Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Salah satu metode potensial yang dapat digunakan untuk reduksi CO2 adalah memanfaatkan aktivitas mikroalga melalui proses fotosintesis. Mikroalga adalah bioagen yang mampu menangkap CO2 dan mengubahnya menjadi karbohidrat untuk menambah pertumbuhan populasinya. Banyaknya CO2 yang digunakan dapat mencapai hampir dua kali lipat dari berat kering biomassa yang dihasilkan. Tujuan kegiatan ini adalah mengkaji kemampuan mikroalga Scenedesmus sp dalam mereduksi gas CO2 pada suatu fotobioreaktor skala pilot dengan memvariasikan konsentrasi gas CO2 yang diinjeksikan ke dalam sistem. Penelitian dilakukan di Lapangan Gas Subang selama tujuh hari. Komposisi gas CO2 yang digunakan adalah ±98%. Sistem operasi adalah sistem batch dan media pertumbuhan yang digunakan adalah media “Sederhana 2”. Pada penelitian ini digunakan empat rangkaian fotobioreaktor dengan volume operasi masing-masing adalah 60 Liter. Masing-masing fotobioreaktor divariasikan perbandingan jumlah gas CO2 dan udara yang diinjeksikan, yaitu 0:100% (fotobioreaktor 1) yang berfungsi sebagai kontrol, 10:90% (fotobioreaktor 2), 30:70% (fotobioreaktor 3) dan 50:50% (fotobioreaktor 4). Kepadatan sel, optical density (OD), pH, dan berat kering digunakan sebagai parameter pengujian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa reduksi gas CO2 tertinggi terdapat pada fotobioreaktor 2 yang terjadi pada hari ke-3 operasi, yaitu sebesar 8,09x10-5 gram dengan nilai kepadatan sel 23,87 x 106 sel/mL. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penambahan 10% gas CO2 ke dalam fotobioreaktor dapat meningkatkan pertumbuhan mikroalga Scenedesmus sp.
665 LPL 48 (1) 2014
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Arum Ma`Rifatun Khikmah
Abstrak :
Sintesis Periodic Mesoporous Organosilica dengan jembatan biphenylene telah berhasil dilakukan menggunakan metode sol gel dengan kehadiran surfaktan sebagai template. Selanjutnya fungsionalisasi Bph-PMO dengan gugus amina telah berhasil dilakukan dengan dua langkah reaksi kimia yaitu reaksi nitrasi menggunakan HNO3 65%/H2SO4 96% dan reduksi menggunakan menggunakan SnCl2/HCl 37%. Hasil sintesis kemudian dikarakterisasi menggunakan FTIR, XRD, dan TEM EDX. Karakterisasi TEM mengkonfirmasi struktur material Bph-PMO memiliki struktur mesopori 2D hekasogonal dengan periodisitas molekuler, setelah difungsionalisasi dengan ukuran rata-rata diamater partikel sebesar 223.7 nm. Modifikasi permukaan pada NH2-Bph-PMO dengan nanopartikel perak telah dilakukan dengan metode impregnasi dan reduksi menggunakan AgNO3 sebagai prekursor perak dan NaBH4 sebagai agen pereduksi. Hasil karakterisasi XRD mengkonfirmasi keberadaan nanopartikel perak pada nilai 2θ = 38.1o, 44.2o, 64.5o dan 77,4o. Perhitungan besar ukuran kristal rata-rata dari nanopartikel perak dalam Ag/NH2-Bph-PMO adalah 8,05 nm berdasarkan persamaan Debye- Scherer. Kemampuan adsorpsi CO2 pada material Bph-PMO, NH2-Bph-PMO dan Ag/NH2-Bph-PMO ditentukan menggunakan metode titrimetri. Banyaknya CO2 yang teradsorpsi selama 15 menit dari masing masing material adalah 33.44, 8.392, dan 16.4 mmol. Reaksi karboksilasi fenilasetilena dengan CO2 dilakukan dengan variasi suhu (25oC, 50oC, dan 70oC). Hasil reaksi dianalisa menggunakan HPLC dan menunjukkan %konversi terbaik pada suhu 50oC yaitu 46.74%.
