Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Antonius Ritchi
"Pengelolaan Limbah Medik: Identifikasi, Castilant Limbah Medik yang dihasilkan oleh kegiatan operasional dokter praktek umum dapat mengakibatkan bahaya dan pencemaran terhadap lingkungan. Limbah medik seperti yang dihasilkan oleh kegiatan operasional rumah sakit, pengelolaannya sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 85 tahun 1999 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Mengapa limbah praktek dokter umum yang juga termasuk Iimbah medik tidak tercantum dalam Peraturan Pemerintah? Padahal sama-sama mengandung risiko sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).
Penelitian pengelolaan limbah medik identifikasi, karakterisasi dan evaluasi limbah praktek dokter umum di Jakarta bertujuan membuklikan, bahwa limbah yang dihasilkan oleh praktek dokter umum lama bahayanya dengan limbah rumah sakit, dengan melakukan perbandingan antara jenis limbah yang dihasilkan oleh dokter praktek umum dan RS tipe D (Puskesmas Kecamatan, menemukan adanya risiko infeksius melalui pemeriksaan adanya kandungan darah dalam limbah praktek dokter umum, serta melihat salah satu solusinya dengan melihat adanya hubungan antara Pengetahuan, Sikap dan Perilaku di kalangan dokter praktek umum dalam pengelolaan limbah praktek. Dengan harapan agar dapat menjadi titik tolak bagi pihak yang berwenang dalam mengangani pengelolaan limbah praktek dokter umum.
Penelitian dilakukan dengan melakukan studi cross sectional untuk mendapatkan: Identitas limbah praktek dokter umum, dengan cara melakukan pencacahan terhadap jenis-jenis limbah yang dikandungnya, serta membandingkan dengan jenis-jenis limbah yang terkandung dalam limbah yang dihasilkan oleh Puskesmas Kecamatan.
Karakter limbah praktek dokter umum, dengan melakukan pemeriksaan adanya kandungan darah, menggunakan test Peroksidase (Hematest®). Adanya hubungan antara Pengetahuan, Sikap dan Perilaku dokter praktek umum tentang pengelolaan limbah praktek.
Hasil penelitian menunjukkan: terdapat persamaan antara identitas limbah yang dihasilkan oleh dokter praktek umum dengan Puskesmas Kecamatan. Sebagian besar (59,4% responden) dokter praktek umum menghasilkan limbah yang mengandung darah. Terdapat hubungan yang positif antara Pengetahuan dengan Sikap dan Perilaku dokter praktek umum dalam pengelolaan Iimbahnya. Berdasarkan temuan-temuan di atas, maka peneliti menyarankan untuk:
1. Dikeluarkannya addendum dalam Peraturan Pemerintah No. 85/1999 , tanggal 7 Oktober 1999, yang mencantumkan Kegiatan Dokter Praktek Umum sebagal salah satu penghasil limbah klinis yang tergolong sebagai limbah B3.
2. Memberlakukan peraturan wilayah mengenai penggunaan insinerator rumah sakit di daerah oleh dokter praktek umum yang berpraktek di wilayah berdekatan.
3. Mengupayakan pembentukan badan usaha yang dapat melakukan pengangkutan, pengumpulan dan pengeloaan limbah yang dihasilkan oleh dokter praktek umum.
4. Melakukan pengenalan tenting pengelolaan limbah medik pada taraf sedini mungkin pada masyarakat kedokteran di Indonesia, disertai dengan teladan yang baik di kalangan petinggi kedokteran yang menjadi panutan bagi masyarakat kedokteran Indonesia.
5. Memberikan penghargaan seperti sertifikasi "Green Doctor" bagi pelaksanaan pengelolaan limbah yang baik, dan konsekuensi hukum maupun administratif bagi pelanggaran terhadap peraturan yang sudah ditetapkan.

Medical Waste Management: Identification, Characterization and Evaluation of wastes produced by General PractitionersMedical waste or wastes produced by General Practitioners without good management could be harmful or endanger the environment. As a matter of fact, The Government Regulation No. 85/1999, about the management of toxic and dangerous waste, has ruled Medical wastes produced by hospitals. The problem is, why wastes produced by General Practitioners have not been managed by any particular government regulation, since they have the same risk as toxic and dangerous waste?
