unpleasant experiences when using payment methods show that each payment methods has the potential to cause unpleasant experiences.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dicky Ahmad Ghiffari
Abstrak :
Profil Usaha House of Juice adalah UMKM yang didirikan pada tanggal 20 Mei 2020 dengan produk jus buah alami dengan pemanis madu. House of Juice berlokasi di daerah Srengseng, Jakarta Barat. House of Juice menggunakan metode pemesanan terlebih dahulu (pre-order) melalui akun Instagram @_houseofjuice Analisis Situasi Strength Produk jus buah dengan pemanis alami berupa madu Menggunakan buah berkualitas dengan tingkat kematangan yang baik, rasa manis alami, dan berasal dari distributor terpercaya Menggunakan media sosial Instagram sebagai platform utama untuk menjalankan usahaBisnis dengan metode pre-order memiliki peluang kerugian yang kecil (lowrisk) Weakness) Belum tersedia di layanan e-commerce (Gojek, Grab, Tokopedia) Belum memiliki strategi kehumasan yang jelas dan direncanakan dengan matang Pemasaran produk berhenti sejak bulan November 2020 Belum rutin mengunggah konten di sosial media Instagram, rata-rata hanya 2 konten setiap minggu. Opportunity Banyak masyarakat yang mencari produk kesehatan untuk memenuhi kebutuhan vitamin di masa pandemi Banyak kompetitor jus yang lebih memilih menggunakan pemanis jus dari gula dan susu kental manis Perkembangan media sosial Instagram yang dapat dimanfaatkan untuk pemasaran produk Threat Kompetitor bisnis serupa yang sangat banyak Nama brand House of Juice sudah pernah ada yang menggunakan Pernyataan Masalah House of Juice belum memiliki strategi kehumasan yang direncanakan dengan matang untuk mengkomunikasikan pesan tentang produk jus buah sehat yang dimilikinya. Hal ini didukung dengan keberadaan pandemi Covid-19 yang telah menghadirkan permasalahan baru yang mengganggu kesehatan, khususnya bagi kalangan remaja. Sehingga House of Juice dapat membuat strategi kehumasan berupa program kesadaran kesehatan yang bertujuan untuk membangun citra brand House of Juice sebagai brand yang peduli dengan kesehatan remaja generasi Z. Usulan Program Program bernama It’s Healthy Juice for You dengan pesan kunci #MulaiDariSekarang. Rangkaian program ini terdiri dari: Aktivasi media sosial Instagram Kolaborasi komunitas bersama komunitas sepak bola Lapan Rasa FC dan komunitas lari Running Rage Kolaborasi content creator untuk menggerakan 7 Days Healthy Challenge Special event Juice Day at School Tujuan Membangun citra brand House of Juice yang peduli dengan kesadaran kesehatan generasi Z Target Khalayak Demografis Jenis Kelamin: Laki-laki dan Perempuan Usia: 15-24 tahun Pekerjaan: Pelajar dan mahasiswa SES: B Geografis Domisili: Jakarta Barat Wilayah khusus: Srengseng, Kembangan, Palmerah, Kemanggisan, Slipi. Behaviour Aktif menggunakan media sosial untuk mencari informasi Suka mengikuti akun influencer di Instagram Suka mencari informasi mengenai komunitas olahraga di Instagram Memiliki ketertarikan untuk mengonsumsi produk berbahan dasar buah Psikografis Suka bersenang-senang Menggunakan media sosial untuk mencari rekomendasi makanan dan minuman sehat Suka memesan makanan dan minuman dari aplikasi online Suka mencari tahu tren yang populer di Instagram Jadwal Juni - Oktober 2022 Anggaran Rp16.154.000 Monitoring & Evaluasi Input: Monitoring & Evaluasi terhadap perencanaan dan pelaksanaan setiap kegiatan Output: Monitoring & Evaluasi terhadap Indikator Keberhasilan tiap kegiatan Outcome: Monitoring & Evaluasi terhadap hasil dan pengaruh program terhadap kesadaran kesehatan generasi Z dan citra brand ...... Company Profile House of Juice is an MSME founded on May 20, 2020 with natural fruit juice products with honey sweetener. House of Juice is located in Srengseng area, West Jakarta. House of Juice uses pre-order method via Instagram account @_houseofjuice. Situation Analysis Strength Fruit juice products with honey natural sweeteners Using good quality ripe fruit with natural sweet taste, and comes from a trusted distributor Using Instagram as the main platform to run the business Businesses with the pre-order method have a small chance of loss (low risk) Weakness Not available on e-commerce services (Gojek, Grab, Tokopedia) Does not have a clear and well-planned communication strategy Business