Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yendra Asfitria
Abstrak :
ABSTRAK
Telah diketahui bahwa kulit buah manggis sering digunakan masyarakat untuk mengatasi penyakit diare. Untuk mengetahui seberapa Jauh manfaatnya, telah dilakukan pengujian efek antidiare pada tikus putih dan ekstrak kering kulit buah manggis ( Garcinia mangostana Linn.) dengan cairan penyari etanol 70%. Bahan yang digunakan untuk menimbulkan diare pada tikus putih adalah oleum ricini dosis 2m1/ ekor per oral. Uji efek antidiare dari ekstrak etanol 70% dari kulit buah manggis, yang dikeningkan, dilakukan pada tiga dosis secara oral yaitu 6,4905 ; 64,905 ; 649,05 mg/ 100 gr BB. Sebagai pembanding digunakan aquades dosis 2 m.1./ 100 gr BB dan loperamid dosis 2 mg/ 100 gr BB. Pada dosis 6,4905 mg/ 100 gr BB, ekstrak etanol 70% kulit buah manggis, yang di keringkan belum menunjukkan efek antidiare, sedangkan pada dosis 64,905 mg/ 100 gr BB memperlihatkan efek antidiare. Pada dosis yang lebih tinggi (649,05 mg/ 100 gr BB) efek antidiare Juga makin besar, tetapi masih lebih rendah di bandingkan dengan loperamid dosis 2 mg/ 100 gr BB.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oryza Gryagus Prabu
Abstrak :
Kulit buah manggis diketahui memiliki efek antibakteri, khususnya bakteri Propionibacterium acnes. Bakteri Propionibacterium acnes merupakan bakteri gram positif yang bersifat anaerob obligat. Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit namun merupakan agen penyebab munculnya jerawat/acne vulgaris. Selain itu, infeksi P. acnes juga dapat menyebabkan sindrom SAPHO (synovitis, acne, pustulosis, hyperostosis, osteitis), osteomyelitis, infeksi gigi, rheumathoid arthritis, peritonistis, inflamasi prostat, sarkoidosis, dan infeksi yang berkaitan dengan alat seperti kateter, implan, dan lainnya. Resistensi pada bakteri P.acnes terhadap antibiotik juga merupakan masalah yang cukup penting di dunia yang berkaitan dengan pemakaian antibiotik yang tidak rasional. Pada penelitian ini aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah manggis digunakan dengan Agar Brucella yang ditanami dengan bakteri dan ditambahkan sumuran dengan ekstrak sebagai uji. Uji yang digunakan adalah ekstrak kulit buah manggis dengan pengenceran 10 kali, 15 kali, 20 kali, 30 kali, dan 40 kali yang dibandingkan dengan kontrol negatif akuades serta kontrol positif tetrasiklin yang dibagi menjadi beberapa pengeceran yaitu 10 kali, 15 kali, 20 kali, 30 kali, dan 40kali. Hasil yang didapat kemudian dilakukan uji statistik menggunakan One Way Anova yang didapatkan bahwa ekstrak kulit buah manggis mempunyai aktivitas antibakteri hubungan yang berbeda bermakna dengan kontrol negatif pada pengenceran 10 kali (p<0.001), 15 kali (p<0.001), 20 kali (p<0.001), dan 30 kali (p<0.001), sedangkan ekstrak pengenceran 40 kali tidak mempunyai aktivitas antibakteri (p=1.000). Namun, ekstrak kulit buah manggis jika di bandingkan dengan antibiotik tetrasiklin mempunyai aktivitas yang lebih rendah. ...... Mangosteen pericarp is known to have antibacterial effects, especially against Propionibacterium acnes bacteria. Propionibacterium acnes is a gram-positive bacteria that are obligate anaerobes. These bacteria are normal flora of the skin but is a causative agent of pimples/acne vulgaris. In addition, P. acnes could also cause SAPHO syndrome (synovitis, acne, pustulosis, hyperostosis, osteitis), osteomyelitis, dental infections, arthritis rheumathoid, peritonistis, prostate inflammation, sarcoidosis, and infections associated with medical devices such as catheters, implants, and more. P. acnes resistance to antibiotics is also a significant problem in the world related to the irrational use of antibiotics. In this study, the antibacterial activity of mangosteen pericarp extract is examined with Brucella Agar in which there are well-filled of test solution such as extract, placebo, and/or positive control to show that it could inhibit the growth of P.acnes by measuring the inhibitory zone diameter. The tests are using mangosteen pericarp extract with 10, 15, 20, 30, and 40 times dilution compared to the negative control and positive control tetracycline which is divided into a number of dilution that are 10x, 15x, 20x, 30x, and 40x. After the tests were measured by assessing the inhibitory zone diameter produced by each test. The results then performed statistical tests using One Way Anova showed that mangosteen pericarp extract has antibacterial activity with significantly different to the negative control at 10 times dilution (p<0.001), 15 times (p<0.001), 20 times (p<0.001), and 30 times (p<0.001), whereas 40 time dilution extract didn?t have antibacterial activity (p = 1.000). However, mangosteen pericarp extract has lower activity than tetracycline.