Synthesis of Biphenyl Periodic Mesoporous Organosilica (Bph-PMO) has been successfully carried out using the sol gel method in the presence of surfactants as a template. Furthermore, the functionalization of Bph-PMO with an amine group has been successfully carried out with two steps of a chemical reaction, nitration reaction (HNO3 65%/H2SO4 96%) and reduction (SnCl2/HCl 37%). Results of the synthesis were characterized using FTIR, XRD, and TEM EDX. TEM characterization confirmed that Bph-PMO material having a 2D hekasogonal mesoporous structure with molecular periodicity, after functionalized the material have average particle size of 223.7 nm. Surface modification of NH2-Bph-PMO with silver nanoparticles has been carried out by impregnation and reduction method using AgNO3 as a silver precursor and NaBH4 as a reducing agent. The result of XRD characterization confirmed the presence of silver nanoparticles at 2θ = 38.1o, 44.2o, 64.5o and 77.4o. Based of Debye-Scherer Calculation the average crystal size of silver nanoparticles in Ag/NH2-Bph-PMO is 8.05 nm. The capacity adsorption of CO2 on Bph-PMO, NH2-Bph-PMO and Ag/NH2-Bph-PMO materials was determined using the titrimetry method. The amount of CO2 adsorbed for 15 minutes from each material is 33.44, 8,392 and 16.4 mmol. The carboxylation reaction of phenyl acetylene with CO2 was carried out with variation of temperature (25oC, 50oC, and 70oC). The results of the reaction were analyzed using HPLC and showed the best conversion at 50oC at 46.74%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riene Kaelamanda Pragitta
Abstrak :
Korosi seragam dan pitting internal pada pipa sumur panas bumi umum terjadi karena fluida mengandung medium korosif garam dan CO2. Ketika terdapat gas CO2 yang terlarut dalam air, maka akan menyebabkan terjadinya korosi sweet. Garam cenderung terdisosiasi menjadi ion yang menyebabkan peningkatan konduktivitas listrik. Semakin tinggi konduktivitas, maka semakin tinggi kemampuan air garam untuk membawa arus listrik pada permukaan logam antara daerah anodik dan katodik, sehingga menghasilkan laju korosi yang lebih tinggi. Baja karbon AISI 4140 banyak digunakan sebagai material untuk pipa sumur panas bumi. Dalam penelitian ini, akan dilakukan analisis korosi baja karbon AISI 4140 di lingkungan dengan kadar garam tinggi yaitu 40950 mg/L NaCl + 5960 mg/L KCl + 2664 mg/L CaCl2. Pada tiap pengujian dilakukan dua variasi, yaitu dengan injeksi CO2 dan tanpa injeksi CO2. Berdasarkan hasil analis karakterisasi XRD, terdapat fasa Fe pada semua sampel dengan jenis larutan dengan dan tanpa injeksi CO2, namun pada sampel dengan larutan injeksi CO2 memiliki intensitas yang lebih kecil. Rendahnya intensitas fasa Fe mengindikasikan adanya deposit di permukaan sampel. Hasil analisis uji korosi menggunakan metode hilang berat menunjukan sampel yang dilakukan peredaman dalam larutan dengan injeksi CO2 menghasilkan penurunan massa yang lebih besar dibanding sampel yang diredam dalam larutan tanpa injeksi CO2. Hal ini didukung dengan laju korosi baja AISI 4140 pada larutan dengan injeksi CO2 lebih tinggi dibandingkan tanpa injeksi CO2 pada uji cyclic voltammetry. Tingginya laju korosi baja di lingkungan CO2 adalah akibat tingginya CO2 terlarut dalam air yang membentuk senyawa H2CO3 yang dapat menurunkan pH sehingga menjadikan larutan semakin korosif. ......Uniform corrosion and internal pitting of geothermal well pipes are common because the fluid contains the corrosive medium of salt and CO2. When there is CO2 dissolved in water, it will cause sweet corrosion. Salts tend to dissociate into ions causing an increase in electrical conductivity. The higher the conductivity, the higher the ability of the salt water to carry an electric current on the metal surface between the anodic and cathodic regions, resulting in a higher corrosion rate. AISI 4140 carbon steel is widely used as a material for geothermal well pipes. In this research, the corrosion analysis of AISI 4140 carbon steel will be carried out in an environment with high salt content, namely 40950 mg/L NaCl + 5960 mg/L KCl + 2664 mg/L CaCl2. In each test, two variations were performed, namely with CO2 injection and without CO2 injection. Based on the results of the XRD characterization analysis, there was a Fe phase in