activities have stopped operating since November 2020 Not routinely uploading content on social media, only two times a week Opportunity Many people are looking for health product to meet their vitamin needs during the pandemic Many brands juice competitor prefer to use sweetened from sugar and condensed milk The use of social media that can be used for product marketing Threat A lot of similar business competitors House of Juice brand name had been used before by others Problem Identification House of Juice does not have a well-planned public relations strategy to communicate its message about its healthy fruit juice products to customers. This is supported by the Covid-19 pandemic which has presented new problems that interfere with health, especially for teenagers. With that opportunity, House of Juice can create a public relations strategy in the form of a health awareness program that aims to build the House of Juice brand image as a brand that cares about the health of generation Z teenagers. Programs The program called It's Healthy Juice for You with the key message #StartFromNow. This series of programs consists of: Instagram social media activation Community collaboration (Lapan Rasa FC & Running Rage) Content creator collaboration (7 Days Healthy Challenge) Special event “Juice Day at School” Goals Building a House of Juice brand image that cares about the health awareness of generation Z. Target Audience Demographic Gender: Male and Female Age: 15-24 years old Occupation: Student SES: B Geographical Area: West Jakarta Focus area: Srengseng, Kembangan, Palmerah, Kemanggisan, Slipi. Behavior Actively use social media to find information Likes to follow influencer accounts on Instagram Likes to find information about the sports community on Instagram Have an interest in consuming fruit-based products Psychographic Likes to having fun Using social media to find healthy food and drink recommendations Likes to order food and drinks from online applications Loves to find out what trends are popular on Instagram Schedule June - October 2022 Budget Rp. 16.154.000,- Monitoring & Evaluation Input: Monitoring & Evaluation of the planning and implementation of each activity Output: Monitoring & Evaluation of the KPI of each activity Outcome: Monitoring & Evaluation of the results and impact of the program on Generation Z's health awareness and brand image
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Tsania Zhuhra
Abstrak :
Pendahuluan: Pendidikan di fakultas kedokteran terjadi di lingkungan yang memiliki tekanan lebih tinggi dibandingkan jurusan atau fakultas lain. Mahasiswa kedokteran tahun pertama membutuhkan proses adaptasi dalam menjalani kehidupan akademik, sosial, perubahan pribadi dan emosional, serta keterikatan dengan universitas agar dapat bertahan dan melanjutkan pendidikan dengan optimal. Saat ini, mahasiswa yang berasal dari generasi Z telah memasuki fakultas kedokteran dan memiliki perbedaan karakter jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya, terutama terkait pada penggunaan teknologi dan media sosial yang tinggi. Keterbatasan publikasi mengenai adaptasi mahasiswa kedokteran dan generasi Z di Indonesia menyebabkan diperlukannya  penelitian pada topik ini sebagai salah satu pertimbangan dan pemahaman pendidik di institusi pendidikan kedokteran untuk memberikan layanan dukungan dan pendidikan terbaik, sekaligus menjadi landasan kebijakan yang dapat membantu mahasiswa bertahan serta mencapai potensi maksimal dalam keberlangsungan pendidikan mereka. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pemilihan responden penelitian dilakukan dengan metode maximum variation sampling. Sebanyak tujuh focus group discussion dan dua wawancara mendalam dengan mahasiswa dilakukan untuk mengeskplorasi proses adaptasi dan faktor yang memengaruhinya. Enam wawancara mendalam dengan dosen dan studi dokumen dilakukan untuk triangulasi data. Hasil penelitian: Hasil penelitian menunjukkan proses adaptasi kehidupan kampus mahasiswa kedokteran generasi Z di tahun pertama berlangsung dalam tiga aspek yakni akademik, sosial, dan pribadi-emosional. Adaptasi ini dipengaruhi oleh existing factors dan supporting factors. Existing factors terdiri atas karakter yang dimiliki mahasiswa berupa karakter bawaan dan karakter terkait