Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bornstein, Robert F
APA: Washington D.C, 2002
150.195 PSY
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Prilly Priscillia Harventhy
"ABSTRAK
Dalam sebagian besar film Hollywood dengan genre action-spionase spy , protagonis utama dimainkan oleh seorang agen rahasia laki-laki, sementara karakter perempuan dimainkan sebagai ldquo;kaki tangan rdquo; dari agen rahasia tersebut. Namun, film Spy 2015 menantang stereotip dan peran jender yang dikaitkan dalam film action-spionase pada umumnya dengan memerankan wanita sebagai protagonis agen rahasia utama dan menggambarkan karater laki-laki kebalikan dari stereotip agen rahasia. Penelitian ini berfokus pada bagaimana pergeseran stereotip dan peran jender sebagai agen rahasia tersebut digambarkan dalam film Spy. Analisis tekstual digunakan untuk menyelidiki pergeseran dan pengaruhnya, dan kerangka teoritis yang digunakan adalah Women Existence in Espionage Movies oleh Amalina 2015 dan The Evolution of Female Gender Roles oleh Bayard 2015 . Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa ada perubahan yang signifikan antara karakterisasi tokoh perempuan dan laki-laki sebagai agen rahasia.

ABSTRACT
AbstractIn most of Hollywood action espionage movies, the main protagonists are male secret agents, while female characters play the role of the secret agents rsquo sidekicks. However, Spy 2015 challenges the stereotypes and the attributed gender roles in action espionage movies by having female protagonist as the lead secret agent and depicting the male characters the opposite of secret agent stereotypes. This research focuses on how the shift of stereotypes and gender role of secret agents are portrayed in Spy. Textual analysis is used to investigate the shifts and its effects, and the theoretical frameworks used are Women Existence in Espionage Movies by Amalina 2015 and The Evolution of Female Gender Roles by Bayard 2015 . The research findings reveal that there are significant changes between the female and the male characterizations as secret agents.Keywords Gender Role, Stereotype, Secret Agent"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Farisza Nadya Cahya Putri
"Stereotip gender adalah salah satu isu utama yang ada pada kebanyakan film Disney tentang putri. Perhatian terhadap sifat-sifat konvensional tersebut telah berubah menjadi tindakan untuk menantang peraturan lama dengan menampilkan seorang putri pasca-klasik. Penelitian tentang tindakan wanita menantang stereotip gender dapat ditemukan dengan mudah, namun tindakan yang dilakukan oleh seorang putri Disney pasca-klasik masih terbatas. Oleh karena itu, makalah ini menyajikan analisis mengenai analisis tindakan menantang stereotip gender yang dilakukan oleh Merida dalam film Brave 2012 . Untuk melakukan penelitian ini, penulis menganalisis keseluruhan cerita melalui menonton film tersebut, mengungkapkan tindakan stereotip gender menggunakan teori Linda Brannon, dan mengklasifikasikan tindakan yang menantang stereotip gender dalam film tersebut. Makalah ini memberikan kontribusi baru dalam studi pengkajian stereotip gender pada karakter putri pasca-klasik ciptaan Disney dan mengungkapkan bahwa seorang wanita mungkin tidak lagi menjalankan peran gender konvensional karena beberapa alasan.

Gender stereotype is one of the main issues exist that in most Disney's princess movies. The concern on following conventional traits has been changing to the act of challenging the old rules by featuring a post classical princess. Researches on the act of challenging gender stereotype by a woman can be found easily nevertheless, that action done by a brand new Disney's princess is still limited. Therefore, this paper presents the act of challenging gender stereotype analysis of Merida in Brave 2012 . To conduct this research, the author analyzed the whole story by watching the movie, revealing the act of gender stereotyping using Linda Brannon's theory, and classifying the actions of challenging gender stereotype within the movie. This paper gives a new contribution in the study of gender stereotyping study in a post classical Disney's princess and reveals that a woman may not live the conventional gender role due to some reasons.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Winner Se Naufallaksono
"ABSTRAK
Tulisan ini akan meneliti sifat-sifat maskulin yang direpresentasikan melalui tokoh-tokoh laki-laki di dalam novel Tschick ndash; in einfacher Sprache karya Wolfgang Herrndorf. Terdapat tiga tokoh yang akan dianalisa, yaitu Maik, Tschick, dan ayahnya Maik. Ketiga tokoh tersebut akan dianalisa sifat-sifat maskulin mereka yang paling menonjol melalui kajian gender dan seperti apa keterkaitannya dengan gaya hidup masyarakat urban. Lebih jauh lagi, tulisan ini akan meninjau apakah gender tokoh-tokoh tersebut sesuai dengan konstruksi gender yang ada di dalam masyarakat dan bagaimana peran gender masing-masing tokoh mendapat pengaruh dari anggota keluarga dan teman sebaya yang direpresentasikan dalam novel ini. Orang tua dan teman sebaya memiliki peran penting dalam proses pembentukan gender seorang remaja yang sedang dalam masa transisi. Hal ini yang akan menjadi unsur utama pembahasan dalam tulisan ini.

