Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Inayah
"ABSTRAK
Kerusakan ginjal pada gagal ginjal terminal bersifat irreversible, sehingga membutuhkan terapi pengganti ginjal, salah satunya adalahhemodialisis HEMODIALISIS . Unit hemodialisa di rumah sakit F Jakarta telah menerapkan terapihemodialisis dengan durasihemodialisis 6-8 jam/minggu, belum sesuai dengan rekomendasi Pernefri 10-12 jam/minggu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran adekuasi dialisis secara kuantitatif dan kualitatif pasien gagal ginjal yang menjalani hemidialisis di rumah sakit F. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan jumlah sampel 100 pasienhemodialisisyang diambil dengan teknik consecutive sampling. Hasil penelitian didapatkan adekuasi dialisis kuantitatif adalah rata-rata Kt/V = 1,417 dan URR 69,72 ; adekuasi dialisis kualitatif adalah rerata albumin 3,49 mg/dl, tekanan darah 145,42/89,44 mmHg, kadar hemoglobin serum 9,03 gr/dl, nilai kalsium 8,22 mEq/L, nilai fosfat 4,81 mg/dl dan lebih dari separuh peningkatan berat badan kategori sedang 61 . Kesimpulan adekuasi dialisis Rumah Sakit F di Jakarta adalah baik. Hasil penelitian ini menyarankan agar melakukan penelitian lanjutan mengenai angka kebertahanan hidup, dan angka kematian, dan angka kunjungan rawat inap yang terjadi pada unithemodialisis Rumah Sakit F Jakarta.

ABSTRACT
The damage of kidney in end stage renal disease patient is irreversible, then replacement kidney therapy is needed which hemodialysis is one of the most frequent as sues therapy. Hemodialysis unit in General Hospital of F Jakarta held hemodialysis with 3 4 hour in each sesion or 6 8 hour in a week. Purpose of this research is founded description of adequacy hemodialysis end stage renal disesasi undergoing hemodialysis in General Hospital F Jakarta. A Descriptive researc with a sampel are 100 sample. The results of this research arethe average of Kt V 1,417, URR 69,72 , albumin 3,49 mg dl, blood pressure 145,42 89,44 mmHg, haemoglobin serum 9,03 gr dl, calcium serum 8,22 mEq L, phosphate serum 4,81 mg dl and more half of interdialysis weight gain in moderate category 61 . The conclusion is hemodialysis adequacy in General Hospital FJakarta is good, and adequacy affected by ureum post dialysis and interdialysis weight gain. Suggestions for future research is to have a new research about survival rate, mortality rate, and inpatient visit to patient in hemodialysis unit General Hospital F Jakarta."
2017
S66910
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Yaruntradhani Pradwipa
"Latar belakang: Hipertensi pulmonal (HP) telah banyak dilaporkan terjadi pada populasi hemodialisis (HD). Namun data mengenai insidensi HP serta bagaimana mekanisme terjadinya masih sangat sedikit. Beberapa faktor risiko dan protektif terjadinya HP telah diidentifikasi melalui studi-studi di mancanegara. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hubungan penggunaan penghambat kanal kalsium dengan kejadian hipertensi pulmonal pada pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis.
Metode: Penelitian potong lintang dilakukan terhadap 100 pasien HD rutin di unit HD RSCM yang sedang mengkonsumsi penghambat kanal kalsium jenis dihidropiridin (nifedipin, amlodipin, felodidpin) 1x sehari per oral selama minimal 1 tahun. Hipertensi pulmonal dinilai dengan menggunakan ekokardiografi doppler yang dilakukan 1 jam pasca HD oleh satu orang operator independen yang tidak mengetahui latar belakang klinis pasien. Selanjutnya dilakukan analisis uji statistik chi square dengan batas kemaknaan < 0.05, serta analisis multivariat dengan regresi logistik antara variabel penghambat kanal kalsium dengan hipertensi pulmonal untuk mendapatkan Crude OR, antara variabel perancu dengan hipertensi pulmonal untuk mendapatkan nilai P < 0.25, dan antara variabel penghambat kanal kalsium dengan variabel perancu untuk mendapatkan fully adjusted OR.
