Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
New York: John Wiley & Sons, 1997
R 616.85 HAN
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Rasmussen, Paul R.
Washington, DC: American Psychological Association, 2005
616.89 RAS p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Weni Oktaviani
"Interpretasi karya sastra yang berkaitan dengan psikologi mengarah pada kajian kejiwaan tokoh dalam sebuah karya sastra. Pendekatan sastra maupun pendekatan psikologi digunakan untuk mengkaji lebih dalam latar belakang karakter dan gejala kejiwaan yang dialami tokoh. Film Mideunaiteu mengisahkan aksi penyerangan yang dilakukan Do-shik terhadap korbannya. Penelitian ini membahas bagaimana fenomena kejiwaan Do-shik yang dilihat sebagai seseorang dengan Antisocial Personality Disorder melalui perjalanan kehidupan tokoh yang diuraikan dalam struktur naratif film Mideunaiteu. Teori sekuen Schmitt dan Viala serta bagan fungsional transformasi Greimas digunakan untuk membedah struktur naratif serta menguraikan perjalanan kehidupan tokoh Do-shik. Kemudian pendekatan psikologi Antisocial Personality Disorder dengan kriteria dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disoder Fifth Edition digunakan untuk menganalisis fenomena kejiwaan tokoh Do-shik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tokoh Do-shik memiliki tujuh kriteria Antisocial Personality Disorder yang menjadi dasar atas tindakan penyerangan Do-shik terhadap tokoh lain, yaitu tidak mengikuti norma sosial, tipu daya, impulsif, mudah marah dan agresif, mengabaikan keselamatan diri sendiri dan orang lain, tidak bertanggung jawab, serta kurangnya rasa penyesalan.

Literature interpretations related to psychology focus on studying the psychology of the characters in the literature. The literary and psychological approaches are used to study more deeply the background and psychological symptoms of the characters. Mideunaiteu tells the story of Do-shik's attack on his victim. This study discusses how Do-shik's psychological phenomena are seen as someone with Antisocial Personality Disorder through Do-shik’s life journey described in the narrative structure of the Mideunaiteu. Schmitt and Viala's sequence theory and the Greimas transformation functional table are used to explain the narrative structure and life journey of Do-shik. Then the psychology approach of Antisocial Personality Disorder with criteria from the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder Fifth Edition is used to analyze the psychological phenomena of Do-shik's character. The results of this study indicate that Do-shik has seven criteria for Antisocial Personality Disorder which are the basis for Do-shik's attacks on other characters, that is not failure to conform to social norms, deceitfulness, impulsivity, irritability and aggressiveness, reckless disregard for safety of self or others, irresponsibility, and lack of remorse."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Petrin Redayani Lukman
"Gangguan kepribadian ambang (GKA) merupakan gangguan jiwa dengan dampak psikososial yang bermakna dan umumnya lebih sulit ditata laksana dibandingkan dengan gangguan psikiatri lainnya. Sebagian besar Peserta Program Pendidikan Spesialis Kedokteran Jiwa (PPDS-KJ) menyatakan sulit melakukan psikoterapi pada pasien GKA dan belum ada metode pengajaran psikoterapi psikodinamik yang khusus dan terstruktur untuk kasus GKA. Tujuan penelitian adalah menghasilkan Modul Pendidikan Psikoterapi Psikodinamik untuk kasus GKA (PP-GKA) beserta instrumen untuk mengevaluasi hasil pembelajaran PPDS-KJ setelah mengikuti modul pada domain pembelajaran kognitif, afektif, dan psikomotor. Penelitian dilakukan pada Januari–Desember 2023 di sembilan institusi pendidikan psikiatri di Indonesia menggunakan mixed method kualitatif dan kuantitatif dengan desain exploratory sequential, terdiri dari tahap pengembangan modul, pengembangan instrumen evaluasi, dan uji efektivitas modul. Penelitian ini juga mengadaptasi Kuesioner Kirkpatrick level 1 untuk mengevaluasi reaksi peserta terhadap modul. Pengembangan modul dan instrumen dilakukan secara saksama melalui tahapan focus group discussion, survei Delphi, diskusi panel ahli, uji validasi isi modul dan instrumen, serta uji reliabilitas instrumen dengan narasumber dari kalangan PPDS-KJ, psikiater, ahli psikoterapi, dan staf pengajar psikoterapi dari institusi pendidikan psikiatri