ABSTRACT
This paper will examine the masculine traits that represent through male characters in novel by Wolfgang Herrndorf, Tschick in einfacher Sprache. There are three characters that will be analyzed, they are Maik, Tschick, and Maik 39 s father. Those three characters will be analyzed through their most prominent masculine traits within gender studies and what are their correlations within urban lifestyle. Furthermore, this paper will examine whether the gender of those characters fit in the existing gender constructions within the community and how the gender roles of each character are influenced by the family members and peers that represent in this novel. Parents and peers does have an important role in the gender forming process of a teenager in transition. These will be the main point of the discussion in this paper."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fara Arta
"Di dalam lingkungan sekolah perilaku kekerasan bullying atau yang lebih dikenal dengan istilah penggencetan di Indonesia, dilakukan baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Namun, akibat dari stereotipe peran gender yang dimilikinya, stigma yang diterima anak perempuan atas perilaku tersebut menjadi lebih negatif daripada anak laki-laki, karena kekerasan bukan bagian dari stereotipe gender yang dimiliki perempuan.
Penelitian ini mengungkapkan proses stigmatisasi yang dialami anak perempuan pelaku penggencetan dengan menggunakan teori stigma (Goffman, 1963) yang dikaitkan dengan gender. Stigma sebagai atribut sangat mendiskreditkan dan merusak pencitraan diri.
Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif, yakni wawancara mendalam terhadap 3 siswi SMA. Hasil penelitian menunjukkan, untuk menghindari dan mengurangi efek dari stigma, subjek melalui tahap passing dan covering. Passing adalah usaha menyembunyikan stigma dari masyarakat sebagai kelompok ?normal? atau kelompok orang yang tidak memiliki stigma, sedangkan covering adalah usaha untuk meminimalisir agar stigma tidak tampak jelas dan tidak mengganggu interaksi sosial antara pemilik stigma dengan kelompok ?normal?. Akan tetapi akibat statusnya sebagai anak perempuan, subjek tidak dapat melakukan passing dan covering dengan mudah. Akhirnya anak perempuan menerima stigma yang lebih negatif daripada anak laki-laki meski perilaku yang dilakukan sama, yakni perilaku kekerasan bullying. Standar ganda ini menciptakan ketidakadilan bagi anak perempuan.