all samples with the type of solution with and without CO2 injection, but the sample with CO2 injection solution had a smaller intensity. The low intensity of the Fe phase indicates the presence of deposits on the sample surface. The results of the analysis of the corrosion test using the weight loss method showed that samples soaked in solution with CO2 injection resulted in a greater reduction in mass than samples soaked in solution without CO2 injection. This is supported by the corrosion rate of AISI 4140 steel in a solution with CO2 injection which is higher than without CO2 injection in the cyclic voltammetry test. The high rate of corrosion of steel in the CO2 environment is due to the high dissolved CO2 in water which forms H2CO3 compounds which can lower the pH, making the solution more corrosive.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Alvian Yogi Pamungkas
Abstrak :

Gas alam adalah bahan bakar fosil berbentuk gas yang merupakan campuran hidrokarbon yang memiliki komposisi utama metana dan sisanya etana, propana, butana, isobutana, dan pentana. Selain hidrokarbon, gas alam juga mengandung gas pengotor (Inert gas) seperti helium (H), nitrogen (N), karbon dioksida (CO2), serta karbon-karbon lainnya. Gas alam dapat dimanafaatkan sebagai bahan bakar seperti LNG dan LPG. Aktivitas pemboran pada tahun 2016 yang dilakukan pada 34 titik pengeboran dengan hanya mencapai rasio keberhasilan sebanyak 26% tidak adanya penambahan cadangan hidrokarbon yang berarti mengakibatkan penurunan cadangan gas bumi. Selain itu, adanya gas pengotor seperti CO2 juga menimbulkan masalah pada peralatan produksi dan juga masalah lingkungan. Sehingga perlu adanya identifikasi gas hidrokarbon dan diskriminasi terhadap gas CO2. Metode yang digunakan untuk identifikasi gas adalah Parameter Lame di mana paramter tersebut dapat membedakan efek yang diakibatkan oleh litologi dan fluida. Metode Batzle-Wang diaplikasikan untuk membedakan antar gas hidrokarbon dan gas CO2 dengan mengestimasi properti fluida gas CO2. Berdasarkan analisis hasil cross plot parameter Lamda-Rho dan Mu-Rho, kedua parameter tersebut dapat memisahkan dengan baik litologi serta mengidentifikasi kandungan fluida hidrokarbon. Daerah sekitar sumur C4 hidrokarbon berada pada kedalama 9930 – 9970 ft dan 10163 – 10210 ft dengan nilai Lamda-Rho 30 – 31.79 GPa*g/cc dan Mu-Rho 27 – 43 GPa*g/cc. Sedangkan berdasarkan analisis Batzle-Wang Vp tersaturasi gas CO2 berada pada rentan 16000 – 17000 ft/s di mana masih berada pada rentang Vp tersaturasi gas hidrokarbon dengan sebaran pada reservoir berada pada sekitar sumur C4 berdasarkan analisis Parameter Lame dengan nilai Lamda-Rho CO2 adalah 31.03 – 31.91 GPa*g/cc dengan Mu-Rho 37.9 – 44.2 GPa*g/cc.


Natural gas is a fossil fuel containing mixture hydrocarbons which has the main composition of methane and the rest ethane, propane, butane, isobutane, and pentane. Besides hydrocarbons, natural gas also contains impurity gases such as helium, nitrogen, carbon dioxide, etc. Natural gas can be used as fuel, such as LNG and LPG. Drilling activities in 2016 carried out at 34 points with only achieving a success ratio of 26%. It is effect in a decreasing in natural gas reserves. In addition, the presence of impurity gases such as CO2, raises problems during production and environmental problems. So, it is necessary to identify hydrocarbon gas and discriminate to CO2. The method used for gas identification is the Lame parameter where the parameters can distinguish the effects caused by lithology and fluid. The Batzle-Wang method is applied to distinguish between hydrocarbon gases and CO2 gas by estimating the fluid’s properties of CO2 gas. Based on the analysis of result the parameters Lambda-Rho and Mu-Rho, both parameters can distinguish the lithology and identify the hydrocarbon fluid content. The area around the C4 is indicated hydrocarbon in 9930 - 9970 ft and 10163 – 10210 ft depth with Lambda-Rho 30 – 31.79 GPa*g/cc and Mu-Rho 27 – 43 GPa*g/cc. Based on the Batzle-Wang Vp analysis, saturated CO2 gas is vulnerable at 16000-17000 ft/s where it is still in range Vp saturated hydrocarbon gas and distributed around the C4 well based on LMR analysis with CO2 Lambda-Rho and Mu-Rho values are 31.03 – 31.91 GPa*g/cc and Mu-Rho 37.9 – 44.2 GPa*g/cc.