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmawan Putra
Abstrak :
Latar belakang: Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab masalah kesehatan di negara berkembang termasuk Indonesia. Dari sekian banyak penyakit infeksi, diare merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas tinggi untuk semua usia di Asia Tenggara. Pengobatan diare dilakukan dengan pemberian antibiotik. Namun, saat ini resistensi mikroba terhadap antibiotik semakin meningkat. Oleh karenanya perlu dikembangkan pengobatan alternatif memanfaatkan bahan aktif yang terkandung dalam tanaman (bahan alam). Salah satunya adalah pemanfaatn kulit buah manggis. Metode: Penelitian ini menggunakan studi experimental dengan 7 perlakuan yaitu kontrol negatif (aquades), kontrol positif (antibiotik tetrasiklin), ekstraksi dalam berbagai macam pengenceran dan besar sampel setiap perlakuan adalah 4. Aktivitas antibakteri dilihat dengan pengukuran zona hambat atau diameter pada agar yang mengandung bakteri Escherichia coli. Data akan dianalisa dengan uji Kruskal-Wallis kemudian akan dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Hasil: Uji hipotesis memperlihatkan nilai signifikansi p=0,000 dan pada uji Mann-Whitney terdapat perbedaan bermakna p<0,05 pada perbandingan antara antibiotik tetrasiklin dibandingkan dengan aquades dan ekstrak kulit buah manggis pada berbagai pengenceran. Hal ini juga dapat dilihat pada perbandingan antara aquades dengan ekstrak kulit buah manggis pada pengenceran 10x dengan nilai p=0,13 (p>0,05) yang menunjukkan terdapat perbedaan bermakna. Sedangkan antara aquades dan ekstrak kulit buah manggis pada pengenceran lainnya tidak terdapat perbedaan bermakna. Simpulan: Ekstraksi kulit buah manggis pada pengenceran 10x mampu menghambat pertumbuhan bakteri E. Coli atau mempunyai aktivitas antimikroba. ......Background: Infectious diseases are still tops the cause of health problems in developing countries, including Indonesia. Of the many infectious diseases, diarrhea is the cause of high morbidity and mortality for all ages in Southeast Asia. Diarrhea treatment is done with antibiotics. However, the current microbial resistance to antibiotics is increasing. Therefore necessary to develop alternative treatments utilizing the active ingredient contained in the plant (natural materials). One is the utilization of mangosteen rind. Method: This study uses an experimental study with 7 treatment that negative control (distilled water), positive control (tetracycline antibiotic), extraction in a large variety of sample dilution and each treatment was 4. Antibacterial activity seen with inhibition zone measurement or diameter on agar containing the bacteria Escherichia coli. The data will be analyzed with the Kruskal-Wallis test will then be followed by the Mann-Whitney test. Result: Hypothesis test showed a significance value p = 0.000 and the Mann-Whitney test significant difference p <0.05 in comparison between tetracycline antibiotics compared with distilled water and mangosteen peel extract at various dilutions. It can also be seen in the comparison between the distilled water with mangosteen peel extract at 10x dilution with p = 0.13 (p> 0.05), which showed significant difference. While between distilled water and mangosteen peel extract on other dilution is not significantly different. Conclusion: Extraction of mangosteen rind at 10x dilution capable of inhibiting the growth of bacteria Escherichia coli or having antimicrobial activity.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Abidin
Abstrak :