generasi Z, kondisi mental, karakteristik demografik, pengalaman pendidikan sebelumnya, dan dukungan sosial. Supporting factors terdiri atas aplikasi teknologi, metode pembelajaran kreatif, reflektif, dan partisipasi langsung, umpan balik konstruktif, perbaikan sistem pendidikan, perbaikan fasilitas, perbaikan cara mengajar, dan students well-being. Simpulan: Proses adaptasi kehidupan kampus mahasiswa kedokteran generasi Z di tahun pertama melibatkan serangkaian faktor yang terkait dengan keunikan karakter generasinya, keterlibatan teknologi, serta tantangan budaya daerah dan budaya institusi. Hal ini membutuhkan kesiapan dari fakultas kedokteran untuk memberikan dukungan pada mahasiswa agar adaptasinya berjalan optimal dalam aspek akademik, sosial, dan pribadi-emosional. ......Introduction: The pressure of medical schools environment is higher than other faculties. First year medical students need adjustment process to undergo their academic  life, social relationship, personal-emotional changes, and attachment to their university to sustain their college life and continue their optimal education. Gen Z medical students recently enter medical school with different  characters than other generations, especially the  frequent use of technology and social media. There are limited studies about college adjustment of medical students and gen Z in Indonesia. This study aims to explore college adjustment process of gen Z medical students in their first year and its contributing factors to gain faculty's understanding in making educational decisions and best educational support for students. Furthermore, faculty could use the data as one of decision basis to help gen Z medical students continue their education and achieve their maximum potentials. Method: This is a qualitative study with phenomenological approach. Maximum variation sampling method was held in respondent's selection process. Exploration of college adjustment process and its contributing factors was conducted through seven focus group discussions and two in-depth interviews. In-depth interviews with lecturers and documents study were conducted as triangulation process. Result: This study shows college adjustment process of first year gen Z medical students in three aspects: academic, social, and personal-emotional adjustment. Students' traits related to gen Z's profile and their own existing characters, mental condition, demographic characteristics, prior educational experiences, and social supports are the existing factors of college adjustment. The supporting factors consist of application of technology in learning, creative-reflective studies and hands-on learning experiences, constructive feedback, improvement of learning facilities, learning system and curriculum, teaching methods, and students’ well-being. Conclusion: College adjustment process of first year gen Z medical students involves multisets of contributing factors related to gen Z's unique characters, involvement of technology,and challenges from regional and medical faculty's  culture. The readiness of medical faculty is needed to support the students gaining their optimum adjustments in academic, social, and personal-emotional aspects.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Tracy Salsabila
Abstrak :
Kampung merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk, berada berdampingan dengan kota, dimana mereka memiliki tempat tinggal yang hidupnya tradisional, susunannya tidak terencana, serta pekerjaan penghuninya cenderung informal (Sihombing, 2023). Perbedaan tersebut tentunya mempengaruhi cara hidup masyarakat kampung, terutama kebiasaan masyarakat kampung dalam berkumpul di ruang publik yang ada di luar tempat tinggal dan di luar tempat bekerja/sekolah, yaitu third place. Saat ini, menurut Badan Pusat Statistik 2020, generasi Z merupakan generasi dengan jumlah terbanyak di Indonesia, yaitu dengan jumlah 27.94%. Generasi Z merupakan generasi yang communitarian, yaitu generasi yang gemar berkumpul dan membentuk komunitas. Terlebih lagi, kondisi ekonomi masyarakat kampung kota lemah, sehingga kebiasaan generasi Z di kampung kota dalam berkumpul dan membentuk komunitas berbeda dengan generasi Z lainnya yang tinggal di luar kampung. Maka dari itu, generasi Z yang tinggal di kampung kota dengan