Hasil: Dari 100 subyek penelitian, HP didapatkan pada 27 subjek (27%). Pada kelompok pasien HP, 21 subjek (29.2%) memiliki akses fistula AV di brakial, TAP rata-rata 36 ± 20.6 mmHg, curah jantung ³ 5 l/min sebanyak 13 subjek (28.8%) dengan fraksi ejeksi ³ 50% sebanyak 18 subjek (20.7%). Etiologi PGK terbanyak pada kelompok HP adalah nefropati DM dengan 10 subjek (37%). Setelah dilakukan adjustment dengan disfungsi diastolik ventrikel kiri, fraksi ejeksi dan diabetes melitus sebagai faktor perancu, penggunaan penghambat kanal kalsium berhubungan dengan penurunan risiko terjadinya hipertensi pulmonal (adjusted OR 0.258; IK 95% 0.085 – 0.783; nilai P 0.017).
Kesimpulan: Penggunaan penghambat kanal kalsium berhubungan dengan penurunan risiko terjadinya hipertensi pulmonal pada pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialis.

Background and Aim of Study: Pulmonary hypertension (PH) has been reported in hemodialysis (HD) patients. However data regarding its incidence and mechanism are scarce. Many published journal abroad had been identify the risk and protective factors in this syndrome. This study evaluated the use of Calcium Channel Blocker (CCB) on Pulmonary Hypertension at End-Stage Renal Disease (ESRD) patients who undergo hemodialysis.
Methods: A Cross – Sectional study conducted on hundreds HD patients in RSCM who consumed CCB for at least a year with oral single dose. PH was screened by Doppler echocardiography one hour following dialysis done by one independent operator without knowing clinical background of the patients. Furthermore, statistical analysis was done using chi square and define as significance if the value is <0.05. Moreover, multivariate analysis with logistic regression between CCB and PH variable in order to get Crude OR, between confounder variables and PH in order to get P value < 0.25, and between CCB and confounder variables in order to get fully adjusted OR.
Results: Out of 100 HD patients, PH was detected in 27 patients (27%). Of those with PH, brachial AV shunt was seen in 21 patients (29.2%), mean PAP was 36 ± 20.6 mmHg, and cardiac output ³ 5 l/min was seen in 13 patients (28.8%) with EF ³ 50% seen in 18 patients (20.7%). The common etiology of CKD in group of PH was diabetic nephropathy seen in 10 patients (37%). The used of CCB is associated with lower risk of PH (adjusted OR 0.258; 95% CI 0.085 – 0.783; P value 0.017) after adjusted with variable left ventricular diastolic dysfunction, ejection fraction, and diabetes melitus as confounders.