Manggis merupakan buah yang banyak ditemukan di daerah tropis, dan sudah lama buah ini menjadi pilihan untuk dikonsumsi, beberapa penelitian menunjukkan bahwa buah ini memiliki banyak kandungan vitamin dan juga antioksidan yang bermanfaat bagi tubuh manusia.Pada studi eksperimen ini digunakan ekstrak kulit buah manggis serta bakteri Acinetobacter baumanii.Tujuannya untuk mengetahui ada tidaknya aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah manggis untuk bakteritersebut. Metode: Metode yang digunakan untuk menguji aktivitas antibakteri adalah metode sumuran. Antibiotik serta ekstrak kulit buah manggis dipipetkan pada setiap sumuran dalam satu medium agar yang berbeda, dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 24-72 jam. Zona hambat bakteri uji diukur dengan mengukur daerah yang bening di sekitar sumuran. Hasil: Melalui uji Kruskal Wallis didapatkan hasil nilai p= 0,000 yang membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada data-data tersebut. Dari uji Mann Whitney diperoleh hasil perbandingan antara tetrasiklin dengan aquades dan ekstrak kulit buah manggis dalam berbagai pengenceran memiliki perbedaan bermakna dengan nilai p < 0,05. Simpulan: Dapat disimpulkan bahwa secara statistik ekstrak kulit buah manggis tidak memiliki aktivitas antibakteri. Data ini sesuai dengan hasil percobaan yang menunjukkan tidak terbentuknya zona hambat pada agar yang diberi ekstrak kulit buah manggis. ......Mangosteen is a fruit that is found in the tropics area, and has long been a choice of fruit for consumption, some studies have shown that this fruit has alot of vitamins and also antioxidants that are beneficial for human. In the experimental study of the use of mangosteen peel extract and Acinetobacter baumannii. The goal is to determine whether there is the antibacterial activity of mangosteen peel extracts for bacteria. Methods: The method used to test the antibacterial activity is a method of diffusion. Antibiotics and mangosteen peel extract included in any medium in a different order, with different concentrations. Then incubated at 37 ° C for 24-72 hours. Bacterial inhibition zone test is measured by measuring the clear areas around sinks. Results: Through the Kruskal Wallis test showed p=0.000 which proves that there are significant differences in the data. Mann Whitney test obtained from the comparison between tetracycline with distilled water and mangosteen peel extracts in differentdilutions havesignificant differences with p<0.05. Discussion: The conclution that mangosteen peel extract has no antibacterial activity. The data are consistent with the results of experiments that showed no inhibition zone formation at a given order of mangosteen peel extracts.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Perdana Rezha Kusuma Putra Hermawan
Abstrak :
Latar belakang: Buah manggis merupakan buah yang memiliki banyak khasiat untuk kesehatan. Beberapa penelitian menunjukan buah ini memiliki efek antioksidan. Penelitian ini bertujuan mengetahui efek antibakteri kulit buah ini. Metode: Penelitian merupakan studi experimental. Besarnya sampel penelitian adalah 4 dengan jumlah perlakuan sebanyak 7 yaitu kontrol positif (Erythromycin), kontrol negatif (akuades), ekstrak kulit buah manggis pengenceran (10x,15x,20x,30x,40x). Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan mengukur zona hambat (diameter) pada agar darah yang ditanami bakteri streptococcus pneumonia. Data dianalisa dengan uji Kruskal-Wallis untuk menentukan perbedaan bermakna antar data uji, kemudian akan dilanjutkan uji Mann-Whitney untuk melihat data yang memiliki perbedaan bermakna. Hasil: Hasil pengujian hipotesis menunjukan perbedaan bermakna dan uji posthoc terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) pada perbandingan antibiotik Eritromisin dibandingkan dengan akuades dan ekstrak kulit buah manggis dalam berbagai pengenceran. Namun jika dilihat pada perbandingan antara akuades dengan ekstrak kulit buah manggis dalam pengenceran 10x dan 15x menunjukan adanya perbedaan bermakna (p=0,013 dan 0,014). Uji antara ekstrak dari kulit buah manggis pada pengenceran 20x,30x,40x dan akuades tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05). Simpulan: Ekstraksi kulit buah manggis pengenceran 10x dan 15x memiliki efek antimikroba dengan zona hambat bakteri sebesar 26 mm dan 16,5 mm. ......Background: Manggosteen is one of flora that have virtue for health. Few research indicate that this fruit have antioxidan effect and also antibacterial effect. This study head for antibacterial effect of extract mangosteen rind on a streptococcus pneumoniae. Method : This experimental study have 4 sample with 7 treatment group among others are positive control (Erythromycin), negative control (aquades), extraction in various dilutions (10x, 