karakter yang communitarian dan hidup dalam kemiskinan tentu memiliki pertimbangan/preferensi sendiri dalam mencari ruang yang mampu membentuk komunitas diantara mereka, baik dilakukan secara sadar ataupun tidak. Oleh karena itu, skripsi ini membahas tentang faktor pembentuk third place yang mempengaruhi pilihan third place generasi Z di kampung dan pengaruhnya terhadap terbentuknya komunitas. ......The urban village (kampung) is a residential area that is densely populated, located side by side with the city, where they have traditional living habits, unplanned building pattern, and the occupants' work tends to be informal (Sihombing, 2023). These differences certainly affect the living habits of the kampung’s residents, especially the habit of gathering in public spaces outside their homes and outside their workplaces/schools, namely the third place. Currently, according to the 2020 Population Census, generation Z is the generation with the largest number in Indonesia (27.94%). Generation Z is a communitarian generation, the generation that likes to gather and form communities. Furthermore, living under awful economic conditions impacts their habit of gathering and shaping communities, thus showing differences from other Z generations outside kampung. Therefore, generation Z who live in kampung with communitarian characteristics that lives under poverty certainly have their own considerations in finding spaces that are able to form community among them, whether done consciously or not. Therefore, this thesis discusses third place shaping factors that affect generation z in kampung’s third place selection and its impact towards community formation.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thierry Ramadhan Ardiantoputra
Abstrak :
Penelitian ini membahas kesadaran politik yang mendorong Generasi Z serta tipologi partisipasi politik Generasi Z dalam Gerakan #ReformasiDikorupsi. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa rancangan kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah dan DPR RI melalui Rancangan Undang-Undang (RUU), dinilai mengintervensi ranah privat seseorang, sehingga mendorong Generasi Z untuk berpartisipasi dalam Gerakan #ReformasiDikorupsi. Dalam Gerakan #ReformasiDikorupsi, bentuk-bentuk pergerakan yang dilakukan oleh Generasi Z diklasifikasikan ke dalam tiga tipologi partisipasi politik, yaitu mode partisipasi konsumen, mode aktivitas protes, dan mode menghubungi. Penelitian ini menggunakan konsep Generasi Z dan teori partisipasi politik sebagai kerangka untuk mendalami studi kasus. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam untuk memperoleh data primer, dan mengumpulkan data sekunder melalui situs daring ataupun media sosial. Melalui partisipasi politik yang dilakukan oleh Generasi Z dalam Gerakan #ReformasiDikorupsi, terdapat penyesuaian antara karakteristik Generasi Z dengan cara mereka bergerak. Penggunaan media sosial sebagai sarana pergerakan, menjadi ciri khas dari keterlibatan Generasi Z dalam Gerakan #ReformasiDikorupsi. ......This study discusses the political awareness that drives Generation Z in the #ReformasiDikorupsi movement and its political participation typology. The findings of this study indicate that the draft policy made by the Government and the Indonesian Parliament through the legal draft (RUU), is considered to intervene in the private sphere of an individual, thus encouraging Generation Z to participate in the #ReformasiDikorupsi movement. In the #ReformasiDikorupsi movement, the forms of movement carried out by Generation Z are classified into three typologies of political participation, namely the mode of consumer participation, the mode of protest activity, and the mode of contact. This study uses the concept of Generation Z and political participation theory as a framework to explore case studies. This study uses qualitative methods by conducting in-depth interviews to obtain primary data, and collecting secondary data through online sites or social media. Through political participation by Generation Z in the #ReformasiDikorupsi movement, there is an adjustment between the characteristics of Generation Z and the way they move. By using social media in the #ReformasiDikorupsi movement, it becomes a characteristic of Generation Z’s involvement.