Conclusion: This study demonstrates that the use of CCB is associated with lower risk of PH in ESRD patients with hemodialysis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanungkalit, Siska Ruthvina
"ABSTRAK
Peresepan dosis hemodialisis meliputi frekuensi, lama waktu hemodialisis dan kecepatan aliran darah. Peresepan dilakukan untuk menghitung pencapaian adekuasi dengan menggunakan rumus Kt/V. Adekuasi hemodialisis berperan penting dalam penilaian keefektifan tindakan hemodialisis yang diberikan kepada pasien gagal ginjal terminal. Penelitian deskritif korelasi dengan pendekatan cross-sectional bertujuan untuk mengetahui hubungan antara frekuensi, lama waktu hemodialisis dan kecepatan aliran darah dengan adekuasi hemodialisis. Pengambilan data diperoleh dari data yang sudah berlangsung retrospektif dari bulan Maret-Mei 2015. Jumlah sampel pada penelitian adalah 96 orang yang ditentukan berdasarkan total sampling. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara frekuensi, lama waktu hemodialisis dan kecepatan aliran darah p=0,008, ?=0,05 dengan adekuasi hemodialisis. Perawat perlu memperhatikan pedoman pengaturan kecepatan aliran darah dalam pencapaian adekuasi hemodialisis.Kata Kunci: Adekuasi, frekuensi, kecepatan aliran darah

ABSTRACT
The prescribing of hemodialysis dose cover the frequency, duration of hemodialysis and quick of blood. Prescribing was conducted to calculate the adequacy outcome by using the formula Kt V. Hemodialysis adequacy has an important role in assesing the effectiveness of hemodialysis actions to patients with end stage of renal disease.Correlation descriptive inquiry through cross sectional aims to know the correlation between frequency, duration of hemodialysis and quick of blood with adequacy hemodialysis. Data collection retrieved from retrospective data from March to May 2015. The number of samples were 96 people who are determinated based on total sampling. The results indicated that there was a significant correlation between the frequency, duration of hemodialysis and quick of blood p 0,008, 0,05 with adequacy of hemodialysis p 0.008 . Nurses need to pay attention to the guidelines of regulation of quick of blood in the outcome of hemodialysis adequacy."
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kiki Hardiansyah Safitri
"ABSTRAK
Gagal ginjal terminal merupakan kerusakan progresif yang terjadi menetap dalam kurun waktu tiga bulan. Gagal ginjal terminal merupakan proses perjalanan penyakit yang komplek yang sebabkan kematian nefron ginjal. Salah satu kematian nefron ginjal disebabkan nefropati obstruksi yaitu obstruksi yang terjadi di saluran kemih atau intra renal sehingga menyebabkan nefropati. Karya tulis ilmiah merupakan laporan praktik residensi keperawatan medikal bedah peminatan perkemihan di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta. Karya ilmiah akhir ini terdiri dari 1 penerapan teori adaptasi Roy; 2 penerapan pemberian ice cube dan kumur-kumur xylithol dengan sensai menthol terhadap penurunan tingkat kehausan pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis; 3 sosialisasi pembentukkan perawat konselor ginjal sebagai proyek inovasi kelompok. Disimpulkan bahwa teori adaptasi Roy tepat digunakan dalam perawatan pasien dengan gangguan sistim perkemihan. Intervensi pemberian ice cube dan kumur-kumur mouthwash dengan sensai menthol dan sosialisasi pembentukkan perawat konselor ginjal dapat diaplikasikan kepada pasien dan perawat untuk meningkatkan kualitas hidup pasien gagal ginjal terminal

ABSTRACT
End stage renal disease is a progressive malfunction that occurs over a period and exceed more than three months. End stage renal disease is a complicated disease progress causing destruction of the renal nephrons. One of the cause of renal nephrons demise is due to obstruction of the nephropathy. Final scientific report is a report that record medical residency process and result of medical surgical nursing student practice in urinary specialization at Fatmawati General Hospital Jakarta. This scientific report consists of 1 the application of Roy 39 s adaptation theory 2 application of ice cube and xylithol mouthwashes with menthol sensitivity to decreased thirst rate of End stage renal disease patients undergoing hemodialysis 3 Initiate and socialized the renal counselor nurses as a group innovation project. It was concluded that Roy 39 s adaptation theory was appropriately used in the care of patients with urinary system disorders. Intervention of ice cube and gargling with menthol mouthwash and nurse counselor initiation and socialization can be applied to patients and there is a need for nurses nurses to improve the quality of life of patients with terminal renal failure"
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Safitrie
"ABSTRAK
Peningkatan jumlah penderita gagal ginjal terminal di Indonesia akan memberikan dampak kepada peningkatan jumlah pasien yang menjalani terapi penggantian ginjal. Pengambilan keputusan terhadap terapi yang akan dipilih merupakan hal yang sangat penting dan dapat memberikan dampak pada kelangsungan hidup pasien selanjutnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali pengalaman pasien dalam pengambilan keputusan untuk melakukan hemodialisis. Desain kualitatif dengan pendekatan fenomenologi melibatkan 7 partisipan yang memenuhi kriteria penelitian. Metode wawancara mendalam dan analisis menggunakan Colaizzi menghasilkan empat tema yaitu 1 persepsi tentang hemodialisis; 2 menjalani hemodialisis dengan adanya support system; 3 kurang mendapatkan informasi spesifik tentang hemodialisis; dan 4 peran tenaga kesehatan pra inisiasi dialisis. Hasil menjelaskan bahwa suatu persepsi dapat mempengaruhi pengambilan keputusan pada pasien akan tetapi adanya dukungan dari berbagai pihak mampu mengubah persepsi tersebut. keterlibatan tenaga kesehatan diharapkan dapat membantu pasien dalam melakukan suatu pengambilan keputusan.

