Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Nasim
Abstrak :
Residu serai wangi merupakan salah satu limbah melimpah yang berpotensi untuk dikonversi menjadi produk yang lebih bermanfaat melalui proses pirolisis. Permasalahan pada konversi biomassa adalah terkait mekanisme reaksi yang terjadi. Mekanisme yang terjadi dalam suatu reaktor pirolisis terkadang tidak merata sehingga dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk memastikan seluruh partikel biomassa terpirolisis. Hal tersebut dikarenakan proses pirolisis tersendiri merupakan proses yang sangat sensitif terhadap suhu dan tekanan operasinya. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan peninjauan terkait proses pirolisis katalitik melalui dengan metode impregnasi biomassa menggunakan katalis asam untuk memproduksi senyawa furfural. Proses impregnasi dilakukan pada biomassa serai wangi menggunakan asam borat dengan variasi rasio katalis terhadap umpan, sedangkan proses pirolisis dilangsungkan dengan variasi suhu untuk menganalisis konversi yang terjadi serta perolehan furfural pada proses tersebut. Percobaan dikakukan untuk memperoleh produk furfural tertinggi yang dihasilkan pada uap hasil priolisis. Dengan analisis GC-MS, diperoleh hasil yang mengindikasikan adanya peran dari impregnasi asam borat dalam peningkatan dan perolehan maksimal produk furfural. Kondisi optimal produksi furfural didapatkan pada kondisi suhu pirolisis sebesar 550oC dan penggunaan katalis asam borat dengan rasio 0.1, dimana didapatkan perolehan senyawa furfural dengan analisis GCMS sebesar 19,17 % area. ......Citronella residue is one of the abundant wastes that has the potential to be converted into more useful products through the pyrolysis process. The problem with biomass conversion is related to the reaction mechanism that occurs. The mechanism that occurs in a pyrolysis reactor is sometimes uneven, so it takes a longer time to ensure that all biomass particles are pyrolyzed. This is because the pyrolysis process itself is a process that is very sensitive to temperature and operating pressure. Therefore, in this study, a review will be conducted regarding the catalytic pyrolysis process through the biomass impregnation method using an acid catalyst to produce furfural compounds. The impregnation process was carried out on citronella biomass using boric acid with various ratios of catalyst to feed, while the pyrolysis process was carried out with variations in temperature to analyze the conversion that occurred and the furfural produced in the process. The experiment was carried out to obtain the highest furfural product produced in the pyrolysis vapor. By GC-MS analysis, obtained results indicating the role of boric acid impregnation in the increase and maximum production of furfural products. Optimal conditions for furfural production were obtained at a pyrolysis temperature of 550oC and the use of a boric acid catalyst with a ratio of 0.1, where the content of furfural found form GCMS analysis was 19.17 % area.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sembay, Jimmy Victor John
Abstrak :
Latar belakang: Pemeriksaan sampel whole blood merupakan pemeriksaan yang biasa dilakukan sebagai pemeriksaan penunjang pada kasus kasus toksikologi forensik dan postmortem, termasuk pada kasus dugaan penyalahgunaan obat/zat tertentu. Sebaliknya sampel plasma lebih sering digunakan dalam kepentingan klinis dan penelitian farmakologi. Tesis ini akan membahas tentang perbandingan kadar metamfetamin antara whole blood dan plasma. Metode: Penelitian merupakan penelitian analisis komparatif untuk menentukan perbandingan kadar metamfetamin dalam whole blood terhadap plasma. Sampel diperoleh secara consecutive sampling pada 9 subyek orang hidup yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel darah diambil dengan cara pungsi vena dan kemudian dimasukan ke dalam tabung vakum yang mengandung natrium fluorida dan natrium oksalat. Plasma dipisahkan dari whole blood dengan cara centrifuge sebelum pemeriksaan. Sampel Whole blood maupun plasma dianalisis dengan metode gas chromatography mass spectrometry (GC-MS) dan data yang diperoleh dianalisis statistik dengan uji Wilcoxon. Hasil: Perbandingan atau rasio kadar metamfetamin whole blood terhadap plasma yaitu sebesar 1,0042 dengan nilai signifikasi p > 0,05 (p=0,753). Kesimpulan: Tidak