 

Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia , 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dzikri Muhammad Isthafa
Abstrak :
Sebagai ibukota negara, Jakarta merupakan kota dengan penduduk yang memiliki beragam latar belakang. Sebagai kota modern, kota Jakarta memiliki sebuah tempat yang merupakan cerminan dari masyarakatnya, terbentuk melalui internet menjadi dunia digital kota Jakarta. Sebagai digital natives, generasi Z kota Jakarta merupakan kelompok masyarakat yang paling familier dengan ruang virtual kota Jakarta. Generasi Z kota Jakarta memiliki peran penting dalam proses terbentuknya fenomena budaya populer. Makalah ini akan membahas mengenai peran generasi Z dalam ruang virtual kota Jakarta sebagai kunci dari terbentuknya budaya populer, dengan menggunakan konsep antropologi digital dari Horst dan Miller mengenai materialitas. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data makalah adalah studi literatur dengan mengkaji data-data berupa buku dan artikel. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa beberapa fenomena budaya populer kota Jakarta merupakan sebuah fenomena yang mendapatkan atensi masyarakat luas berkat bantuan generasi Z kota Jakarta. ......As the national capital, Jakarta is a city with people from various backgrounds. As a modern city, the city of Jakarta has a place that is a reflection of its people, formed through the internet to become the digital world of the city of Jakarta. As digital natives, Generation Z of Jakarta is a group of people who are most familier with the virtual space of Jakarta. Generation Z of Jakarta has an important role in the formation of popular culture phenomena. This paper will discuss the role of generation Z in the virtual space of the city of Jakarta as the key to the formation of popular culture, using Horst and Miller's digital anthropological concept of materiality. The method used in collecting paper data is a literature study by examining data in the form of books and articles. Based on the results of the research, it can be concluded that several popular cultural phenomena in the city of Jakarta are phenomena that have received the attention of the wider community thanks to the help of generation Z in the city of Jakarta.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Nuzul Raihan
Abstrak :
Saat ini, generasi Z sudah memasuki dunia kerja dan cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi jika tidak diberikan lingkungan kerja yang mendukung. Jadi, penting untuk melihat gaya kepemimpinan atasan yang tepat untuk meningkatkan kesejahteraan subjektif generasi ini, salah satu gaya kepemimpinan yang dinilai cukup efektif adalah gaya kepemimpinan transformasional. Maka dari itu, penelitian ini hendak melihat hubungan antara gaya kepemimpinan atasan yang transformasional dan kesejahteraan subjektif pada pekerja generasi Z. Dengan menggunakan metode kuantitatif korelasional, penelitian ini melibatkan 101 partisipan yang berusia 20-28 tahun di wilayah Jabodetabek. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah The PERMA-Profiler untuk mengukur kesejahteraan subjektif dan Multifactor Leadership Questionnaire (MLQ) 5X untuk mengukur kepemimpinan transformasional. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara gaya kepemimpinan atasan yang transformasional dan kesejahteraan subjektif (r = 0,525; p < 0,001; one-tailed). Temuan ini menekankan pentingnya implementasi gaya kepemimpinan transformasional untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja generasi Z. ......Currently, Generation Z has entered the workforce and tends to experience higher stress levels if not provided with a supportive work environment. Therefore, it is important to identify the appropriate leadership style to enhance the subjective well-being of this generation, one leadership style considered effective is transformational leadership. This study investigates the relationship between superiors’ transformational leadership style and subjective well-being in Generation Z workers. Using a quantitative correlational method, this research involved 101 participants aged 20-28 in the Greater Jakarta area. The measurement tools used in this study are The PERMA-Profiler to measure subjective well-being and the Multifactor Leadership Questionnaire (MLQ) 5X to measure transformational leadership. The results showed a significant positive relationship between superiors’ transformational leadership style and subjective well-being (r = 0.525, p < 0.001, one-tailed). These findings highlight the importance of implementing transformational leadership to enhance the well-being of Generation Z employees.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Metha Aurum Zukhrufani Ainulisany
Abstrak :