di Indonesia. Modul yang dihasilkan bersifat valid (S-CVI/Ave = 1), berbentuk pembelajaran daring dengan durasi 12 kali pertemuan. Penelitian juga menghasilkan instrumen evaluasi hasil belajar berupa 50 butir soal pilihan ganda, rubrik penilaian formulasi psikodinamik (RP-FP), dan rubrik penilaian praktik psikoterapi psikodinamik (RP-PPGKA). RP-FP dan RP-PPGKA juga valid (S-CVI/Ave RP-FP = 0,981, RP-PPGKA = 1) dan reliabel (ICC RP-FP = 0,879, RP-PPGKA = 0,727). Uji efektivitas modul dengan pre-test post-test control group design dilakukan kepada 33 orang PPDS-KJ semester 6–7 dari sembilan institusi pendidikan PPDS-KJ di Indonesia yang direkrut berdasarkan stratified random sampling. Berdasarkan hasil analisis instrumen soal pilihan ganda, RP-FP, RP-PPGKA, dan Kuesioner Kirkpatrick level 1 versi Indonesia, Modul Pendidikan PP-GKA efektif memberikan perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor serta mendapatkan reaksi yang positif dari peserta. Modul Pendidikan PP-GKA dapat diimplementasikan pada pendidikan PPDS-KJ di Indonesia sebagai panduan pengajaran dan membantu meningkatkan kompetensi PPDS-KJ dalam melakukan psikoterapi psikodinamik untuk kasus GKA di Indonesia.

Borderline personality disorder (BPD) is a mental disorder with significant psychosocial impacts and is difficult to manage compared to other psychiatric disorders. The majority of psychiatry residents in Indonesia stated that it was difficult to carry out psychotherapy on BPD patients and that there was no specific and structured psychodynamic psychotherapy teaching method for BPD cases. The aim of this study is to produce a Psychodynamic Psychotherapy Module for BPD cases (PP-BPD) along with the instruments to evaluate the residents’ learning outcomes in the cognitive, affective and psychomotor learning domains after receiving the module. The research was conducted in January–December 2023 at nine psychiatric educational institutions in Indonesia using mixed qualitative and quantitative methods with a sequential exploratory design, consisting of module development stages, evaluation instruments development, and module effectiveness testing. This study also adapted the Kirkpatrick Questionnaire level 1 to evaluate participants' reactions to the module. The development of the module and instruments was carried out carefully through the stages of focus group discussions, Delphi surveys, expert panel discussions, content validation testing of the module and scales, as well as inter-rater reliability testing of the scales with psychotherapy experts and teaching staff as participants. The resulting module, in the form of online learning with a duration of 12 meetings, is valid, (S-CVI/Ave = 1). The learning outcomes evaluation instruments were 50 multiple choice questions, Psychodynamic Formulation Competency Assessment scale (PF-CAS), and a Practical Competency Assessment Scale (PC-CAS) for psychodynamic psychotherapy for BPD. PF-CAS and PC-CAS were valid (S-CVI/Ave PF-CAS = 0.981, PC-CAS = 1) and reliable (ICC PF-CAS = 0.879, PC-CAS = 0.727). The module effectiveness test with a pre-test post-test control group design was carried out on 33 PPDS-KJ students in semesters 6–7 from nine psychiatric educational institutions in Indonesia who were recruited based on stratified random sampling. Analysis of the multiple choice exam, PF-CAS, PC-CAS, and Kirkpatrick Questionnaire level 1 Indonesian Version showed that the PP-BPD Education Module was effective in inducing changes in cognitive, affective and psychomotor aspects and received positive reactions from participants. The PP-BPD Education Module can be implemented in resident education in Indonesia as a teaching guide and to help improve residents’ competency in conducting psychodynamic psychotherapy for BPD cases in Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ipnu R. Nugroho
"Pernah ketemu kan sama orang yang tadinya sedih, tiba-tiba mendadak jadi bahagia dan sebaliknya sedih lagi dalam waktu yang cepat. Bipolar adalah sejenis gangguan suasana hati yang kadang bisa sangat bahagia, namun terkadang juga bisa sangat jauh dari kebahagiaan. Sayang, saat itu saya yang merasa masih awam akhirnya berusaha mencari tahu tentang bipolar. Saya berusaha menggali lebih banyak lagi tentang bipolar. Saya membaca banyak sekali buku psikologi dan berbagai buku seputar mindfulness untuk mencari tahu berbagai hal tentang bipolar.