ABSTRACT
The increasing End Stage Renal Disease cases in Indonesia will the straightly impact on the dialysis patients. The decision making process to decide the option therapy yields an essential step for future life. The purpose of this study was to explore the patients experience on dialysis decision making. This study used phenomenology qualitative design approach, 7 participants met the inclusion criteria recruited purposively. In depth interview was used to gather the data. Colaizzi data analysis approach revealed four themes 1 the dialysis perception 2 the support system of dialysis 3 the lack of spesific information and 4 the role of healthcare provider before dialysis initiation. This result showed that the influence of perception on decision making must be considered yet the existing of support system could further change it. It 39 s also emphasises the importance of the healthcare provider involvement in the decision making process."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T49537
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chairul Huda Al Husna
"Hemodialisis adalah terapi pengganti ginjal yang paling banyak diberikan pada pasien Gagal Ginjal Terminal. Kepatuhan pasien hemodialisis terhadap pembatasan cairan merupakan aspek penting dalam meningkatkan kualitas dan angka harapan hidup serta mencegah dampak perburukan dari penyakit. Kepatuhan cairan dapat dipengaruhi berbagai macam faktor baik internal maupun eksternal. Tujuan penelitian: Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan cairan pasien HD di satu RS yang ada di Malang. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Jumlah sampel dalam penelitian 98 responden yang didapatkan dengan tehnik consecutive sampling. Metode pengumpulan data dengan kuesioner dan lembar pengumpulan data. Analisis hasil penelitian menggunakan uji korelasi Pearson dan Spearman dan analisis multivariat menggunakan regresi linier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan kepatuhan cairan adalah: Usia p=0,001 , komplikasi p=0,017 , agreeableness p=0,013 , dan dukungan keluarga p=0,001 . Hasil analisis multivariat didapatkan faktor yang berhubungan paling dominan dengan kepatuhan cairan adalah usia r=0,255.

