Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

"Latar belakang: Aspergillus adalah jamur saprofit di alam dan mudah terhirup ke dalam saluran napas. Pada pasien dengan gangguan sistem imun, Aspergillus dapat menimbulkan gangguan kesehatan, termasuk penyakit aspergilosis paru invasif (API). Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah penyebab COVID-19 yang dapat mengganggu imunitas lokal saluran napas. Kondisi tersebut memudahkan Aspergillus melakukan invasi ke jaringan paru dan menyebabkan COVID- 19-associated pulmonary aspergillosis (CAPA). Deteksi galaktomanan (GM) serum dapat membantu diagnosis CAPA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan GM serum pasien COVID-19 dengan kejadian CAPA. Metode: Penelitian potong lintang ini dilaksanakan pada Agustus 2022-Juni 2023. Data GM serum diperoleh dari Laboratorium Parasitologi Klinik FKUI, sedangkan data klinis dan radiologis pasien COVID-19 diperoleh dari salah satu rumah sakit swasta di Jakarta. Analisis statistik dilakukan untuk mencari hubungan GM serum dengan diagnosis CAPA. Hasil: Proporsi hasil GM serum positif didapatkan pada 24 (43,6%) dari 55 pasien COVID-19 yang diteliti. Dari 22 pasien probable CAPA, penyakit penyerta terbanyak adalah hipertensi (51,7%), diikuti IMT overweight (77,27%). Gejala klinis terbanyak adalah batuk (95,45%), demam (86,36%) dan sesak napas (68,18%). Faktor risiko CAPA belum dapat ditentukan dalam penelitian ini. Hasil GM serum tidak menunjukkan hubungan secara statistik dengan kejadian CAPA. Kesimpulan: Deteksi GM serum pada 55 pasien COVID-19 menunjukkan hasil positif 43,6%. Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan antara GM serum dengan kejadian CAPA.

---

Background: Aspergillus, a ubiquitous saprophytic fungus, is easily inhaled into the respiratory tract. In patients with impaired immune systems, Aspergillus can cause health disorders, including invasive pulmonary aspergillosis (IPA). Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) is the cause of COVID-19, which can disrupt local airway immunity. These conditions make Aspergillus easier to invade lung tissue and cause COVID-19-associated pulmonary aspergillosis (CAPA). Serum galactomannan (GM) detection can support the diagnosis of CAPA. This study aimed to determine the relationship between the serum GM of COVID-19 patients and the diagnosis of CAPA. Methods: This cross-sectional study was conducted in August 2022-June 2023. Serum GM data were obtained from the Clinical Parasitology Laboratory FMUI, while clinical and radiological data of COVID-19 patients were obtained from a private hospital in Jakarta. Statistical analysis was conducted to determine the relationship between serum GM and CAPA diagnosis. Results: The proportion of positive serum GM results was found in 24 (43.6%) of the 55 COVID-19 patients studied. Furthermore, of the 22 probable CAPA patients, the most comorbid disease were hypertension (51.7%), followed by overweight BMI (77.27%). The most clinical symptoms were cough (95.45%), fever (86.36%) and shortness of breath (68.18%). The risk factors of CAPA could not be determined in this study. Serum GM results showed no statistical association with the incidence of CAPA. Conclusion: Detection of serum GM in 55 COVID-19 patients showed a positive result of 43.6%. There was no association between serum GM and CAPA events in this study."

"Latar belakang: Diagnosis aspergilosis paru invasif (API) cukup sulit dilakukan karena karakteristik klinis dan hasil pencitraan yang tidak spesifik. Biopsi tidak bisa dilakukan karena risiko komplikasi Deteksi antigen galaktomanan (GM) digunakan untuk metode noninvasif karena sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi, namun mahal dan jarang tersedia. Uji imunodifusi (IDT) bisa menjadi alternatif karena lebih murah dan mudah, namun perlu diketahui akurasi IDT pada pasien terduga API. Tujuan: Mengetahui nilai diagnostik IDT dibandingkan terhadap deteksi GM dalam mendiagnosis API. Metode: Pengumpulan serum dilakukan di Laboratorium Departemen Parasitologi FKUI sejak Oktober 2019—Oktober 2020 pada pasien terduga API yang berasal dari berbagai rumah sakit di Jakarta. Serum diperiksan menggunakan IDT dan deteksi GM. Metode IDT menggunakan antigen crude Aspergillus buatan Laboratorium Departemen Parasitologi FKUI, sedangkan deteksi GM menggunakan kit PlateliaTM (Bio-Rad, Prancis). Hasil: Sebanyak 92 sampel serum pasien diuji. Proporsi hasil deteksi GM dan IDT berturut-turut sebesar 31.5% dan 42.4%. Hasil menunjukkan bahwa sensitivitas dan spesifisitas IDT berturut-turut sebesar 33.33% dan 69.81%. Selain itu, rasio kemungkinan positif dan negatif berturut-turut sebesar 1.10 dan 0.95. Nilai duga positif dan negatif serta akurasi berturut-turut sebesar 44.83%, 58.73%, dan 54.35%. Tidak ada beda proporsi IDT terhadap deteksi GM (P>0.05) Simpulan: Nilai diagnostik IDT sama dibandingkan terhadap deteksi GM.

---

Background: The diagnosis of invasive pulmonary aspergillosis (API) is quite challenging because of non-specific clinical characteristics and imaging results. A biopsy cannot be performed because of the risk of complications. Galactomannan antigen (GM) detection is used as a noninvasive method because of its high sensitivity and specificity, but it is expensive and rarely available. Immunodiffusion test (IDT) can be an alternative method, because it is cheaper and easier, but it is necessary to know the accuracy of IDT in patients suspected of API.