15x, 20x, 30x, 40x). These treatment group zone of inhibition?s in blood agar which had been planted with sterptococcus pneumoniae bacteria will be measured. This data will be analyzed with Kruskal-Wallis & Mann-Whitney test to identify which data have significant differences. Result: Kruskal-Wallis test show asignificance value (p = 0.000) and Mann-Whitney test has significant difference (p <0.05) in comparison between erythromycin compared with aquades and mangosteen peel extraction at various dilution. Comparison in mann-wthitney test between aquades and mangosteen peel extract at 10x and 15x dilution indicates there is a significant difference (p = 0.013 and 0,014). Between aquades and mangosteen peel extract 20x, 30x, 40x dilution indicates no significant difference (p> 0.05). Conclution: Extract of mangosteen rind have a inhibition effect on the growth of Streptococcus Pneumoniae bacteria which create a inhibition zone on blood agar for 10x dilution are 26 mm and for 15x dilution are 16,5 mm.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zizi Tamara
Abstrak :
Garcinia mangostana L. merupakan salah satu tanaman obat yang diketahui mempunyai berbagai manfaat, diantaranya sebagai antibakteri, antidiare, antiinflamasi, serta memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol 50% kulit buah G. mangostanaterhadap hati dan plasma tikus dari kerusakan oksidatif akibat pemberian karbon tetraklorida (CCl4). Dua puluh lima ekor tikus putih jantan Sprague-Dawley dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol; kelompok CCl4 dengan dosis 0,55 mg/g BB peroral; serta kelompok ekstrak dosis 900, 1080, dan 1296 mg/kg BB peroral selama 8 hari sebelum pemberian CCl4. Karbon tetraklorida diberikan 48 jam sebelum tikus dikorbankan. Parameter biokimia yang diukur adalah aktivitas superoksida dismutase (SOD), katalase (CAT) dan senyawa karbonil di jaringan hati dan plasma darah tikus. Hasil penelitian memperlihatkan aktivitas SOD hati kelompok ekstrak (900 dan 1080 mg/kg BB) dan aktivitas SOD plasma kelompok ekstrak (900 dan 1296 mg/kg BB) lebih tinggi bermakna (p<0,05) terhadap kelompok CCl4. Aktivitas CAT hati kelompok ekstrak (900, 1080, dan 1296 mg/kg BB) lebih tinggi bermakna (p<0,05) dibandingkan kelompok CCl4. Pemberian ekstrak dosis 900 mg/kg BB memperlihatkan kadar senyawa karbonil hati lebih rendah tidak bermakna (p>0,05) terhadap kelompok CCl4. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol 50% kulit buah manggis dapat memberikan pengaruh terhadap aktivitas antioksidan endogen sehingga mampu mencegah terjadinya stres oksidatif di hati akibat pemberian CCl4. ......Garcinia mangostana L. is a medicinal plant known many benefits, including its potency as antibacterial, antidiarrheal, antiinflammatory, and high antioxidant activity. This study aimed to test the antioxidant activity of 50% ethanolic extract of G. mangostana rind against oxidative damage in liver and plasma of rats caused by administration of carbon tetrachloride (CCl4). Twenty-five male Sprague-Dawley rats were divided into 5 groups consist of control group; CCl4 group aregiven a dose of 0.55 mg/g b.w orally; group that are given doses of extract 900, 1080, and 1296 mg/kg b.w orally for 8 days prior to CCl4 administration. Carbon tetrachloride (CCl4)are given 48 hours before the rats were sacrificed. Parameters measured were superoxide dismutase (SOD), catalase (CAT) activity and carbonyl compounds in liver tissue and blood plasma of rats. The results of this study showed that the activity of liver SOD in extract groups (900 and 1080 mg/kg b.w) and activity of plasma SOD in extract group (900 and 1296 mg/kg b.w) were significantly higher (p <0.05) compared to CCl4 group. Activity of the liver CAT in extractgroups (900, 1080, and 1296 mg/kg b.w) were significantly higher (p <0.05) compared to CCl4 group. Extract administration on900 mg/kg b.w showed the levels of carbonyl compounds in liver was lower not significant (p> 0.05) compared to the CCl4 group. From this study it can be concluded that the 50% ethanolic extract of mangosteen rind influence the activity of endogenous antioxidant and prevent oxidative stress in the liver caused by CCl4 administration.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T35741