This Research, Medical Waste Management, was aimed to prove that wastes produced by General Practitioners are as dangerous as wastes produced by hospitals, by comparing the identity and character of the wastes and finding out the solution through the relationship between Knowledge, Attitude and the way the General Practitioners managed their clinical wastes.
This study was a cross sectional with a reference standard, to find: the identity of the wastes produced by General Practitioners; by using manual identification of every item contained in those wastes, and comparing them to the items produced by the hospitals.
The character of the wastes produced by General Practitioners, by finding the blood containment in those wastes, using Peroksidase test (Hematest®). One of the solutions of those problems through finding out the relationship between Knowledge, Attitude and The way General Practitioners managing wastes produced in their clinics.
The results were: There were similarity between items of wastes produced by General Practitioners and Hospitals. Most of wastes produced by General Practitioners (59,4% sample) were contaminated by blood. There were positive relationship between Knowledge, Attitude and The way General Practitioners managing wastes produced in their clinics.Based on those results above, writer would recommend to:
1. Revise The Government Regulation No. 85/1999, dated on 7 October 1999, by adding the activity of General Practitioner as one of the producers of medical waste or toxic and dangerous waste.
2. Create local regulation, concerning the utilization of local hospital incinerators by General Practitioners in their vicinity.
3. Create specific institution, which would transporting, collect and manage all the wastes produced by General Practitioners.
4. Introduce Medical Waste Management or Procedure as soon as possible in the early medical community.
5. Provide Rewards, such as certification of "Green Doctor" for those who comply with the regulations, and enforcement of legal or administration sanction for those who disobey the regulations."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T10830
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Denok Mustika
"Tesis ini membahas tentang analisis kebutuhan tenaga dokter umum berdasarkan beban kerja di Instalasi Gawat Darurat RSUD Leuwiliang Kabupaten Bogor tahun 2014. Penelitian ini adalah penelitain deskriptif dengan analisa data kuantitatif dengan menggunakan metode work sampling, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah kebutuhan tenaga dokter umum IGD yang sesuai dengan kegiatan sesungguhnya berdasarkan beban kerja kerjanya masing-masing. Penelitian ini dilakukan selama tujuh hari pada tanggal 16-22 Mei 2014 dengan responden dokter IGD, dimana segala aktivitasnya diamati setiap 5 menit.
Hasil penelitian menunjukkan kegiatan produktif dokter IGD mencapai 83,98 %, dinilai sudah mencapai standar waktu kerja dan beban kerjanya tinggi sehingga dinilai kegiatan produktifnya sudah optimal. Dari hasil perhitungan didapatkan jumlah dokter yang dibutuhkan pada IGD RSUD Kabupaten Bogor untuk melayani pasien selama 24 jam dalam sehari adalah enam belas orang dokter. Hasil penelitian menyarankan pihak manajemen untuk merencanakan kebutuhan jumlah tenaga dokter di IGD sesuai dengan beban kerjanya.

The intent of this thesis is to discuss an analysis of general practitioner human resource requirements based on workloads at the Intensive Care Unit of Leuwiliang State Hospital, Bogor Regency, during 2014. The research presented is descriptive research found by means of analysing quantitative data using a work sampling method. This research proposes to to discern the number of general practitioners required at the ICU, based on actual individual workloads. The research was conducted over a period of seven days, from 16 - 22 May, 2014. The subjects were ICU doctors, whose activities were observed at five-minute intervals.
The results of this research indicate that doctors have 83.98% workplace productivity, which is understood as being a standard rate of performance when completing heavy workloads, and therefore an optimal level of workplace productivity. Calculations applied to this research show that the number of doctors working 24-hours shifts needed at the Bogor Regency State Hospital ICU to attend to patients is sixteen. The results of this research suggest that management should assign general practitioner human resources to ICUs according to workloads.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41670
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library