Hemodialysis is the most widely used renal replacement therapy in patients with End Stage Renal Disease. Fluid adherence of hemodialysis patients is an important aspect in improving quality and life expectancy and preventing the deterioration of the disease. Fluid adherence can be influenced by both of internal and external factors. Objective To analyze factors associated with fluid adherence among HD patients in Malang Hospital. This study used cross sectional design. The number of samples in the study of 98 respondents obtained by consecutive sampling techniques. Methods of data collection with questionnaires and data collection sheets. Analysis of research results used Pearson and Spearman correlation and multivariate analysis with linear regression. The results showed that factors related to fluid adherence were age p 0.001, complications p 0.017, agreeableness p 0.013 , and family support p 0.001 . The result of multivariate analysis found that the most dominant correlated factor with fluid adherence was age r 0,255."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T51090
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ana Khumaeroh
"Pasien dengan Gagal Ginjal Terminal (GGT) membutuhkan terapi pengganti ginjal berupa hemodialisis (HD). Untuk mencapai keberhasilan HD diperlukan kepatuhan pasien terhadap pembatasan cairan. Kepatuhan cairan dapat tercapai saat pasien mampu melakukan penyesuaian diri dengan penyakit GGT dan terapi HD. Penyesuaian diri pasien HD terhadap penyakit GGT dan pembatasan cairan dapat berhubungan dengan penerimaan diri. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui hubungan penerimaan diri dengan kepatuhan pembatasan cairan pasien HD. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan consecutive sampling pada 121 responden. Pengumpulan data dengan kuesioner kepatuhan cairan dan self acceptance scale serta studi dokumentasi. Analisis yang digunakan yaitu Chi-Square dan regresi logistic. Hasil penelitian didapatkan responden yang patuh terhadap pembatasan cairan sebanyak 79,3% dan penerimaan diri sebanyak 78,5%. Hasil analisis didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara penerimaan diri dengan kepatuhan cairan (p=0,024) namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penerimaan diri dengan IDWG (p=0,154). Ada hubungan variabel konfonding lama menjalani HD dengan kepatuhan cairan (p=0,033), variabel konfonding adekuasi HD dengan IDWG (P= 0,011). Namun, pada variabel konfonding lainnya tidak terdapat hubungan signifikan dengan kepatuhan cairan, diantaranya adalah: usia, jenis kelamin, pendidikan dan komorbiditas. Selanjutnya pada analisis multivariat variabel yang paling dominan mempengaruhi kepatuhan cairan adalah penerimaan diri (p=0,006) setelah dikontrol variabel jenis kelamin dan lama menjalani HD serta mampu memprediksi sebesar 21% terhadap kepatuhan pembatasan cairan. Rekomendasi penelitian ini adalah perawat perlu mengidentifikasi serta melakukan upaya meningkatkan penerimaan diri pasien untuk meningkatkan kepatuhan cairan dengan intervensi seperti therapy reality dan terapi berpikir positif. Perawat harus lebih memperhatikan adekuasi HD dan berat badan kering pasien untuk menghindari peningkatan IDWG. Selain itu, rekomendasi untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan instrumen penelitian yang mampu melihat waktu yang dibutuhkan pasien HD untuk mencapai tahap acceptance serta melakukan analisis lanjutan pada hasil penelitian ini tentang kesenjangan hasil antara kepatuhan cairan yang tinggi berdasarkan kuesioner namun mayoritas responden pada IDWG berat.

Patients with End Stage Renal Disease (ESRD) requires a renal replacement therapy in the form of hemodialysis (HD). To achieve success of HD requires patient compliance with fluid restrictions. Fluid adherence can be achieved when the patients is able to adjust to ESRD and HD therapy. Adjustment of patients HD to ESRD and fluid restriction can be related to self acceptance. This study aimed to identify the relationship between self acceptance and fluid adherence in ESRD patients undergoing HD. This study used cross sectional design with consecutive sampling of 121 respondents. Data collection used fluid adherence questionnaires, self acceptance scale and documentation studies. The analysis used chi square and logistic regression. The result showed that 79,3% of respondents