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gede Bagus Yoga Satriadinatha
Abstrak :
ABSTRAK Komponen dalam fraksi etil-asetat ekstrak perikarp Garcinia mangostana Linn memiliki aktivitas antikanker dalam berbagai cell-line kanker kolon. Enkapsulasi ekstrak ini dalam kitosan alginat dapat mempercepat penghantaran senyawa aktif dalam ekstrak ke situs absorpsinya. Namun, belum terdapat penelitian yang mengevaluasi efek toksisitas senyawa ini pada hati (SGOT dan SGPT), ketika diadministrasi berulang selama 14 hari. Penelitian ini dirancang untuk mengevaluasi efek toksisitas setelah pemberian berulang selama 14 hari dari pemberian oral mikropartikel ekstrak Garcinia mangostana Linn dilapisi kitosan-alginat. Lima puluh enam mencit BALB/c dibagi menjadi 7 kelompok, termasuk dosis 0.5 gram/kgBB, 1.0 gram/kgBB, 2.0 gram/kgBB, pelarut, kontrol (normal), satelit dosis 2.0 gram/kgBB), dan satelit akuades (kontrol). Setiap tikus diberi ekstrak menggunakan sonde selama 14 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pada semua parameter toksisitas, kecuali SGOT. Pada parameter ini, kelompok perlakuan dosis tertinggi hingga terendah, menunjukkan kadar SGOT yang lebih tinggi dan bermakna dibandingkan kelompok kontrol (p=0.011). Setelah dilakukan subanalisis berdasarkan jenis kelamin hewan coba, perbedaan nilai SGOT yang signifikan terhadap kontrol hanya terjadi pada kelompok jantan (p=0.033). Akan tetapi, toksisitas ini bersifat reversibel, ditandai dengan tidak bermaknanya perbedaan nilai SGOT antar kelompok satelit (p=0.082). Nilai p untuk parameter SGPT, perubahan massa tubuh, dan massa hati berturut-turut sebesar 0.630, 0.202, dan 0.762. Administrasi harian per oral dari mikropartikel ekstrak perikarp buah manggis selama 14 hari menyebabkan peningkatan SGOT secara bermakna pada hewan coba jantan, dan bersifat reversibel. Administrasi ini tidak menunjukkan sifat toksisitasnya pada parameter lain (SGPT, massa tubuh, dan massa organ hati), baik pada kelompok jantan maupun betina.
ABSTRACT Components in the ethyl-acetate fraction of the Garcinia mangostana Linn pericarp extract have anticancer activity in various colon cancer cell-lines. Encapsulation of this extract in chitosan alginate can accelerate the delivery of active compounds in the extract to its absorption site. However, there are no studies evaluating the toxicity effects of these compounds on the liver (SGOT and SGPT), when administered over and over for 14 days. This study was designed to evaluate the effect of toxicity after 14 days of repeated administration of oral administration of Garcinia mangostana Linn microparticles extract coated with chitosan-alginate. Fifty-six BALB / c mice were divided into 7 groups, including a dose of 0.5 gram / kgBB, 1.0 gram / kgBB, 2.0 gram / kgBB, solvent, control (normal), satellite dose 2.0 gram / kgBB), and aquades satellite (control). Each rat was given extract using intragastric tube for 14 days. The results showed that there were no differences in all toxicity parameters, except SGOT. In this parameter, the highest to lowest dose treatment group showed higher and significant SGOT levels compared to the control group (p=0.011). After sub-analysis based on the sex of the experimental animals, significant differences in SGOT values compared to controls only occurred in the male group (p=0.033). However, this toxicity is reversible, characterized by the insignificant difference in SGOT values between two satellite groups (p=0.082). The p value for the SGPT parameters, changes in body mass, and liver mass respectively were 0.630, 0.202 and 0.762. 14 days repeated daily oral administration of the mangosteen pericarp extract microparticles causes a significant increase in SGOT in male animals, and is reversible. This administration does not show its toxicity in other parameters (SGPT, body mass, and liver mass), both in male and female groups.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sonya Aprella Diva
Abstrak :