Objective: Determine the diagnostic value of Aspergillus IDT compared to GM detection in diagnosing API.

Methods: Serum collection was carried out at the Parasitology Laboratory of FMUI from October 2019-October 2020 in patients suspected of API from various hospitals in Jakarta. The sera were examined using the Aspergillus IDT and GM detection. The IDT method uses crude Aspergillus antigen that was conducted at the Parasitology Laboratory of FMUI, while GM detection uses the PlateliaTM kit (Bio-Rad, France).

Results: A total of 92 patient serum samples were tested. The proportion of detection results for GM and IDT was 31.5% and 42.4%, respectively. The results showed that the sensitivity and specificity of IDT were 33.33% and 69.81%, respectively. Also, the positive and negative likelihood ratios are 1.10 and 0.95, respectively. Positive and negative predictive values and accuracy were 44.83%, 58.73%, and 54.35%, respectively. There was no difference in the proportion of IDT to GM detection (P> 0.05).

Conclusion: IDT diagnostic value is the same as compared to GM detection."

"Antigen galaktomanan diproduksi oleh Aspergillus dan tersedia kit komersial Platelia Aspergillus EIA (Bio-Rad, France) yang dapat digunakan untuk diagnostik aspergilosis paru invasif probable. Beberapa laporan menyatakan bahwa dapat terjadi reaksi silang antara histoplasmosis dan aspergilosis karena baik Aspergillus maupun Histoplasma dapat memproduksi galaktomanan. Hal itu memungkinkan pasien dengan kecurigaan histoplasmosis dapat diduga dengan deteksi galaktomanan menggunakan Platelia Aspergillus EIA. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan, prevalensi, dan korelasi antigen galaktomanan Histoplasma pada pasien dengan hasil pemeriksaan galaktomanan Aspergillus positif. Penelitian ini menggunakan sampel berupa serum koleksi Laboratorium Mikologi Departemen Parasitologi FKUI sejak tahun 2018 hingga awal tahun 2019 dengan hasil pemeriksaan Platelia Aspergillus positif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian serum pasien dengan galaktomanan Aspergillus positif ternyata juga galaktomanan Histoplasma positif dengan prevalensi sebesar 25%. Analisis statistik menunjukkan tidak ada korelasi antara nilai konsentrasi deteksi antigen galaktomanan Histoplasma dengan nilai indeks deteksi antigen galaktomanan Aspergillus. Pada daerah dengan keterbatasan sarana diagnostik histoplasmosis, pemeriksaan Platellia Aspergillus dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis histoplasmosis.

---

Aspergillus produces galactomannan antigens. There is a commercial Platelia Aspergillus EIA kit (Bio-Rad, France) that can be used for diagnostic probable of invasive pulmonary aspergillosis. Some reports state that there can be a cross-reaction between histoplasmosis and aspergillosis because both Aspergillus and Histoplasma can produce galactomannan. This allows patients with suspicion of histoplasmosis to be suspected by galactomannan detection using Platelia Aspergillus EIA. The purpose of this study was to determine the presence, prevalence, and correlation of Histoplasma galactomannan antigens in patients with positive Aspergillus galactomannan. The sample used in this study was a serum collection from the Mycology Laboratory Department of Parasitology FKUI from 2018 until early 2019 with positive Platelia Aspergillus result. The results of this study indicate that the majority of serum patients with positive Aspergillus galactomannan were also positive Histoplasma galactomannan with a prevalence of 25%. Statistical analysis showed that there was no correlation between the concentration of Histoplasma galactomannan antigen with the index of Aspergillus galactomannan antigen. In areas with limited diagnostic facilities for histoplasmosis, Platellia Aspergillus detection can be used to help diagnose of histoplasmosis."

"ABSTRAKGalaktomanan adalah suatu polisakarida yang mengandung Dgalaktosa dan D-mannosa yang meru[>akan serat makanan (dietary fiber) yang mampu menurunkan kadar kolesterol. Umumnya terdapat pada endosperm didalam biji. Sumber galaktomanan berasal dari tumbuhan salah satunya dari famili Palmae. Tanaman kelapa sawit (Eiaeis guinensis jacquin) merupakan salah satu spesies famili Palmae. lsolasi galaktomanan dari daging inti sawit dilakukan berdasarkan cara yang dilakukan oleh Purawisastrsa,dkk (2004) yaitu dengan cara ekstraksi bertingkat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa optimalisasi isolasi galaktomanan diperoleh pada konsentrasi larutan pengekstrak 1 & 2 yaitu larutan NaOH 4 % (b/v) dan NaOH 17% (b/v) & nilai perbandingan volume etanol untuk pengendapan 2:1. lsolat galaktomanan diperoleh dari endapan yang dinetralkan dengan asam sitrat kemudian dikeringkan, dicuci dan dikeringkan kembali, kemudian isolate tersebut diukur pH, kadar residu dan komposisi polisakaridanya. Hasil menunjukkan bahwa isolat galaktomanan dari daging inti sawit berbentuk serbuk coklat, mempunyai nilai pH 7,30 pada konsentrasi 0,4% (b/v) dengan kadar residu natrium 0,018 %, dan mengandung Galaktosa 67,68 %; Mannosa 17,64 %; Fruktosa 9,03% dan 5,65% impurities."