Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Isyah Rahma Dian
"Latar Belakang
Pandemi COVID-19 telah dinyatakan berakhir oleh World Health Organization sehingga anak- anak dengan gangguan neurologis dan neurodevelopmental perlu untuk beradaptasi kembali. Oleh karena itu, penelitian mengenai adaptasi pascapandemi terkait layanan kesehatan, perkembangan masalah medis anak, hubungan anak dengan keluarga dan teman, perilaku anak, dan masalah yang dihadapi oleh orang tua, pengasuh, dan keluarga dalam penanganan anak perlu dilakukan untuk merancang intervensi dan kebijakan yang mendukung mereka dalam menghadapi situasi serupa di masa depan.
Metode
Penelitian ini merupakan studi potong lintang pada orang tua atau pengasuh pasien Poliklinik Neurologi Anak RSCM Kiara pada Oktober-November 2023 dengan instrumen penelitian berupa kuesioner yang berisi 48 pertanyaan untuk mengetahui adaptasi pascapandemi COVID-19 terhadap anak-anak dengan gangguan neurologis dan neurodevelopmental. Data disajikan dalam N dan persentase serta rerata dan standar deviasi (jika terdistribusi normal) atau median dan nilai minimum-maksimum (jika tidak terdistribusi normal).
Hasil
Jumlah subjek yang terlibat adalah 125 orang, yang didominasi oleh ibu (85,6%), dengan median (min-maks) usia anak 7 (2-17) tahun, dan diagnosis anak didominasi oleh epilepsi (58,3%). Setelah pandemi, sebanyak 54,4% responden mengalami kesulitan layanan kesehatan dalam aspek waktu tunggu rawat jalan dan 56,8% melaporkan adanya perbaikan dalam masalah medis. Mayoritas hubungan anak dengan keluarga adalah baik ketika sebelum dan selama pandemi (48,8%) serta setelah pandemi (49,6%). Terkait hubungan anak dengan teman, selama pandemi, hampir separuh anak tidak melakukan kontak dengan teman-teman mereka (44,8%), tetapi sekarang, mayoritas anak telah kembali bermain secara langsung (62,4%). Terkait perubahan perilaku pascapandemi, sebanyak 43,2% melaporkan relatif sama saja. Sementara terkait masalah yang dihadapi oleh orang tua, pengasuh, dan keluarga dalam penanganan anak, 40,8% menyatakan bahwa tidak ada kesulitan dalam menangani anak-anak mereka setelah pandemi. 
Kesimpulan
Adaptasi pascapandemi COVID-19 memberikan dampak pada layanan kesehatan, perkembangan medis anak, perubahan perilaku, dan hubungan dengan teman terhadap anak-anak dengan gangguan neurologis dan neurodevelopmental, meskipun sebagian besar hubungan keluarga tetap baik, dan sebagian besar orang tua melaporkan tidak adanya perubahan signifikan dalam situasi kerja atau tidak ada kesulitan yang dihadapi dalam menangani anak.

Introduction
The World Health Organization has declared the COVID-19 pandemic over, so children with neurological and neurodevelopmental disorders need to adapt again. Therefore, research on post- pandemic adaptation related to health services, the development of children's medical problems, children's relationships with family and friends, children's behavior, and problems faced by parents, caregivers, and families in treating children needs to be carried out to design interventions and policies that support them in facing similar situations in the future.
Method
This research is a cross-sectional study on parents or caregivers of patients at the Children's Neurology Polyclinic RSCM Kiara in October-November 2023 with a research instrument in the form of a questionnaire containing 48 questions to determine post-COVID-19 pandemic adaptation for children with neurological and neurodevelopmental disorders. Data are presented in N and percentage as well as mean and standard deviation (if normally distributed) or median and minimum-maximum values (if not normally distributed).
Results
The number of subjects involved was 125 people, dominated by mothers (85,6%), with a median (min-max) child age of 7 (2-17) years, and the child's diagnosis was dominated by epilepsy (58,3%). After the pandemic, 54,4% of respondents experienced health service difficulties regarding outpatient waiting times, and 56,8% reported improvements in medical problems. Most children's relationships with their families were good before and during the pandemic (48,8%) and after (49,6%). Regarding children's relationships with friends, during the pandemic, almost half of children had no contact with their friends (44,8%), but now, most children have returned to playing in person (62,4%). Regarding changes in post-pandemic behavior, 43,2% reported that it was relatively the same. Meanwhile, regarding the problems parents, caregivers, and families faced in handling children, 40,8% stated there were no difficulties managing their children after the pandemic.