Gen Z merupakan generasi yang lahir di atas tahun 1995. Gen Z hadir dengan karakteristik yang berbeda dari angkatan sebelumnya. Hampir sebagian besar Gen Z menyadari pentingnya work life balance namun fenomena yang terjadi adalah Gen Z memiliki tingkat work-life balance terendah dibandingkan generasi sebelumnya. Salah satu anteseden dari work life balance adalah boundary management. Boundary management adalah cara individu membuat batasan- batasan keterlibatan diri pada kegiatan di pekerjaan maupun non pekerjaan. Penelitian sebelumnya menemukan adanya inkonsistensi pada hubungan antara boundary management dan work life balance. Peneliti berasumsi bahwa hubungan boundary management dan work life balance dapat diperkuat dengan adanya moderasi dari perceived flexibility. Boundary manaegement menjadi lebih kuat ketika individu merasakan otonomi penuh atas pekerjaannya atau merasakan perceived flexibility yang tinggi dan pada akhirnya dapat meningkatkan work life balance. Studi ini dilakukan pada 157 Gen Z. Instrumen penelitian meliputi adaptasi alat ukur Work-Life Balance, Boundary Management, dan Perceived Flexibility. Pengujian hipotesis dilakukan Macro Process Hayes. Hasil penelitian menunjukkan tidak ditemukan peran moderasi perceived flexibility dalam hubungan boundary management dan work life balance pada Gen Z. Hal ini dapat disebabkan karena latar belakang pekerjaan dari sampel penelitian yang sangat beragam sehingga penelitian selanjutnya disarankan lebih berfokus pada status kepegawaian dan sektor industri yang lebih serupa. ......Gen Z is a generation that born after 1995. Gen Z comes with different characteristics from the previous generation. Most of Gen Z are aware of the importance of work-life balance, but the phenomenon that occurs is that Gen Z has the lowest level of work-life balance compared to the previous generation. One of the antecedents of work life balance is boundary management. Boundary management is a way for individuals to set limits on their involvement in activities at work and non-work. Previous research found inconsistencies in the relationship between boundary management and work life balance. The researcher assumes that the relationship between boundary management and work life balance can be strengthened by the presence of perceived flexibility. Boundary management becomes stronger when individuals feel full autonomy over their work or feel high perceived flexibility and ultimately can improve work-life balance. This study was conducted on 157 Gen Z. Research instruments include adaptation of measuring tools of Work-Life Balance, Boundary Management, and Perceived Flexibility. Hypothesis testing was carried out by the Macro Process Hayes moderation test. The results showed that there was no moderating role of perceived flexibility in the relationship between boundary management and work life balance in Gen Z. This could be due to the very diverse work background of the research sample, so that further research is suggested to focus on the employment status and work system of the sample that are more similar.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meira Annisa Humaira
Abstrak :
Transisi angkatan kerja ke generasi Z membuat perusahaan perlu memperhatikan karakteristik unik yang dimiliki generasi Z dibandingkan generasi sebelumnya. Gen Z berani untuk berperilaku sesuai nilai yang diprioritaskannya, salah satunya adalah well-being. Hal ini berkaitan erat dengan fenomena quiet quitting. Quiet quitting merupakan karyawan yang tidak berhenti bekerja secara resmi namun tidak melampaui batas dasar kewajiban mereka. Salah satu faktor yang berhubungan dengan terjadinya quiet quitting adalah employee well-being yang rendah. Kebebasan dan kemandirian melalui job crafting berpotensi menekan perilaku quiet quitting. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran moderasi dari job crafting dalam memperlemah hubungan employee well-being dan quiet quitting. Partisipan penelitian ini berjumlah 268 karyawan generasi Z yang sedang bekerja, sudah melewati tahap probation (3 bulan), dan memiliki atasan. Pengambilan partisipan menggunakan metode convenience sampling dengan menyebarkan kuesioner secara daring. Analisis moderasi dilakukan dengan menggunakan macro process Hayes model 1. Hasil analisis data hipotesis mempunyai nilai (p) 0.170 > 0.05. Hal ini berarti tidak ada efek moderasi job crafting yang memperlemah hubungan employee well-being dan quiet quitting pada karyawan generasi Z. Hasil penelitian ini memberikan inisiatif penting bagi perusahaan untuk meningkatkan employee well-being sebagai upaya mengurangi perilaku quiet quitting. ......The transition of the workforce to generation Z made companies need to pay attention to the unique characteristics that generation Z had compared to previous generations. Gen Z dared to behave according to their prioritized values, one of which was well-being. This was closely related to the phenomenon of quiet quitting. Quiet quitting was an employee who did not officially stop working but did not exceed the basic limits of their obligations. One of the factors associated with quiet quitting was low employee well-being. Freedom and independence through job crafting had the potential to suppress quiet quitting behavior. This study aimed to examine the moderating role of job crafting in weakening the relationship between employee well-being and quiet quitting. The participants of this study amounted to 268 generation Z employees who were currently working, had passed the probation stage (3 months), and had a supervisor. Participants were collected using a convenience sampling method by distributing questionnaires online. Moderation analysis was conducted using macro process Hayes model 1. The results of the hypothesis data analysis had a value (p) of 0.170 > 0.05. This meant that there was no moderating effect of job crafting that weakened the relationship between employee well-being and quiet quitting in generation Z employees. The results of this study provided important initiatives for companies to improve employee well-being as an effort to reduce quiet quitting behavior.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Fadhilah