 

2019
T53012
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Budi Noviawati
Abstrak :
Gas merupakan energi transisi yang mampu menekan emisi karbon sehingga dapat menyebabkan perubahan iklim. Pengembangan lapangan gas merupakan implementasi transisi energi sebelum menuju energi baru terbarukan (EBT). Lapangan Natuna D Alpha dengan kandungan CO2 sebesar 71% dan CH4 28%. Sehubungan hal tersebut perlu dilakukan studi untuk membuat gas bumi terproduksi sesuai dengan spesifikasi gas jual. Studi pengembangan lapangan gas ini meninjau dari aspek teknis dan aspek keekonomian yang disebut dengan metode Tekno-Eknomi. Aspek teknis melakukan simulasi teknik membran dengan material polimer tipe Polysulfone dengan rumus matematis kedalam Python dan hasil dari Python dimasukkan kedalam unisim. Teknologi membran untuk memisahkan CO2 dari gas bumi. Selanjutnya melakukan injeksi CO2 kembali kebawah permukaan bumi sebagai penerapan carbon capture storage & utilization dengan ruang lingkup menghitung kapasitas penyimpanan CO2 sequestration dan enhanced gas recovery Sedangkan, pada aspek keekonomian sebagai penentuan  kelayakan proyek dengan menggunakan skema production sharing contract cost recovery yakni Pemerintah dan Kontraktor. Hasilnya mampu memurnikan CH4 hingga 95,02% dengan kandungan CO2 sebesar 4,89% dengan nilai investasi sebesar 5.451.869 MUSD. Aspek keekonomian Pengembangan lapangan gas Natuna D Alpha dapat lanjut ketahap eksekusi dengan net present value sebesar 2.595.638 MUSD, kemudian  internal rate of return sebesar 13,84%, dan payback periode pada tahun ke 7,05.


The gas is an energy transition that can reduce carbon emissions cause its climate change. Implementation of energy transition by plan of gas field development (POFD). The Natuna D Alpha Field with 71% of CO2 content and 28% of CH4 content. It is necessary to study upgrading natural gas specification in accordance with the sales gas specifications. Natuna D Alpha development study using Techno-Economics method. For technical aspect, we design polymer membrane technology with Polysulfone  into Python then input to unisim.  Membrane technology is to separate CO2 from natural gas. Furthermore, CO2 captured will re inject to subsurface as the implementation of carbon capture storage & utilization  through estimating CO2 storage capacity for sequestration and enhanced gas recovery . Meanwhile, the economic aspect is to determine project feasibility using a production sharing contract cost recovery scheme, whose are the Government and the Contractor. The result is 95,02% of CH4 content with 4,89% of CO2 content. It needs investment cost of 5.451.869 MUSD. Based on the economic aspect Natuna D Alpha gas field development can proceed to the execution stage that determined net present value (NPV) of USD 24,960 million then IRR is about 13,84%, Payback Period (PBP) in 7,05 year.