[Buah manggis (Garcinia mangostana Linn) merupakan salah satu buah tropis dari Asia Tenggara seperti Indonesia dan kulitnya biasanya digunakan sebagai obat tradisional untuk mengatasi inflamasi dan mikroorganisme. Selain itu, kulit buah manggis juga diperkirakan dapat digunakan sebagai antikanker. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh ekstrak etanol kulit buah manggis terhadap viabilitas sel Raji secara in vitro melalui uji sitotoksisitas. Ekstrak etanol kulit buah manggis didapatkan melalui proses maserasi dan evaporasi dengan rotary evaporator. Ekstrak dibagi menjadi beberapa konsentrasi, yaitu 6,25 μg/ml, 12,5 μg/ml, 25 μg/ml, 50 μg/ml, 100 μg/ml, 200 μg/ml, 400 μg/ml, dan 800 μg/ml, kemudian diujikan ke sel Raji dan diinkubasi selama 48 jam. Uji sitotoksisitas yang digunakan adalah metode MTT-assay. Sifat sitotoksisitas ekstrak tersebut ditentukan oleh nilai IC50, lalu uji kemaknaan yang digunakan adalah Kruskal-Wallis. Hasil analisis menunjukkan nilai IC50 sebesar 3,07 μg/ml (p = 0,02). Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak etanol kulit buah manggis bersifat sitotoksik kuat terhadap viabilitas sel Raji dan ditemukan adanya perbedaan bermakna antar kelompok. Hasil uji Post Hoc memperlihatkan terdapat perbedaan bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dengan konsentrasi 6,25 μg/ml dengan kelompok perlakuan lain.;Mangosteen (Garcinia mangostana Linn) is one of tropical fruit from south east Asia such as Indonesia and its pericarp usually used as traditional medicine for anti-inflammatory and anti-microorganism. Mangosteen pericarp is also expected can be used as anticancer. The aim of this study was to determine the in vitro cytotoxicity of mangosteen pericarp ethanol extract on viability of Raji cells. The extract was obtained by maceration and evaporation process with rotary evaporator. The extract was divided into several concentration, such as 6.25 μg/ml, 12.5 μg/ml, 25 μg/ml, 50 μg/ml, 100 μg/ml, 200 μg/ml, 400 μg/ml, and 800 μg/ml, then it was tested with Raji cells and incubated during 48 hours. The cytotoxic effect against Raji cells is evaluated by MTT-assay. The cytotoxicity level of the extract is determined by IC50 value, then the significance test is used Kruskal-Wallis. The result of analysis showed that IC50 value was 3.07 μg/ml (p = 0.02). The conclusion of this research were the mangosteen pericarp ethanol extract has high cytotoxicity for viability Raji cells and there was a significant difference between groups. Post Hoc test result showed there were significant difference between control and 6.25 μg/ml group which compared with other groups;Mangosteen (Garcinia mangostana Linn) is one of tropical fruit from south east Asia such as Indonesia and its pericarp usually used as traditional medicine for anti-inflammatory and anti-microorganism. Mangosteen pericarp is also expected can be used as anticancer. The aim of this study was to determine the in vitro cytotoxicity of mangosteen pericarp ethanol extract on viability of Raji cells. The extract was obtained by maceration and evaporation process with rotary evaporator. The extract was divided into several concentration, such as 6.25 μg/ml, 12.5 μg/ml, 25 μg/ml, 50 μg/ml, 100 μg/ml, 200 μg/ml, 400 μg/ml, and 800 μg/ml, then it was tested with Raji cells and incubated during 48 hours. The cytotoxic effect against Raji cells is evaluated by MTT-assay. The cytotoxicity level of the extract is determined by IC50 value, then the significance test is used Kruskal-Wallis. The result of analysis showed that IC50 value was 3.07 μg/ml (p = 0.02). The conclusion of this research were the mangosteen pericarp ethanol extract has high cytotoxicity for viability Raji cells and there was a significant difference between groups. Post Hoc test result showed there were significant difference between control and 6.25 μg/ml group which compared with other groups, Mangosteen (Garcinia mangostana Linn) is one of tropical fruit from south east Asia such as Indonesia and its pericarp usually used as traditional medicine for anti-inflammatory and anti-microorganism. Mangosteen pericarp is also expected can be used as anticancer. The aim of this study was to determine the in vitro cytotoxicity of mangosteen pericarp ethanol extract on viability of