Abstrak :
The continued development of technology has changed the way people conduct financial transactions using digital payment instruments, which have made alternative payments other than cash. Digital payment instruments have an improved future for payment methods that are widely used in society, supported by the fact that the Central Bank of Indonesia has made a campaign to support the country to be less, with the progress and emergence of sophisticated digital payment instruments. Thus, future generations such as Generation Y and Generation Z can be people who will be supported by their entire lives, supporting them to have grown up in a technology-supported world, which makes them indigenous people using technology. Therefore, the aim of this study is to adopt the adoption and actual use of digital payment instruments in Generation Y and Generation Z and whether or not there are differences regarding the adoption and actual use between generations. This study uses a combination of two theories, namely the Integrated Theory of Acceptance and Use of Technology 2 (UTAUT2) and the Innovation Resistance Theory (IRT), together with stickiness to use cash payments and the formulation group that uses the Generation Group theory as a moderating variable. This study successfully obtained 320 respondents consisting of 160 respondents from each generation that currently reside in Indonesia, which was collected through the distribution of online questionnaires. In addition, the analysis was carried out using the partial quadratic structural equation modeling method, and approval using SmartPLS 3.0. The findings, this is the result of expectations, social influence, motivation, and significant interest in the intention of individuals to use digital payment instruments. In addition, usage barriers, image barriers, and image barriers have a significant effect against individual resistance to using digital payment instruments. In addition, the stickiness variable for using cash payments has a negative moderation effect towards individual intentions to use digital payment instruments. Finally, this study also found differences in the adoption and resistance of digital payment instruments between Generation Y and Generation Z.
Perkembangan teknologi yang terus menerus telah mengubah cara orang melakukan hal mereka transaksi keuangan dengan kehadiran instrumen pembayaran digital, yang telah dibuat alternatif pembayaran selain uang tunai. Instrumen pembayaran digital memiliki masa depan yang cerah untuk menjadi metode pembayaran yang digunakan secara luas di masyarakat, didukung oleh fakta bahwa Bank Sentral Indonesia menciptakan kampanye untuk mendukung negara untuk menjadi masyarakat tunai kurang, serta kemajuan dan kemunculan konstan instrumen pembayaran digital yang canggih. Dengan demikian, generasi mendatang seperti Generasi Y dan Generasi Z bisa menjadi orang-orang yang akan menggunakannya secara komprehensif dalam kehidupan mereka, sebagaimana mereka telah tumbuh di dunia yang dikelilingi oleh teknologi, yang menjadikan mereka penduduk asli menggunakan teknologi. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami adopsi dan aktual penggunaan instrumen pembayaran digital dalam Generasi Y dan Generasi Z dan apakah ada ada perbedaan atau tidak mengenai adopsi dan penggunaan aktual antara kedua generasi. Penelitian ini menerapkan kombinasi dua teori, yaitu Unified Theory of Penerimaan dan Penggunaan Teknologi 2 (UTAUT2) dan Teori Perlawanan Inovasi (IRT), bersama dengan stickiness untuk menggunakan pembayaran tunai dan kelompok generasi berdasarkan Teori Kelompok Generasional sebagai variabel moderasi. Penelitian ini berhasil memperoleh 320 responden yang terdiri dari 160 responden dari setiap generasi itu saat ini berada di Indonesia yang dikumpulkan melalui distribusi online daftar pertanyaan. Selain itu, analisis dilakukan dengan menggunakan metode partial least square pemodelan persamaan struktural, dan diuji menggunakan SmartPLS 3.0. Temuannya menunjukkan bahwa harapan kinerja, pengaruh sosial, motivasi hedonis, dan kebiasaan miliki efek signifikan terhadap niat individu untuk menggunakan instrumen pembayaran digital. Selain itu, hambatan penggunaan, hambatan tradisi, dan hambatan gambar memiliki efek signifikan terhadap resistensi inovasi individu untuk menggunakan instrumen pembayaran digital. Selain itu, variabel stickiness untuk menggunakan pembayaran tunai memiliki efek moderasi negatif terhadap niat individu untuk menggunakan instrumen pembayaran digital. Terakhir, penelitian ini juga menemukan bahwa ada perbedaan dalam hal adopsi dan inovasi resistensi instrumen pembayaran digital antara Generasi Y dan Generasi Z.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>