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofyan Yusuf
Abstrak :
Peralatan dan pipa pada instalasi pengolahan minyak dan gas bumi banyak berhubungan (contact) dengan gas CO2 dan H2S serta fluida-fluida kimia lainnya yang sangat korosif. Data-data hasil pengukuran seperti suhu, tekanan operasi, pH, kecepatan aliran fluida, komposisi dan jenis fluida serta data-data proses lainnya merupakan dasar dari penilaian korosi dan pemilihan jenis material yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh kandungan klorida terhadap kenaikan laju korosi pada baja karbon A106 dalam fluida yang tersaturasi gas CO2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah standard ASTM G 31-72 dan NACE Standard RP 0775-99 dimana pengujian ini didasarkan pada pengujian kehilangan berat (weight loss test). Material sampel yang digunakan adalah baja karbon A106. Larutan uji yang digunakan adalah larutan NaCl dengan konsentrasi 0,1%, 1% dan 3,5% kemudian dilakukan saturasi oleh gas CO2. Laju korosi meningkat secara tajam pada rentang konsentrasi NaCl diatas 1%. Peningkatan suhu larutan bersifat linier pada konsentrasi NaCL 0,1%, 1% dan 3,5%. Secara umum model yang dihasilkan pada penelitian ini cukup valid digunakan pada rentang konsentrasi NaCl 1% hingga 3,5% pada rentang suhu 30°C sampai dengan 90°C. ......Both pipes and equipments in oil and gas refineries directly contact with acid gas such as CO2 and H2S and other corrosive components. Measured data of pH, temperature, operating pressure, fluid velocity and type or fluids composition is basic data for corrosion assesment and selection materials. The goal of this research is investigate the effect of chloride content in fluids toward corrosion rate on carbon steel in sytem with CO2 saturated. This research using ASTM G31-72 and NACE Standard RP 0775-99 where the test of specimen based on weight loss test. Type of material sample are carbon steel A106. The Solution is NaCl solution with concentration about 0,1%, 1% and 3,5%. Afterwards the solution is saturated with CO2. Corrosion rate increase rapidly in the range of NaCl concentration above 1%. Increasing temperature of solution is linear function in the range of NaCl concentration between 0,1% to 3,5%. Generally, the model in this research is valid in the range of NaCl concentration between 1% to 3,5% and temperature between 30°C to 90°C.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T21393
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arifina Febriasari
Abstrak :
Studi pemisahan gas CO2 dari CH4 penting dilakukan untuk meminimalisir efek negatif dari gas CO2 yang terkandung pada gas alam. Salah satu teknologi pemisahan yang banyak digunakan untuk pemisahan gas CO2 adalah teknologi membran. Tujuan dari penelitian ini adalah modifikasi membran CA menjadi fixed carrier membrane (FCM) dengan penambahan polietilen glikol (PEG) dan polietilen glikol metil eter akrilat (PEGMEA) sebagai zat aktif membran untuk meningkatkan permeabilitas gas CO2 pada membran. Produksi membran CA-PEGMEA dilakukan dengan proses mixing yang dilanjutkan dengan pemberian iradiasi sinar gamma secara simultan agar terjadi kopolimerisasi cangkok antara CA dan PEGMEA. Penambahan metilen bisakrilamida (MBA) pada studi awal dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap sifat mekanik membran dan permeabilitas gas pada membran. Membran kemudian dikarakterisasi untuk mengetahui derajat kopolimerisasi (DC), perubahan struktur kimia (FTIR dan NMR), morfologi (SEM dan AFM), struktur kristal (XRD), serta kestabilan mekanik (UTM) dan termalnya (DSC). Metode Uji kinerja membran kemudian dilakukan terhadap gas murni CO2, gas murni CH4 dan gas campuran biner CO2 dan CH4. Uji karakterisasi DC menunjukkan bahwa nilai DC tertinggi terdapat pada membran CA-PEGMEA1(5), CA-PEGMEA3(15) dan CA-PEGMEA5(10). Hasil uji NMR menunjukkan adanya PEGMEA yang tercangkok pada polimer CA. Pada uji AFM ditunjukkan bahwa nilai kekasaran membran meningkat pada membran CA-PEGMEA dengan dosis iradiasi 5 kGy. Hasil analisis struktur kristal membuktikan kemungkinan bahwa PEG berinteraksi secara ikatan hidrogen dengan CA pada matriks polimer. Hasil uji kestabilan termal dan mekanik menunjukkan bahwa keberadaan MBA meningkatkan kestabilan termal dan mekanik, sedangkan pengaruh PEGMEA cenderung menurunkannya. Studi kinerja membran menunjukkan bahwa permeabilitas gas CO2 pada membran meningkat dengan adanya PEGMEA (dari 364 ke 679 barrer) yang tercangkok secara iradiasi pada