Raji cells. The extract was obtained by maceration and evaporation process with rotary evaporator. The extract was divided into several concentration, such as 6.25 μg/ml, 12.5 μg/ml, 25 μg/ml, 50 μg/ml, 100 μg/ml, 200 μg/ml, 400 μg/ml, and 800 μg/ml, then it was tested with Raji cells and incubated during 48 hours. The cytotoxic effect against Raji cells is evaluated by MTT-assay. The cytotoxicity level of the extract is determined by IC50 value, then the significance test is used Kruskal-Wallis. The result of analysis showed that IC50 value was 3.07 μg/ml (p = 0.02). The conclusion of this research were the mangosteen pericarp ethanol extract has high cytotoxicity for viability Raji cells and there was a significant difference between groups. Post Hoc test result showed there were significant difference between control and 6.25 μg/ml group which compared with other groups]
[, ], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Idzhar Arrizal
Abstrak :
ABSTRACT
Kanker kolorektal saat ini merupakan kanker tersering ketiga di Indonesia dunia. Perawatan yang tersedia untuk penyakit ini masih memiliki banyak pengaruh sisi sehingga peneliti mencoba mengembangkan terapi antikanker baru dengan efek samping minimal. Manggis (Garcinia mangostana Linn.), Yang mengandung α-mangostin yang diketahui memiliki aktivitas antikanker. Fraksi etil asetat digunakan untuk mendapatkan kadar α-mangostin tertinggi dari ekstraksi manggis. Namun, hal itu berpengaruh pada lambung, usus, hati, dan ginjal sebagai organ yang terlibat dalam proses absorpsi, metabolisme, dan ekskresi obat belum dievaluasi. Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh fraksi etil asetat dari Garcinia mangostana Linn. (FGM) tentang perubahan histopatologis organ ini pada tikus. Penelitian ini menggunakan mencit betina berumur 6-8 minggu dengan berat 25-30 g dan diperoleh dari Balitbangkes Kemenkes RI yang terbagi dalam lima kelompok: kelompok kontrol negatif, kelompok pelarut, dan tiga kelompok uji yang menerima FGM per oral dengan dosis tunggal 2, 4, dan 6 g / kg berat badan dengan masing-masing kelompok berisi lima tikus. Mencit diamati selama 14 hari. Selanjutnya, organ diambil untuk diperiksa secara histopatologi. Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada lambung. ginjal, dan usus antara lima kelompok. Namun, memberikan fGM dengan dosis 6 g / kgBW menunjukkan peningkatan derajat kerusakan jaringan hati. Riset lebih lanjut Pengembangan lebih lanjut diperlukan untuk pengembangan Garcinia mangostana Linn. sebagai terapi antikanker di masa depan.
ABSTRACT
Colorectal cancer is currently the third most common cancer in Indonesia in the world. The treatments available for this disease still have many side effects, so researchers are trying to develop new anticancer therapies with minimal side effects. Mangosteen (Garcinia mangostana Linn.), Which contains α-mangostin which is known to have anticancer activity. Ethyl acetate fraction was used to obtain the highest α-mangostin levels from mangosteen extraction. However, its effect on the stomach, intestines, liver, and kidneys as organs involved in the absorption, metabolism and excretion of drugs has not been evaluated. This study aims to assess the effect of the ethyl acetate fraction of Garcinia mangostana Linn. (FGM) regarding the histopathological changes of this organ in mice. This study used female mice aged 6-8 weeks weighing 25-30 g and were obtained from Balitbangkes Kemenkes RI which were divided into five groups: a negative control group, a solvent group, and three test groups that received FGM orally with a single dose of 2, 4, and 6 g / kg body weight with each group containing five mice. Mice were observed for 14 days. Next, the organs are removed for histopathological examination. This study shows that there are no significant differences in the stomach. kidney, and intestines among the five groups. However, giving fGM at a dose of 6 g / kgBW showed an increased degree of liver tissue damage. Further research Further development is required for the development of Garcinia mangostana Linn. as anticancer therapy in the future.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library