Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Chairil Anwar Adjis
Abstrak :
Tawuran telah menjadi kebiasaan sehari-hari kalangan anak muda Jakarta. Di antara kasus tawuran di Jakarta, salah satunya adalah tawuran antar geng di Mallbog yang terjadi hampir setiap tahun. Pada tahun 2002, tawuran antar geng berubah menjadi tawuran antar warga Mallbog. Penulis berminat melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui bagimana sejarah- tawuran di Mallbog dan gambaran terjadinya tawuran antar geng di Mallbog.
Untuk mengumpulkan data, penulis memakai teknik wawancara melalui percakapan intensif. Wawancara memakai pertanyaan tak berstruktur sehingga informan tidak ditempatkan sebagai obyek penelitian tetapi sebagai subyek penelitian. Informan diberi kebebasan berbicara selama masih berada dalam lingkup penelitian. Wawancara dilakukan terhadap beberapa orang anggota geng Five, geng War dan beberapa warga Mallbog.
Sejarah terjadinya tawuran Mallbog dimulai tahun 1985. Sebelum itu, geng War (berlokasi di RW 04) dan geng Five (RW 05) bersahabat dan main bersama. Pertikaian antar mereka dipicu oleh sikap saling mengejek. Kemudian berubah menjadi adu mulut, perkelahian dan tawuran. Dua geng menjadi sensitif satu dengan lainnya. Akibatnya tawuran sering terjadi.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat beberapa tahapan tawuran antar geng di Mallbog. Tahapan pertama yaitu "tahap pendahuluan". Terdapat dua realitas sosial mengapa tawuran menjadi pilihan dalam menyelesaikan konflik: yaitu tradisi dan dendam. Tahapan kedua adalah "tahap titik didih" atau "tahap eskalasi". Titik didih muncul ketika ada pemicu dari geng Five yang kemudian dibesar-besarkan oleh geng War. Selanjutnya, kedua geng memilih waktu pada malam hari bulan puasa dengan alasan: a. kebiasaan dan b. Malam hari bulan puasa memiliki arti "malam panjang". Tahapan ketiga adalah "tahap konflik terbuka". Terdapat dua realitas konflik terbuka yaitu: a. Tawuran antar geng Five dan War; b. Tawuran antar warga di Mallbog. Tahapan keempat adalah "tahap peredaan konflik". pada tahapan ini aparat keamanan datang dan menenangkan suasana. Aparat melakukan razia dan pihak pemerintahan memanggil perwakilan geng War dan geng Five agar menanda-tangani kesepakatan untuk tidak mengulangi tawuran.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T10642
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Fardhan Zaka Ramzy
Abstrak :
ABSTRAK
Sebagai kota dengan populasi terpadat di Indonesia, DKI Jakarta masih menghadapi masalah perkelahian massal atau yang dikenal dengan istilah tawuran. Belum selesai dengan tawuran warga, etnis dan tawuran antar sekolah, saat ini berkembang tawuran berbasis teritori yang diinisiasi oleh geng pemuda. Fenomena ini muncul sebagai respon atas tekanan sosial wilayah perkotaan, serta hasil interaksi antara lingkungan sosial dengan individu pelaku tawuran. Adapun penelitian kualitatif-deskriptif ini menguraikan determinan perilaku dari tawuran pemuda yang salah satunya terjadi secara pasang dan surut di wilayah RW X Kelurahan Lestari nama disamarkan . Studi yang membagi penyebab perilaku agresi ini kedalam faktor internal dan eksternal, juga menggambarkan adanya hubungan di antara faktor-faktor tersebut. Dengan informan yang terdiri dari kelompok orang tua pemuda, perangkat pengendali sosial setempat serta pemuda itu sendiri, hasil studi menunjukkan beberapa peranan lingkungan sosial komunitas justru memungkinkan dan mengekalkan proses sosialisasi perilaku agresi diantara pemuda RW X. Inisiasi kegiatan perubahan terencana secara holistik direkomendasikan sebagai upaya revitalisasi geng pemuda dan pemberdayaan pemuda di tingkat komunitas yang berkelanjutan.
ABSTRACT
As the highest population density in Indonesia, The Special Capital Region of Jakarta still facing with the mass fight problems. Not yet completed with the citizen, ethnic and student fight problems, there is another fight who initiated by the youth gang. This phenomenon emerged as the result of social pressure and the interaction of social environment between the youth. This qualitative descriptive research explains the determinants of aggressive behavior which up and down occur in Lestari sub district area. The study that divides the cause of aggressive behavior into the internal and external factors, also portray the interrelationship between the two factors. With the informant that consist of parents, local stakeholders, and the youth, this study has shown the roles of the social environment which enables and perpetuates the socialization of aggressive behavior among the youth. A comprehensive social intervention that covering all these factors are recommended to revitalize the youth gang and actuating the idea of sustainable community empowerment.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library