had adherence to fluid restriction and 78,5% of them had self acceptance. The analysis result also showed there was a significant relationship between self acceptance and fluid adherence (p=0,024), but no significant relationship between self-acceptance and IDWG (p=0.154). There was significant relationship between confounding variable of the length of time undergoing HD and fluid adherence (p=0.033), adequacy HD and IDWG (p=0,011). However, other confounding variables were not significant relationship with fluid adherence, which were: age, gender, education, and comorbidities. Furthermore, the multivariat analysis found that self acceptance was the most dominant variable affecting fluid adherence (p=0.006) after controlling by variables of the sex and the length of time undergoing HD, which can predicted 21% to fluid adherence. Recommendations for this study are nurses need to identify and make efforts to increase patient self-acceptance to improve fluid compliance with interventions such as reality therapy and positive thinking therapy. Nurses should more attention to HD adequacy and dry weight of the patient to avoid an increase in IDWG. In addition, recommendations for further researchers are expected to use research instruments that are able to see the time needed for HD patients to reach the acceptance stage and carry out further analysis on the results of this study regarding the gap in results between high fluid adherence based on the questionnaire but the majority of respondents on the IDWG severe."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neneng Suryadinata
"Gagal ginjal terminal tergolong penyakit kronik yang mempunyai karakteristik bersifat menetap, tidak bisa disembuhkan dan memerlukan pengobatan dan rawat jalan dalam jangka waktu lama. Umumnya penderita tidak lagi dapat mengatur dirinya sendiri dan biasanya bergantung kepada para professional kesehatan. Kondisi ini menimbulkan perubahan atau ketidakseimbangan biopsikososial penderita Hal ini ditandai oleh gejala-gejala emosi yang ditampilkan seperti kuatir, takut dan cemas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami gambaran stres dan perilaku coping pada penderita gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dan memakai teknik wawancara sebagai metode pengumpulan data utama serta observasi sebagai metode penunjang. Subyek penelitian adalah penderita gagal ginjal terminal yang sudah menjalani hemodialisis lebih dari setahun, masih bekerja, dan pendidikan minimal SLTA. Subyek penelitian terdiri dari dua orang subyek yang menderita gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis. Untuk penelitian ini dipergunakan teori stres dan strategi coping dari Sarafino (1998).
Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan analisis yang dilakukan penulis, dapat disirnpulkan bahwa stresor yang dihadapi kedua subyek berasal Bari penyakit gagal ginjal terminal itu sendiri dan upaya coping yang dilakukan adalah gabungan antara emotion focused coping dan problem focused coping. Proses hemodialisis menuntut coping emotion yang efektif dalam bentuk positive reappraisal, dimana kedua subyek berusaha menciptakan dan mencari makna yang positif dengan mendekatkan diri kepada Tuhan sehingga mampu mengatasi masalah dan situasi yang dihadapi. Proses coping efektif karena adanya dukungan sosial, berupa dukungan emosional (keluarga, teman-teman) dan dukungan instrumental (dana dan jaminan kesehatan).
Gagal ginjal terminal bukan hanya membawa dampak fisiologik pada penderita, tetapi juga menghadapkan masalah psikologis dan psikososial, oleh karena itu peneliti ingin memberikan saran praktis. Kepada penderita agar mereka saling berbagi perasaan, mendengar pengalaman penderita GGT lainnya, mencari informasi dan belajar ketrampilan bare dalam mengatasi masalah, menciptakan rasa positif, dan mempertebal iman. Bagi praktisi kesehatan agar memberikan edukasi dan dukungan psikologis, menyiapkan waku cukup untuk konsultasi, dan menjalin kerjasama dengan sejawat lain. Bagi rumah sakit agar membentuk tim khusus dalam mengelola penderita GGT, menyusun program pembelajaran tentang pengetahuan dasar psikologi bagi para medis, membuat rancangan pertemuan bagi keluarga dan penderita GGTuntuk saling berinteraksi. Bagi lembaga sosial agar berkoordinasi dengan berbagai institusi dalam pengumpulan dana untuk menangani penderitapenderita GGT.