Conclusion
Post-pandemic COVID-19 adaptation has had an impact on health services, children's medical development, changes in behavior, and relationships with friends for children with neurological and neurodevelopmental disorders; although most family relationships remain good, and most parents report no significant differences in a work situation, or there are no difficulties faced in dealing with children.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jason Alexander Tjoa
"Latar Belakang
Tremor merupakan gangguan neurologis dengan prevalensi tinggi, tetapi masih sering terjadi misdiagnosis akibat kurangnya pengetahuan sejak masa mahasiswa kedokteran. Pengetahuan dapat dipengaruhi juga oleh tingkat pendidikan dan jenis kelamin. Penelitian terkait ini pada kalangan mahasiswa kedokteran di Indonesia masih terbatas.
Metode
Penelitian ini membuat kuesioner Indonesian Medical Students' Tremor Knowledge Questionnaire (IMSTK-Q) dan menguji validitas serta reliabilitasnya pada 80 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dengan Corrected- Item Total Correlation dan Cronbach’s Alpha. Kuesioner yang telah diuji disebar ke 184 mahasiswa FKUI pada Juni-Agustus 2024 untuk menilai pengetahuan tentang tremor. Perbedaan skor pengetahuan berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan dianalisis menggunakan uji Independent T-test atau Mann-Whitney U test dan hubungan dengan tingkat pengetahuan diuji dengan Chi-Square atau Fisher’s exact test.
Hasil
IMSTK-Q dianggap valid dan reliabel dengan Corrected-Item Total Correlation >0.3 dan Cronbach's α 0.834. Dari 184 mahasiswa, 83 (45.1%) memiliki tingkat pengetahuan yang cukup, 50 (27.2%) memiliki tingkat pengetahuan yang baik, 35 (19.0%) memiliki pengetahuan yang rendah, 8 (4.35%) memiliki pengetahuan yang baik sekali, dan 8 (4.35%) memiliki pengetahuan yang sangat rendah. Dari 63 (34.2%) mahasiswa laki-laki dan 121 (65.8%) mahasiswa perempuan, tidak ada perbedaan skor dan hubungan yang signifikan pada tingkat pengetahuan terhadap tremor (p=0.248). Perbedaan skor dan hubungan yang signifikan ditemukan pada 82 (44.6%) mahasiswa Klinik yang mendapatkan skor yang lebih tinggi daripada 102 (55.4%) mahasiswa Preklinik (p=0.000).
Kesimpulan
Kuesioner ini terbukti valid dan reliabel. Pengetahuan mahasiswa FKUI mengenai tremor tergolong cukup, dengan perbedaan yang signifikan antara mahasiswa Klinik dan Preklinik, tetapi tidak berdasarkan jenis kelamin.

Introduction
Tremor is a neurological disorder with a high prevalence, but misdiagnosis still occurs frequently due to a lack of knowledge among doctors since medical school. Knowledge can also be influenced by education level and gender. Research on this topic among Indonesian medical students is still limited.
Method
This study developed the Indonesian Medical Students' Tremor Knowledge Questionnaire (IMSTK-Q) and tested its validity and reliability on 80 students from the Faculty of Medicine, University of Indonesia (FMUI), using Corrected-Item Total Correlation and Cronbach’s Alpha. The validated questionnaire was distributed to 184 FMUI students from June to August 2024 to assess their knowledge of tremor. Differences in knowledge scores based on gender and education level were analyzed using the Independent T-test or Mann-Whitney U test, while associations with knowledge levels were evaluated using the Chi-Square or Fisher’s exact test.
Results
IMSTK-Q was considered valid and reliable with Corrected-Item Total Correlation >0.3 and a Cronbach's α of 0.834. Out of 184 students, 83 (45.1%) had an adequate level of knowledge about tremor, 50 (27.2%) had good knowledge, 35 (19.0%) had a low knowledge, 8 (4.3%) had level of knowledge, and 8 (4.35%) had very low knowledge. From the 63 (34.2%) male students and 121 (65.8%) female students, no significant differences in scores or associations with knowledge levels were found (p=0.248). Significant differences were found among 82 (44.6%) clinical students who had better scores and knowledge levels compared to 102 (55.4%) preclinical students (p=0.000).
Conclusion
The questionnaire proved to be valid and reliable. FKUI students' knowledge of tremor is considered adequate, with significant differences between clinical and preclinical students but not between genders.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library