ada perbedaan bermakna antara kadar metamfetamin whole blood dan plasma, karena itu dalam pemeriksaan kadar metamfetamin dapat digunakan whole blood maupun plasma sebagai bahan pemeriksaan. ...... Background: Drug analysis in forensic and postmortem toxicology including drug abused cases is usually performed on whole blood whereas plasma is preferably used in clinical facilities and pharmacological studies. Most drugs are not equally distribute between blood and plasma, so the levels in plasma may differ from in whole blood. This thesis discusses about comparison of methamphetamine levels between whole blood and plasma. Methods: The research is a study of comparative analysis to compare methamphetamine level in whole blood to plasma. Sampling was performed by consecutive sampling method from 9 live person who fullfiled inclusion criteria. Blood was taken with venipuncture and put in vacum container which containing natrium fluoride dan natrium oksalate . Plasma was separated from whole blood with centrifugation before analyzed. Samples was analyzed with gas chromatography mass spectrometry (GC-MS) and the data was analyzed with Wilcoxon test. Result: This study showed ratio of methamphetamine levels in whole blood to plasma was 1,0042 and p value > 0,05 (p=0,753). Conclusion: There is no difference between methamphetamine level in whole blood and plasma.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vegi Wahyu Murni
Abstrak :
ABSTRAK
Studi mengenai pasca panen cengkeh masih sangat terbatas terutama di Indonesia, sebagai salah satu produsen cengkeh terbesar di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh proses pengeringan dan penyimpanan terhadap perubahan komposisi minyak cengkeh. Sampel berasal dari cengkeh Indonesia, yaitu dari wilayah Toli-toli dan Manado. Minyak cengkeh yang berasal dari cengkeh segar maupun kering diisolasi dengan menggunakan destilasi uap, kemudian komposisi minyak hasil isolasi dianalisis dengan kromatografi gas-spektrometri massa GC-MS . Dari semua jenis sampel minyak cengkeh, eugenol merupakan komponen utama, diikuti oleh kariofilena dan eugenol asetat. Metode pengeringan yang digunakan adalah pengeringan dengan oven pada suhu 50 C yang dilakukan hingga kadar air cengkeh mencapai 13 1 . Komposisi minyak cengkeh mengalami perubahan yang bervariasi selama proses pengeringan. Kandungan eugenol meningkat, sementara beberapa kelompok senyawa ester dan monoterpen menurun. Berdasarkan karakteristik organoleptik, cengkeh kering tampak berwarna coklat dan memberikan aroma yang lebih pedas dibandingkan cengkeh segar. Cengkeh kering setelah pengeringan oven kemudian disimpan di kantung aluminium foil selama 6 bulan. Terdapat sedikit perubahan pada komposisi minyak cengkeh selama proses penyimpanan. Kandungan dari komponen mayor cengkeh seperti eugenol lebih rendah, sementara eugenol asetat lebih tinggi pada cengkeh yang telah disimpan selama 6 bulan dibandingkan dengan cengkeh kering sebelum disimpan.
ABSTRACT
The research about post harvested clove is still limited especially in Indonesia, as the biggest producer of clove in the world. The present study was aimed to investigate the effect of drying process and storage on essential oil content and its composition of Indonesian clove originated from Toli toli. The essential oil of fresh and dried clove was obtained by steam distillation and the composition of oil was analysed by gas chromatography mass spectrometry GC MS . In all of the clove oil samples, eugenol was the major component, followed by caryophyllene and acetyleugenol. The drying method used was oven drying at 50 C and drying was conducted until clove rsquo s moisture content reaches 13 1 . Clove oil composition changes variously during drying process. The content of eugenol was increased, while some of esters and monoterpenes were decreased. From the organoleptic characteristic, dried clove looked brown in color and gave spicier odor than that of fresh clove. As for storage, the composition of clove oil was studied from dried clove after oven drying, then stored in aluminium foil bags for 6 months. There were slightly change on clove oil composition during 6 months storage. The content of major components of clove such as eugenol was found to be lower while acetyleugenol was higher in clove stored for 6 months compared to clove before storage.
