Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yustina Rostiawati
"Pendidikan dasar bagi anak perempuan telah dibuktikan membawa dampak positif bukan saja bagi anak itu sendiri tetapi juga bagi keluarga, bahkan bagi negara. Oleh karena itu telah dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan partisipasi anak perempuan di SD. Namun berbagai usaha yang dilakukan diakui kurang membuahkan hasil yang menggembirakan. Seperti misalnya yang dilakukan oleh Indonesia dengan berbagai program sejak awal pelita I hingga diperpanjangnya Program Wajib Belajar pada akhir pelita VI. Meskipun diakui kesenjangan jender hampir teratasi di tingkat SD, tapi ternyata tidak demikian untuk tingkat lanjutannya. Satu usulan yang berulang kali ditekankan oleh berbagai pihak, termasuk PBB adalah menghapuskan materi pelajaran yang bias jender. Agaknya usulan ini kurang mendapat perhatian yang memadai.
Penelitian ini bermaksud mencari alternatif lain dalam mengupayakan proses belajar-mengajar yang sensitif jender. Memang diakui bahwa usaha memperbaiki materi pelajaran yang bias jender perlu diwujudkan dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu, sudah seharusnyalah, guru juga menjadi pertimbangan penting dalam upaya ini karena gurulah yang secara langsung melaksanakan proses belajar-mengajar di kelas. Berdasarkan keyakinan ini, maka alternatif yang diajukan dalam studi ini adalah mengkaji kembali materi pelajaran SD bersama-sama dengan guru. Dengan cara ini diharapkan guru menyadari adanya ketidakadilan jender yang disosialisasikan lewat buku pelajaran dan oleh karena itu dapat mengambil langkah-langkah yang perlu untuk kelasnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, studi ini diarahkan pada proses consciousness raising (proses penyadaran). Langkah pertama yang dilakukan adalah mengkaji buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dan Bahasa Indonesia yang digunakan di kelas I dan IV SD. Analisis isi ini menggunakan indikator sensitivitas jender seperti dimuat dalam Kane, 1995. Kemudian, hasil sementara dipresentasikan dalam seminar setengah hari, dengan tujuan utama untuk mensosialisasikan temuan studi dan membuka mata dan hati guru SD terhadap masalah bias jender ini. Langkah terakhir adalah menyelenggarakan lokakarya penyadaran jender bagi guru-guru SD Katolik di wilayah Jakarta-Bekasi-Tangerang. Lokakarya ini diharapkan dapat mengajak guru menyadari bahwa materi yang bias jender ini merugikan kita semua, karena itu perlu disikapi dengan lebih bijaksana dan disampaikan dengan lebih baik kepada siswa.
Paling sedikit sudah ada dua kali kajian materi pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) untuk SD (kurikulum 1975) di Indonesia. Kedua studi tersebut menemukan adanya bias jender dalam buku pelajaran dimaksud. Kajian terhadap buku PPKn dan Bahasa Indonesia dalam studi ini pun masih menemukan bias jender yang kental. Hal ini terlihat dari gambar laki-laki yang lebih banyak digunakan dalam ilustrasi dibandingkan dengan gambar perempuan; nama laki-laki yang lebih banyak disebutkan dari pada nama perempuan; peran dan aktivitas yang dilakukan laki-laki ditunjukkan dengan lebih beragam; bentuk-bentuk permainan yang menggambarkan stereotipe jender; dan nama tokoh laki-laki yang juga disebut lebih banyak dan beragam bidang prestasinya dibandingkan dengan tokoh perempuan. Padahal sudah ada dua kali perbaikan kurikulum, tahun 1984 dan 1994. Jadi benar bahwa menyusun kurikulum, apalagi materi yang bebas dari bias jender masih membutuhkan kesabaran. Setitik harapan untuk memutus rantai dan meretas jalan, menuju proses belajar-mengajar yang sensitif jender, terlihat ketika guru-guru menunjukkan antusiasmenya dalam mengikuti lokakarya penyadaran jender. Mereka aktif berpartisipasi, sehingga pada akhirnya menghasilkan satu kesepakatan yang pada intinya menuangkan adanya kesadaran jender dan mau mengupayakan terwujudnya proses belajar-mengajar yang sensitif jender.
Pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Kantor Menteri Peranan Wanita, masih merupakan faktor yang paling menentukan dalam mengubah dan memperbaiki kurikulum maupun materi pelajaran. Oleh karena itu, keterlibatan pihak pemerintah perlu diupayakan tidak hanya sebatas retorika tetapi lebih pada tindakan nyata."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meryl Nur Astari
"ABSTRAK
Wanita, dalam budaya patriarki, dianggap sebagai jender yang harus pasif dan bergantung kepada pria. Hingga hari ini, Indonesia masih memeluk nilai-nilai patriarki, walaupun gagasan feminisme menjadi lebih lazim dalam peradaban kini. Sebuah riset yang disusun oleh lima mahasiswa dari Kelas Khusus Internasional Ilmu Komunikasi di Universitas Indonesia, yang berjudul 'Man Up and Ask!', mempersembahkan penjelajahan dalam posisi wanita dalam proses mengungkapkan perasaan mereka terhadap seseorang yang mereka sukai, dengan memakai konsep patriarki dan feminisme. Karya ini bertujuan untuk memberikan sebuah ulasan akademis mengenai riset tersebut yang memuat berbagai saran untuk perbaikan untuk kajian-kajian yang juga serupa di masa depan, dengan menggunakan referensi dari bermacam kajian yang sudah dipublikasi sebelumnya. Dari ulasan ini, dapat dikatakan bahwa ada banyak lingkup yang dapat diperbaiki dan juga bahwa para penulis riset tersebut telah menggunakan metode riset yang sesuai untuk menjawab pertanyaan riset mereka.
ABSTRAK
Women, in patriarchal cultures, are considered the gender that should be passive and dependant on men. Indonesia until today is still embracing the patriarchal values in the society, although the idea of feminism is becoming more familiar. A research written by five students from the International Program of Communication at the University of Indonesia, titled ldquo Man Up and Ask rdquo , presents exploration on the position of women in the process of expressing feelings towards someone of interest in accordance to patriarchy and feminism. This paper is aimed to provide an academic review to the research that includes suggestions for improvements for similar future studies on gender by using references from other previously published works. From this review, it is safe to assert that there are many areas of improvements that could be made and that the authors have utilised the appropriate research method to answer their research questions. "
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Zahira Zakaria
"This paper would like to know whether female-owned Micro and Small Businesses (MSBs) are more resilient towards the Covid-19 pandemic. Studying from past crises, we observed that MSBs managed to survive and overcome these crises whilst large companies are struggling to rebound. Furthermore, majority of MSBs in Indonesia are owned by women who according to several studies have better crisis management, more resilient and careful in taking risk, and are advocate for using digital solutions for businesses. With that being said, we would like to know whether these factors are contributing to the resilient performance of women MSBs.

Penelitian ini ingin mengetahui apakah Usaha Mikro dan Kecil (UMK) milik perempuan lebih tangguh menghadapi pandemi Covid-19. Belajar dari krisis sebelumnya, kami mengamati bahwa UMK berhasil bertahan dan mengatasi berbagai krisis sementara perusahaan besar menghadapi kesulitan untuk kembali pulih. Selain itu, mayoritas UMK di Indonesia dimiliki oleh perempuan yang menurut beberapa penelitian memiliki kemampuan manajemen krisis yang lebih baik, lebih tangguh dan berhati-hati dalam mengambil risiko, serta menganjurkan penggunaan solusi digital untuk bisnis. Dengan demikian, kami ingin mengetahui apakah faktor-faktor tersebut berkontribusi pada kinerka UMK perempuan yang tangguh. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library