membran, sedangkan pengaruh MBA justru menurunkan permeabilitas membran jika dibandingkan dengan membran CA-PEG tanpa MBA. Selektifitas ideal CO2/CH4 juga meningkat pada membran termodifikasi PEGMEA (dari 11 ke 48). Sementara itu hasil uji pemisahan gas binner CO2/CH4 menunjukkan bahwa fraksi mol CH4 pada retentate tertinggi didapatkan pada membran CA-PEGMEA1(5) dengan tekanan 40 Psi, yaitu 0,87. ......It is essential to study the separation of CO2 from CH4 to minimize the adverse effects of CO2 in natural gas. Membrane technology is one of the most widely used separation technologies for CO2 gas separation. This study aimed to modify the CA membrane to become a fixed carrier membrane (FCM) with the addition of polyethylene glycol (PEG) and polyethylene glycol methyl ether acrylate (PEGMEA) as active membrane agents to increase the permeability of CO2 gas in the membrane. Production of CA-PEGMEA membranes was done by a mixing process followed by simultaneous gamma-ray irradiation so that graft copolymerization occurs between CA and PEGMEA. The addition of methylene bisacrylamide (MBA) in the initial study was carried out to determine the effect on the membrane's mechanical properties and gas permeability. The membranes were then characterized to determine the degree of copolymerization (DC), changes in chemical structure (FTIR and NMR), morphology (SEM and AFM), crystal structure (XRD), and mechanical stability (UTM), and thermal (DSC). Methods The membrane performance test was then carried out on CO2 pure gas, CH4 pure gas, and a binary mixture of CO2 and CH4 gases. The DC characterization test showed that the highest DC values were found in CA-PEGMEA1(5), CA-PEGMEA3(15), and CA-PEGMEA5(10) membranes. The NMR test results confirmed the presence of PEGMEA grafted onto the CA polymer. The AFM test showed that the value of membrane roughness increased on the CA-PEGMEA membrane with an irradiation dose of 5 kGy. The results of the crystal structure analysis prove the possibility that PEG interacts by hydrogen bonding with CA in the polymer matrix. The results of the thermal and mechanical stability tests show that the presence of MBA increases the thermal and mechanical stability, the influence of PEGMEA tends to decrease it. Membrane performance studies showed that the CO2 gas permeability of the membrane increased in the presence of PEGMEA (from 364 to 679 barrer) grafted irradiated onto the membrane, while the effect of MBA decreased membrane permeability when compared to CA-PEG membranes without MBA. The ideal selectivity of CO2/CH4 also increased in PEGMEA-modified membranes (from 11 to 48). Meanwhile, the CO2/CH4 binary gas separation test results showed that the mole fraction of CH4 in the highest retentate was found in the CA-PEGMEA1(5) membrane with a pressure of 40 Psi, i.e., 0.87.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ghiyats Raditya
Abstrak :
Permasalahan lingkungan yang terjadi secara global saat ini sangat mengkhawatirkan. Emisi gas dari polutan yang diakibatkan oleh pertumbuhan industri dan meningkatnya aktivitas manusia merupakan salah satu hal yang menyebabkan pencemaran lingkungan terjadi. Peningkatan emisi gas rumah kaca global atau disebut Global Greenhouse Gas (GHG) karena aktivitas manusia telah menyebabkan tanda dari peningkatan konsentrasi GHG di atmosfer, dengan gas CO2 menjadi salah satu penyumbang terbesar pada meningkatnya emisi gas rumah kaca. Salah satu metode untuk mengurangi emisi gas CO2 adalah dengan mengimplementasikan penangkapan dan penyimpanan gas karbondioksida. Material kristal berpori baru, yaitu Metal Organic Frameworks (MOFs) menjadi material fungsional baru yang dapat dijadikan kandidat potensial sebagai jenis adsorben yang menjanjikan dikarenakan kestabilan termal yang baik, serta sifat permukaan yang dapat diatur. Digunakan dua jenis lantanum-MOFs dalam penelitian adsorpsi gas karbondioksida ini untuk disintesis dengan variasi ligan, yaitu BDC (Asam 1,4-benzena dikarboksilat) dan NDC (Asam 2,6-naftalena dikarboksilat) menggunakan metode solvotermal. Karakteristik dan sifat material La-MOFs hasil sintesis seperti struktur, morfologi, stabilitas termal, dan fungsi kimia diuji dengan menggunakan instrumentasi Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR), X-ray Difraksi (XRD), Brunaur, Emmett and Teller (BET), analisis termogravimetri (TGA), serta Scanning Electron Microscopy (SEM). Serapan volumetrik dari CO2 diukur dalam suhu 300-308 K dan pada tekanan hingga 15 bar.