2017
T46972
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurina Prapurandina
Abstrak :
Perubahan peraturan terkait batas penggunaan bahan pengawet metilisotiazolinon (MI) dan metilkloroisotiazolinon (MKI) dalam formula kosmetika telah disahkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia (Badan POM). Perubahan ini diupayakan demi memastikan mutu dan keamanan produk dalam rangka mencegah kasus alergi kontak dermatitis di Indonesia. Sementara itu, metode analisis yang tersedia di Badan POM hanya untuk menganalisis MI secara KCKT-UV dan belum ada yang memfasilitasi analisis simultan MI dan MKI pada produk kosmetika. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan metode analisis MI dan MKI dalam produk kosmetika secara simultan menggunakan teknik ekstraksi matrix solid-phase dispersion (MSPD) dilanjutkan dengan kromatografi gas-spektrometri massa (KG-SM) yang optimum dan valid serta mendapatkan data perbandingan hasil validasi dan penetapan kadar MI dan MKI antara metode KG-SM dengan KCKT-UV. MI dan MKI diekstrak dari dalam sampel kosmetika menggunakan teknik MSPD dengan alumina sebagai sorben padat dan etil asetat sebagai eluen. Pasir kuarsa sebagai sorben lokal dari Indonesia walau bukan merupakan sorben terpilih tetapi terbukti memiliki kemampuan untuk digunakan pada proses ekstraksi senyawa kimia. Setelah terisolasi, MI dan MKI tersebut dianalisis menggunakan KG-SM yang dilengkapi dengan kolom kapiler DB-5MS. Hasil uji validasi memenuhi kriteria keberterimaan baik untuk kosmetik non bilas dan bilas dimana perolehan kembali MI dan MKI antara 97,87-103,15 %, simpangan baku relatif (SBR) di bawah 11%, dan batas kuantitasi (LOQ) MI dan MKI untuk kosmetika non bilas berturut turut adalah 0,96 µg/mL dan 1,95 µg/mL. Sementara untuk kosmetika bilas nilai LOQ nya adalah 0,56 µg/mL untuk MI dan 1,49 µg/mL untuk MKI. Hasil tersebut, jika dibandingkan dengan metode KCKT-UV, menunjukkan bahwa metode KG-SM lebih sensitif dan selektif.  Saat diaplikasikan pada sampel kosmetika, metode KG-SM memiliki potensi digunakan untuk memonitor ketidaksesuaian pelabelan MI dan MKI pada daftar komposisi produk kosmetika dibandingkan dengan KCKT-UV walau secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan diantara kedua metode tersebut. ......The regulation amendment regarding the permitted limit for methylisothiazolinone (MI) and methyhlchloroisothiazolinone (MCI) preservative in cosmetic formula has been promulgated by Indonesian Food and Drug Authority (Indonesian FDA). This amendment is to ensure consumer safety and product quality in order to prevent allergic contact dermatitis case in Indonesia. Meanwhile, analytical method that available in Indonesian FDA only facilitate MI analysis using HPLC-UV method and analytical method for investigating MI and MCI simultaneously in cosmetic products has not yet been developed. The aim of this study is to develop the simultaneous analytical method for MI and MCI by using MSPD as an extraction technique followed by gas chromatography tandem mass spectrometry (GC-MS) in cosmetic products and to obtain comparative results of validation and assay studies of MI and MCI between GC-MS and HPLC-UV methods. The MI and MCI were extracted from cosmetic sample by using matrix solid-phase dispersion technique with alumina as solid sorbent and ethyl acetate as eluent. Quartz sand from Indonesia, though was not chosen as sorbent, has been proven as a prospective sorbent to be applied in the extraction process. After being isolated, MI and MCI from the samples were analyzed using GC-MS equipped with DB-5MS capillary column. This analysis method for both leave-on and rinse-off cosmetic showing MI and MCI recoveries between 97.87-103.15 %, relative standard deviation (RSD) value lower than 11%, and limit of quantitation (LOQ) for leave-on product is 0.96 µg/mL and 1.95 µg/mL and for rinse-off products 0.56 µg/mL and 1.49 µg/mL for MI and MCI, respectively. Hence, this purposed analytical method for determining MI and MCI in cosmetic products complied the validation acceptance criteria and was more sensitive and specific compared to HPLC-UV validation result. When GC-MS method was applied to analyze cosmetic samples, it indicated a potency to monitor inappropriate labeling of MI and MCI in cosmetic product ingredient list compared to HPLC-UV method though there is no significant differences between those two methods statistically.