In the school environment, violent behavior or commonly known as penggencetan in Indonesia, is conducted by boys and girls. However, since there is a gender role stereotypes, the stigma girls received from that behavior becomes more negative than how the boys would receive it. It is because violence is not part of gender stereotype that girls have.
This research reveals the stigmatization suffered by girls who bully others using The Stigma Theory (Goffman, 1963) and linked to gender role. Stigma as an attribute is very discrediting and spoiled the identity.
The method used is qualitative research, which is in-depth interview with 3 high school students. The result shows, to prevent and lessen the effect of Stigma, the subject must go through passing and recovering steps. Passing is an attempts to disguise or hide the stigma from society which defined as ?normal?, people who do not bear stigma. Covering is a technique to withdraw the attention caused by the stigma and to restrict the stigma into the center of attention. Even so, seeing the status quo of girls, subject cannot do these steps easily. In the end, girls encounter more negative stigma than boys do although the behavior is the same, which is bullying. This double standard creates discrimination for girls."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Isnandini
"ABSTRAK
Penelitian mengenai sikap peran gender bukanlah penelitian terbaru dan aplikasinya dalam keseharian kehidupan keluarga sudah diteliti, salah satunya adalah dengan preferensi mainan dan keduanya ditemukan memiliki hubungan. Penelitian ini berusaha untuk melihat korelasi antara sikap peran gender dan preferensi mainan anak dari ibu dengan mempertimbangkan komposisi jenis kelamin anak yang dimiliki. Hal ini dikarenakan beberapa penelitian menyebutkan komposisi jenis kelamin anak dapat mempengaruhi sikap peran gender orang tua, khususnya ibu. Penelitian menggunakan alat ukur Normative Gender Role Attitudes (NGRA) dari Athenstaedt (2000) untuk mengukur sikap peran gender dan preferensi mainan diukur dengan 7 poin skala likert. Hasil penelitian dari 142 partisipan menemukan adanya hubungan antara sikap peran gender ibu dengan mainan cross-gender sebesar r(142) = -0.312, p = 0.000, two-tailed dan pada mainan netral sebesar r(142) = -0.232, p = 0.003, two-tailed. Namun, tidak ditemukan perbedaan pada sikap peran gender maupun preferensi pemilihan mainan anak pada kedua kelompok ibu.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hukom, Grace A.D.
"Dampak Program JPS bagi proses pemberdayaan perempuan diangkat sebagai masalah utama tesis ini karena banyak fakta menunjukkan bahwa situasi krisis sangat berisiko bagi perempuan dan anak-anak, sementara intervensi JPS hanya menjadikan perempuan sebagai objek dari distribusi bantuan. Penelitian ini merupakan studi kasus tentang masyarakat penerima manfaat pada Program JPS yang dilakukan World Vision dengan dukungan CIDA yang dilakukan di wilayah Kelurahan Cilincing dan Kalibaru. Analisis kasus dilakukan dengan menelusuri siklus manajemen proyek dan berbagai dokumen. Analisis jender yang dilakukan pada kelompok masyarakat penerima manfaat bertujuan untuk mendapatkan informasi atau data mengenai peran jender yang melekat pada laki-laki dan perempuan dalam kelompok masyarakat di wilayah Cilincing dan Kalibaru.
Temuan lapangan menunjukkan bahwa Program JPS yang merupakan pendekatan sosial untuk memberdayakan masyarakat yang terkena dampak krisis dilakukan dalam jangka waktu pendek dan lebih menjawab kebutuhan pangan dan kesehatan masyarakat penerima manfaat saja. Dengan kata lain, program itu hanya menjawab kebutuhan praktis jender seperti makanan, gizi ibu dan anak, sanitasi lingkungan. Penelitian ini juga menemukan bahwa pola bantuan JPS yang berjangka pendek dan menggunakan pendekatan dari atas ke bawah membuat pelaksana program JPS tidak peka lagi terhadap strategi pemenuhan kebutuhan yang telah dimiliki setiap individu. Pendekatan itu tidak lagi mengkategorikan mereka yang paling terkena dampak krisis, tetapi memberi bantuan kepada keluarga. Pelaksana JPS tidak menyadari bahwa dalam keluarga telah terjadi pembagian kerja sesuai dengan peran masing-masing, akses dan kontrol pada sumber daya yang ada. Akibatnya, intervensi bantuan justru menambah beban peran perempuan."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2000
T14625
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Ginanjar
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara paparan pornografi dan penerimaan mitos perkosaan, serta untuk mengetahui efek moderasi ideologi peran gender pada hubungan tersebut. Responden penelitian ini berjumlah 522 orang, dengan karakteristik laki-laki berusia 18-30 tahun dan berorientasi heteroseksual. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan antara paparan pornografi dan penerimaan mitos perkosaan. Selain itu ditemukan bahwa ideologi peran gender memoderatori hubungan antara paparan pornografi dan penerimaan mitos perkosaan, dengan individu yang memiliki ideologi peran gender tradisional lebih rentan terkena efek paparan pornografi terhadap penerimaan mitos perkosaan dibandingkan dengan individu dengan ideologi peran gender egaliter. Hasil penelitian ini juga menunjukkan pentingnya peran perbedaan individu dalam dalam penelitian pengaruh media.

ABSTRACT
The purpose of this study was to find the relationship between exposure to pornography and rape myths acceptance, also to find the moderation effect of gender role ideology on that relationship. Participants of this study were 522 heterosexual men aged 18 30 years old. Result showed that there is no relationship between exposure to pornography and rape myths acceptance. Moreover gender role ideology moderated the relationship between exposure to pornography and rape myths acceptance, with individual who endorse traditional gender role is more susceptible to the effect of exposure to pornography on rape myths acceptance. Result of this study indicated the importance of individual difference in media effect research. Exposure to pornography, gender role ideology, rape myths acceptance"
[;, ]: 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Putri Namita Harumsari
"Stereotipe Gender adalah perilaku atau kebiasaan dari 'tipe' laki-laki atau 'tipe' perempuan. Stereotipe Gender sendiri sering digambarkan dalam cara yang berbeda-beda di dalam film, beberapa bisa ditoleransi dan beberapa juga tidak. Artikel ini bertujuan untuk membahas bagaimana ide dari stereotipe gender membangun karakter dan emosi di dalam film berjudul Inside Out 2015 . Meskipun banyak ahli yang sudah membahas film ini dari sisi psikoanalisis, tidak banyak yang menganalisa film ini dari sisi stereotipe gender pada karakternya. Artikel ini mempunyai harapan agar pembacanya bisa melihat bahwa banyak elemen-elemen yang bisa dibuktikan kebenarannya bahwa stereotipe gender membangun karakter di dalam kehidupan nyata, dan emosi di dalam kepala para karakter-karakternya

Gender stereotype is an attitudes or behaviors of a 'typical' man or a 'typical' woman. Gender stereotype itself often depicted in movies in such different ways, some are tolerable and some are not. This article aims to discuss about how the idea of gender stereotype construct the characters and emotions in a film titled Inside Out 2015 Although there a lot of scholars who have discussed the movie from psychoanalytical point of view, not many have analyzed the movie based on the gender stereotype on the characters. This article expects to inform the reader that there are many elements that can be analyzed to prove that gender stereotype constructs the characters in the real life, and the emotions inside the characters' head."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>