Gangguan bipolar, menurut National Institute of Mental Health (NIMH), adalah gangguan otak yang ditandai dengan perubahan suasana hati, energi, dan tingkat aktivitas. Penderita bipolar mengalami perubahan suasana hati yang berubah-ubah dan cenderung meledak-ledak. Hal ini tidak hanya terdapat pada perubahan hati yang biasa dirasakan oleh para perempuan ketika sedang mengalami menstruasi.
bipolar juga dikenal sebagai depresi manik. ini adalah gangguan mood atau suasana hati yang membawa suasana hati seseorang ke dua fase yaitu tinggi dan rendah terkadang seseorang bisa sangat bahagia namun ada kalanya orang tersebut bisa sangat sedih atau depresi.
Buku ini menjabarkan gejala-gejala bipolar dan bagaimana mengusahakannya untuk dalam kontrol. Apakah orang dengan gejala bipolar bisa sembuh? Apakah wajib seorang bipolar untuk mengunjungi psikolog/psikiater? Bagaimana kita sebagai orang biasa menghadapi mereka yang menunjukkan gejala bipolar? Apakah bipolar ini sangat mengganggu? Temukan jawabannya di dalam buku ini."
Yogyakarta: Psikologi Corner, 2022
616.895 IPN b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Hidayanti
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang gangguan kepribadian yang dialami tokoh Renardet dalam cerpen La Petite Roque karya Guy de Maupassant. Gangguan kepribadian yang dimaksud adalah gangguan kepribadian ambang, yang ditandai dengan ketidakstabilan hubungan interpersonal, citra diri dan afek serta impulsivitas yang nyata. Dengan pendekatan psikologi sastra dan cerpen La Petite Roque sebagai sumber data, dalam penelitian ini dianalisis perilaku dan perkataan Renardet yang dihubungkan dengan kriteria gangguan kepribadian ambang. Penelitian ini menemukan bahwa sikap dan perkataan tokoh Renardet menunjukkan kesesuaian dengan enam kriteria gangguan kepribadian ambang. Penemuan ini menunjukkan cerminan ilmu psikologi yang berkembang pada abad XIX dalam karya sastra.

ABSTRACT
This researh is focused on personality disorder suffered by Renardet in La Petite Roque , a short story by Guy de Maupassant. The personality disorder in this research is borderline personality disorder, which characterized by a persistent pattern of of instability of interpersonal relationships, self image, affects, and real impulsivity. Using psychological approach and La Petit Roque as corpus, i analyse Renardet s behavior and words related with Borderline Personality Disorder. The result shows that Renardet s behavior and words matches with 6 criteria of Borderline Personality Disorder. This shows reflections of psychology in nineteenth century and its relations with literary works."
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Salwa Rahmah Arrayya
"Dalam praktiknya manga sering digunakan sebagai wadah untuk menunjukkan fenomena sosial yang beredar di masyarakat Jepang. Salah satu fenomena yang kehadirannya sangat dekat dengan pembaca adalah kondisi rumah tangga tempat mereka tumbuh. Dalam tumbuh kembangnya, orang tua memegang tanggung jawab besar dalam pembentukan kepribadian anak. Namun, tidak jarang juga terdapat faktor lain yang mempengaruhi gaya asuh dari orang tua ke anak. Salah satu fenomena yang menarik adalah pola pengasuhan narsistik dalam rumah tangga yang mempengaruhi kondisi psikis anak di masa depan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pola-pola gaya asuh narsistik yang dilakukan oleh Seiko Osabe dan dampak dari perbuatan tersebut kepada kemampuan perkembangan mentalitas tokoh Seiichi. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis teks melalui dialog antar tokoh dalam panel manga, lalu dianalisis dengan teori psikoanalisis sosial milik Karen Horney. Dari hasil analisis ditemukan bahwa: 1) tindakan narcissistic parenting yang Seiko Osabe lakukan merupakan dorongan dari kebutuhan neurotiknya, 2) kurangnya andil pasangan (ayah) dalam peran pengasuhan anak mendorong pengasuhan narsistik yang dilakukan oleh Seiko Osabe, 3) Seiichi berhasil memutus generational trauma yang diturunkan ibunya.