Saran bagi penelitian lanjutan adalah meneliti tentang dukungan sosial pada penderita GGT, karena berperan penting dalam penyesuaian diri penderita GGT dan meneliti kehidupan spiritual pada penderita penyakit kronis lainya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17994
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewiyanti Toding
"Banyak dampak dan perubahan akibat pandemi COVID-19 yang dapat dialami pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis. Hal ini dapat mempengaruhi kepatuhan mereka dalam menjalani proses hemodialisis yang nantinya dapat berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien hemodialisis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi secara mendalam tentang pengalaman pasien yang menjalani hemodialisis di Indonesia di era pandemi COVID-19. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode wawancara mendalam. Partisipan berjumlah 15 orang dari RS Wahidin Sudirohusodo dan RS Universitas Hasanuddin yang dipilih melalui teknik purposive sampling. Terdapat 3 tema yang dihasilkan dalam penelitian ini yaitu munculnya berbagai respon pada awal pandemi, timbulnya berbagai dampak yang dialami selama pandemi, dan adanya strategi koping yang dibangun selama pandemi. Temuan tersebut menunjukkan bahwa pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis telah berupaya untuk membangun strategi koping yang adaptif di era pandemi COVID-19 tetapi mereka tetap memerlukan dukungan dari penyedia layanan kesehatan di unit hemodialisis untuk mengatasi berbagai masalah dan dampak akibat pandemi COVID-19 ini. Perawat hemodialisis diharapkan dapat melakukan pengkajian secara holistik dan evaluasi secara terus menerus agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dalam memenuhi kebutuhan pasien hemodialisis di era pandemi COVID-19 ini.

Many effects and changes due to COVID-19 pandemic experienced by patients with end-stage renal disease undergoing hemodialysis. This can affect their compliance to have hemodialysis treatment that will affect their quality of life. The aim of this study is to deeply explore the experience of patients with end-stage renal disease who were undergoing hemodialysis during COVID-19 pandemic. This study takes qualitative descriptive approach with in-depth interviews. The participants were 3 themes, as: the emergence of various responds in an early pandemic, the effects that were experienced during pandemic and the coping strategy built during the pandemic. These findings showed that patients with end-stage renal disease have been implementing adaptif coping strategy during the pandemic, but they still need a support from the health care providers in the hemodialysis unit to overcome various problems and impacts during COVID-19 pandemic. The role of nurses is needed to conduct holistic assessments and continuous evaluations in order to provide comprehensive nursing care for the needs of hemodialysis patients in this era of the COVID-19 pandemic."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuswinda Kusumawardhani
"Disfungsi seksual merupakan salah satu komplikasi dari penyakit gagal ginjal terminal. Pada pria yang menjalani CAPD, masalah pemenuhan kebutuhan seksual dipengaruhi oleh banyak faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor paling dominan yang mempengaruhi disfungsi seksual pria yang menjalani CAPD. Desain penelitian ini adalah analisis cross sectional dengan jumlah sampel 70 pria CAPD melalui teknik pengambilan sampel purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara usia (p=0,024), ureum (p=0,018), dan albumin (p=0,001) dengan kejadian disfungsi seksual. Faktor yang paling dominan mempengaruhi adalah albumin, dimana pasien yang memiliki kadar albumin < 3,5 g/dL berisiko untuk mengalami disfungsi seksual 9,3 kali lebih besar dibandingkan pasien dengan kadar albumin 3,5-5 g/dL setelah dikontrol oleh variabel usia. Rekomendasi dari penelitian ini adalah asupan protein sebanyak 1,2-1,5 g/kg berat badan setiap hari dengan setidaknya 60% berupa protein dengan nilai biologis tinggi serta evaluasi kemampuan perawatan dan penggantian CAPD di rumah.

Sexual dysfunction is a complication of terminal kidney failure. The problem of fulfilling sexual needs in men undergoing CAPD is influenced by many factors. This study aimed to find out the most dominant factor affecting man sexual dysfunction who undergo CAPD. The design of this study was cross sectional analysis with a sampel of 70 CAPD man using purposive sampling technique. The results showed there was a relationship between age (p=0,0024), urea (p=0,018), and albumin (p=0,001) with the incidence of sexual dysfunction. The most dominant factor affecting is albumin, where patients who have albumin levels < 3.5 g/dL are at risk of experiencing sexual dysfunction 9.3 times greater than patients with albumin levels 3.5-5 g/dL after being controlled by age variables. The recommendation of this study are protein intake of 1.2-1.5 g/kg body weight with at least 60% of protein with high bological value and evaluation of the ability of care and replacement of CAPD at home."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>