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Probo Kusuma Ningtyas
Abstrak :
Ultrasound Assisted Extraction (UAE) merupakan salah satu metode green extraction yang menjadi salah satu solusi dalam meningkatkan yield dan mempercepat waktu ekstraksi. Penelitian dengan metode konvensional seperti soxhlet, maserasi, perkolasi dan refluks telah dilakukan dan memiliki beberapa kekurangan antara lain, menghasilkan yield yang rendah, selektivitas yang rendah dan menggunakan volum pelarut organik yang besar sehingga menimbulkan masalah keamanan dan lingkungan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode Continuous Ultrasonic Assisted Enzymatic Extraction (CUAEE) yang merupakan salah satu metode green extraction untuk mengekstraksi berbagai jenis senyawa. Kondisi operasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ukuran simplisia daun kejibeling 80 mesh, konsentrasi enzim selulase 30 mg/g, pelarut etanol konsentrasi 50%, waktu ekstraksi 180 menit dan variasi suhu 30, 40, 50 dan 60 0C. Hasil uji menggunakan spektrofotometer UV-Vis menunjukkan Total Phenolic Content (TPC) optimum sebesar 2,864 mg GAE/g daun kering dan Total Flavonoid Content (TFC) optimum sebesar 2,582 mg QE/g daun kering pada suhu 50 0C dengan waktu ekstraksi 10 menit. Ekstraksi dengan menggunakan metode CUAEE, menunjukkan bahwa proses ekstraksi secara kontinyu dapat mempercepat waktu ekstraksi. Ekstrak daun kejibeling diuji menggunakan GC–MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry) dan teridentifikasi senyawa yang memiliki senyawa aktivitas antihiperglikemik yaitu 1,2-Benzenedicarboxylic acid, diisooctyl ester serta yang memiliki senyawa aktivitas antihiperkolesterolemia yaitu Tetradecanoic acid dan Palmitic acid vinyl ester. ......Ultrasound Assisted Extraction (UAE) is a green extraction method that is one of the solutions to increase yield and speed up extraction time. Research using conventional methods such as soxhlet, maceration, percolation and reflux has been carried out and has several shortcomings, including low yield, low selectivity and using large volumes of organic solvents, causing safety and environmental problems. The method used in this research is the Continuous Ultrasonic Assisted Enzymatic Extraction (CUAEE) method, which is one of the green extraction methods for extracting various types of compounds. The operating conditions used in this study were the size of kejibeling leaf simplicia 80 mesh, cellulase enzyme concentration 30 mg/g, 50% ethanol solvent concentration, extraction time of 180 minutes and temperature variations of 30, 40, 50 and 60 0C. The test results using UV-Vis spectrophotometer showed the optimum Total Phenolic Content (TPC) was 2.864 mg GAE/g dry leaves and the optimum Total Flavonoid Content (TFC) was 2.582 mg QE/g dried leaves at 50 0C with an extraction time of 10 minutes. Extraction using the CUAEE method, shows that the continuous extraction process can speed up the extraction time. Kejibeling leaf extract was tested using GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry) and identified compounds that have antihyperglycemic activity compounds, namely 1,2-Benzenedicarboxylic acid, diisooctyl ester and those with antihypercholesterolemic activity compounds, namely Tetradecanoic acid and Palmitic acid vinyl ester.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library