In its daily practice, manga is often used as a platform to show social phenomena circulating in Japanese society. One of the phenomena that brings readers closer to the characters is the household conditions in which they grow up. In their personal growth and development, parents hold a great responsibility in shaping the child's personality. However, it is not common for there to be other factors that influence the parenting style from parents to children. One interesting phenomenon is narcissistic parenting patterns in households that affect children's psychological conditions in the future. This research aims to identify the patterns of narcissistic parenting style practiced by Seiko Osabe and the impact of these actions on the ability to develop Seiichi's mentality. The method that will be used in this research is text analysis through dialogue between characters in manga panels, then analyzed with Karen Horney's social psychoanalysis theory. From the analysis, it is found that: 1) Seiko Osabe's narcissistic parenting actions are driven by her neurotic needs, 2) the lack of a partner's (father's) participation in the role of parenting encourages narcissistic parenting by Seiko Osabe, 3) Seiichi managed to break the generational trauma passed down by his mother."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jacinta Fransisca Rini
"Pola asuh orang tua memiliki peran penting dalam membentuk kepribadian seorang anak. Bagaimana orang tua mengasuh anak banyak dipengaruhi oleh pengalaman pribadi di masa Ialu yang membentuk karakter dan kepribadiannya.
Para orang tua berinteraksi dengan anak dan kedekatan yang terjalin antara mereka amat mempengaruhi persepsi anak terhadap dirinya. Orang tua yang menunjukkan sikap dan tindakan abusive, otoriter, menanamkan rasa malu dan bersalah pada anak sejak dini, merupakan umpan balik yang negatif dan dipersepsi sebagai penolakan yang disebabkan kekurangan dan kelemahan dirinya.
Orang tua yang abusive, dikatakan menerapkan aturan secara kaku disertai hukuman yang menyiksa. Siksaan yang dialami oleh seorang anak, tidak hanya menimbulkan trauma secara fisik (mengalami hambatan perkembangan Fisik dan intelectual), tapi juga secara psikis karena ia akan hidup dalam ketakutan, kemarahan, kebencian, kesedihan, kecemasan, keputusasaan dan ketidakberdayaan atas perlakuan orang tua yang tidak adil. Semua pengalaman emosional yang traumatis dalam kehidupan bersamanya dengan orang tua dapat mendorong berkembangnya gangguan kepribadian paranoid di masa selanjutnya.
Pada umumnya, penderita gangguan kepribadian paranoid dikatakan oleh para ahli, memiliki orang tua yang abusive. Menurut DSM IV, gangguan kepribadian paranoid bam menampakkan manifestasinya di awal masa dewasa.
Masalahnya, manifestasi gangguan kepribadian paranoid di masa dewasa mempengaruhi seluruh aspek kehidupan individu tersebut, termasuk kehidupan berkeluarga. Sikap dan perilaku individu paranoid akan mempengaruhi pola asuh dan interaksinya baik dengan anak-anak maupun pasangan. Penelitian ini menemukan, bahwa pola asuh yang negatif di masa Ialu tidak hanya mempengaruhi pembentukan karakter individu, namun mempengaruhi cara individu tersebut mendidik dan mengasuh anaknya sendiri di masa selanjutnya.
Penelitian ini menemukan adanya pola-pola yang sama seperti yang terdapat pada generasi sebelumnya, seperti dalam pemilihan pasangan, cara berinteraksi dengan pasangan, cara interaksi dan pengasuhan terhadap anak. Terlihat dalam penelitian ini bagaimana gangguan kepribadian paranoid yang dialami subyek utama penelitian, menyebabkan distimgsi pada keluarga, seperti yang dialami pula dalam keluarga asalnya dahulu. Hal yang membedakan adalah adanya intervensi penanganan terhadap gangguan kepribadian paranoid serta sikap positif yang ditunjukkan pihak keluarganya sendiri (bukan keluarga asal) terhadap subyek utama penelitian ini yang membawa pengamh terhadap pengembalian fungsi keluarga ke arah yang lebih baik.