Environmental issues that occur globally today are very worrying. Gas emissions from pollutants caused by industrial growth and enhancement of human activities are among the things that lead to environmental pollution occur. The increase of global greenhouse gas emission (GHG) caused by human activities has led to a sign of an enhancement in the concentration of GHG in the atmosphere, with CO2 gas become one of the biggest contributors to the escalation of greenhouse gas emissions. One of the example to reduce CO2 gas emissions is by implementing the capture and storage of carbon dioxide method. New porous crystalline materials, namely Metal-Organic Frameworks (MOFs) were introduced as new functional materials that can be used as potential candidates as a promising type of adsorbent, due to its good thermal stability, and manageable surface properties. Two types of Lanthanum-MOFs were used in the study of carbon dioxide gas adsorption to be synthesized with ligand variations, which is BDC (1,4-benzene dicarboxylic) and NDC (2,6-naphthalene dicarboxylic acid) using the solvothermal method. Characteristics and properties of La-MOFs synthesized materials such as structure, morphology, thermal stability and chemical functions were tested using Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), X-ray Diffraction (XRD), Brunaur, Emmet and Teller (BET), Thermogravimetric Analysis (TGA), as well as Scanning Electron Microscopy (SEM). Volumetric uptake of CO2 is measured at temperature of 300-338 K and at pressures up to 15 bar.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anto Yamashita Saputra
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan aspal dari Asbuton melalui ekstraksi CaCO3 menggunakan H2CO3 dalam brine water sebagai pelarut. Kadar CaCO3 yang tinggi pada Asbuton akan menurunkan kualitas Asbuton sebagai campuran aspal panas sehingga harus dikurangi. Gas CO2 dilarutkan dalam brine water membentuk H2CO3 dan menghasilkan kalsium bikarbonat (Ca(HCO3)2) pada proses ekstraksi. Gas CO2 diperoleh kembali dari pemanasan larutan (Ca(HCO3)2). Parameter keberhasilan ditinjau dari prosentase CaCO3 terlarut, make-up CO2, dan kebutuhan energi. Hasil optimum dan ekonomis diperoleh pada kondisi 2 bar, 85oC, rasio 0,02 g/mL, laju alir larutan 6 mL/menit, dan larutan NaCl 0,5 M selama 140 menit serta dapat melarutkan CaCO3 sebesar 34%. Produk aspal mengandung 57% aspal, 14% CaCO3, dan 29% mineral lainnya, membutuhkan make-up CO2 0,15 L/g Asbuton dan energi 0,28 kWh/g Asbuton. Aspal ini memenuhi spesifikasi untuk campuran aspal panas dengan jenis 5/55 dan dapat diterapkan pada untuk campuran aspal jenis AC Pen 60.
The purpose of this reasearch is to obtain asphalt from Asbuton rock through extraction CaCO3 using H2CO3 in brine water as solvent. The high content of CaCO3 in Asbuton will decrease the quality of Asbuton as the hot mix asphalt so it must be reduced. Gas CO2 is dissolved in brine water to produce H2CO3 and calcium bicarbonate (Ca(HCO3)2) is produced in extraction process. Gas CO2 be recovered by heating Ca(HCO3)2 solution. The success parameters is evaluated from percentage of CaCO3 that is dissolved, make-up of CO2, and energy needs. The optimum and economical results obtained at conditions 2 bars, 85oC, ratio 0.02 g/mL, flow rate 6 mL/min, and concentration of NaCl solution 0.5 M up to 140 minutes and can dissolve CaCO3 34%. Asphalt product contained 57% asphalt, 14% CaCO3, and 29% other minerals, needs make-up CO2 0.15 L/g Asbuton and energy 0.28 kWh/g Asbuton. The Asphalt specification suitable for hot mix asphalt with type 5/55 and can be applied to the asphalt mixture type of AC Pen 60.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54754
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>