Penelitian yang bersifat generasional ini pada dasarnya menarik untuk dipelajari dan dilakukan penggalian secara lebih dalam terhadap seluruh anggota keluarga agar dapat menemukan mata rantai yang jelas antara karakter, sikap dan perilaku orang tua terhadap persoalan kejiwaan dan kepribadian yang dialami anggota keluarga yang Iain. Saran yang dapat diberikan bagi peneliti selanjutnya, agar penelitian selanjutnya benar-benar bisa mencari dan menemukan informasi dari anggota keluarga Iain, baik dad satu generasi maupun antar generasi agar lebih bisa mengenali pola-pola yang nampak, yang dapat memberikan pengaruh baik positif maupun negatif pada pembentukan kepribadian seseorang."
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emilya Kusnaidi
"Dewasa ini, prevalensi penderita gangguan kepribadian ambang diperkirakan terus meningkat pada populasi orang dengan gangguan jiwa. Individu dengan gangguan kepribadian ambang memiliki ketidakstabilan citra diri yang berdampak pada hubungan interpersonal. Hal ini membuat pasien dengan gangguan kepribadian ambang memiliki komorbiditas dengan gangguan jiwa lain, dan diasosiasikan dengan peningkatan risiko bunuh diri, gangguan fungsi menetap, hingga pengobatan intensif jangka panjang yang membebankan masyarakat. Hingga saat ini di Indonesia belum ada penelitian yang membahas tentang gambaran citra diri pada pasien dengan gangguan kepribadian ambang. Penelitian ini merupakan studi kualitatif. Subjek yang dilibatkan adalah pasien dengan gangguan kepribadian ambang yang berobat jalan di Poliklinik Jiwa Dewasa RSCM. Subjek dipilih dengan cara purposive sampling. Dari hasil wawancara mendalam pada 4 subjek didapatkan adanya gambaran citra diri yang berangkat dari citra diri yang kurang baik. Seluruh subjek mengatakan bahwa citra diri mereka saat ini berhubungan dengan pengalaman masa kecil yang tidak menyenangkan, dan dapat menjelaskan hubungannya dengan sudut pandang subjek. Sebagian subjek mengatakan ada faktor lain yang berkontribusi dalam konstruksi citra diri yang mereka rasakan, yakni terapi dan pandangan orang lain terhadap diri subjek. Pengalaman yang tidak menyenangkan masa kecil tersebut merupakan pencetus dan dikorelasikan dengan kondisi gangguan saat ini serta kekurangan pribadi yang mereka rasakan. Sebagian besar subjek mengatakan bahwa pengalaman tersebut memilki dampak positif dan negatif terhadap mereka yang membuat adanya perubahan pada citra diri.

Nowadays the prevalence of people with mental disorders is estimated to continue to increase in the population of individuals with mental illnesses. Individuals with borderline personality disorder have an unstable self-image which impacted interpersonal relationship. This makes patients with the disorders have comorbidities with other mental disorders such and is associated with an increased risk of suicide, permanent dysfunction, to intensive treatment that burdens society. Up to now, in Indonesia, there has been no research that discusses the picture of self-image in patients with borderline personality disorder. Therefore, researchers will look for a description of childhood experiences and self-image in patients with borderline personality disorder. This research is a qualitative study. The subjects involved were patients with borderline personality disorder who were in an outpatient clinic at RSCM. Subjects were selected by purposive sampling. From the results of in-depth interviews on 4 subjects, it was found that their self-image departed from a bad self-image. All subjects said that their current self-image was related to unpleasant childhood experiences, and could explain the relationship with each subject's point of view. Some of the subjects said that other factors contributed to the construction of the self-image they felt, namely therapy and other people's views of the subject. These adverse childhood experiences were the triggers and correlated with the current state of the disorder and the personal shortcomings they felt. Most of the subjects said that the experience had both positive and negative impacts on those who made changes to their self-image."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library