Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Rizki Fajar
Abstrak :
ABSTRACT
Permasalahan tentang polusi udara dan kebutuhan energi merupakan fenomena yang dihadapi oleh banyak negara, termasuk di dalamnya Indonesia. Pertumbuhan kendaraan bermotor di Indonesia tahun 2012-2016 mencapai 8,19. Kendaraan roda dua mendominasi kepemilikan kendaraan bermotor di Indonesia sebesar 81,33 dari total pada tahun 2016. Karena permasalahan kebutuhan energi dan polusi udara maka dibutuhkan sumber energi lain berupa bioethanol. Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisa terhadap dampak penggunaan fuel grade bioethanol dan zat aditif Oxygenate Cyclohexanol sebagai campuran bahan bakar pada Brake Power yang dihasilkan oleh mesin injeksi 125cc. Penelitian menggunakan engine dynamometer, dengan metode pengambilan data dari putaran mesin 3000-8500 RPM. Campuran bahan bakar yang digunakan adalah E0, E5, E10, dan E15 beserta tambahan aditif ke dalam campuran gasoline dan fuel grade bioethanol. Dari studi didapatkan hasil campuran bahan bakar paling optimum adalah E15 yang dapat meningkatkan rata-rata daya 1,49 atau 0,08 kW dari E0. Maksimum Brake Power yang dihasilkan ada pada campuran E15 dan minimum Brake Power pada E15 dengan tambahan zat aditif Oxygenate Cyclohexanol.
ABSTRACT
The problem of air polution and energy demand is faced by many countries, including Indonesia. The growth of motor vehicles in Indonesia in 2012 2016 reached 8.19. Motorcycle dominates motor vehicle ownership in Indonesia by 81,33 of total in 2016. Due to problem of energy demand and air polution other energy resources are needed in the form of bioethanol. The purpose of this research is to analyze the effect of Oxygenate Cyclohexanol as an additive substance to the 125cc engines brake power using a mixture of gasoline and fuel grade bioethanol as the fuel. This research using engine dynamometer, with data retrieval method from engine rotation 3000 8500 RPM. The fuel mixtures that used are E0, E5, E10, and E15 along with additional additive to the gasoline and fuel grade bioethanol mixture. From the study, the most optimum fuel mixture is E15 which can increase brake power average of 1.49 or 0.08 kW from E0. Maximum brake power that engine generates is from E15 mixture and minumum from E15 with additional Oxygenate Cyclohexanol additive substance.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idwandi Fedori
Abstrak :

Berdasarkan arahan dari pemerintah melalui Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, mengeluarkan Permen ESDM No.12/2015 mengenai pemanfaatan Bioetanol (E100) sebagai campuran BBM diproyeksikan akan mencapai 5% pada tahun 2020 dan 20% pada tahun 2025 khususnya pada bidang transportasi. Perlu dilakukan penelitian yang akan dicari nilai Research Octane Number (RON) paling optimal sebagai dasar untuk menentukan kombinasi persentase fuel grade bioetanol dengan bahan bakar yang telah tersedia di pasaran. Fokus utama penelitian ini yaitu optimasi unjuk kerja mesin empat langkah bervolume 150cc dengan bahan bakar bioetanol menggunakan engine control module (ECM). Dalam penelitian ini pengujian mesin dilakukan dengan bantuan engine dynamometer test dimana mesin terpasang pada perangkat dyno. Bahan bakar yang digunakan dalam penelitian ini merupakan bahan bakar campuran antara bensin oktan 88 dengan ethanol bervolume 40% sampai 60% (E40, E50 dan E60). Hasil uji dari campuran bahan bakar tersebut memilki tren naik dikarenakan nilai oktan yang juga naik. Namun kenaikkan pada hasil uji masih belum maksimal, upaya optimasi menggunakan Engine Control Module (ECM) keluar menjadi solusi tanpa harus mengubah spesifikasi atau komponen yang ada pada mesin. Percobaan yang dilakukan menggunakan ECM yaitu dengan mengubah derajat pengapian dan durasi injeksi pada mesin. Pengubahan pada perangkat Engine Control Module bertujuan untuk mendapatkan hasil performa yang lebih baik. Hal ini berdasarkan karakter mesin yang diubah titik pengapiannya akan mengakibatkan bahan bakar yang terbakar akan semakin banyak. Dari fenomena tersebut, daya dan torsi yang dihasilkan akan semakin tinggi. Pengujian emisi dilakukan menggunakan AVL Compact Diagnostic System. Hasil pengujian emisi menunjukkan pembakaran yang mendekati stoikiometri yaitu ketika kadar karbon dioksida dan nitrogen oksida maksimum, sedangkan kadar karbon monoksida dan hidrokarbon minimum. Berdasarkan hasil penelitian, bahan bakar campuran yang menghasilkan torsi dan daya maksimum yaitu Bensin RON 88 E40 dengan pengaturan pengaturan ignition timing +8°bTDC dan injection duration -10%. Specific fuel consumption mencapai minimum pada bahan bakar Bensin RON 88 E60 dengan pengaturan ignition timing +8°bTDC dan injection duration -10%. Kadar karbon dioksida dan nitrogen oksida mencapai maksimum pada bahan bakar Bensin RON 88 E40 dengan pengaturan ignition timing +8°bTDC dan injection duration -15% serta pengaturan ignition timing +8°bTDC dan injection duration -10%. Sedangkan kadar karbon monoksida mencapai nilai minimum pada Bensin RON 88 E50 pengaturan ignition timing +8°bTDC serta injection duration -15% dan hidrokarbon mencapai minimum pada Bensin RON 88 E60 pengaturan ignition timing +4°bTDC serta injection duration -10%.

 


Based on appeals from the government through the Minister of Energy and Mineral Resources Regulation, ESDM Regulation No.12 / 2015 regarding the use of Bioethanol (E100) as a gasoline fuel mixture is projected to reach 5% in 2020 and 20% in 2025 especially in the transportation sector. Mixing fuel grade bioethanol with gasoline fuel will increase the Research Octane Number (RON) value. Research needs to be done to find the value of the most optimal Research Octane Number (RON) value will be sought as a basis for determining the percentage combination of fuel grade bioethanol with gasoline fuels that are already available on the market. The main focus of this thesis is to optimize the performance of a 150cc engine with bioethanol fuel using Engine Control Module (ECM). In this research, the performance test is done by using the engine dynamometer test where the engine is attached to the dynamometer components. The fuel that are used in this research is a mixture between RON 88 gasoline and bioethanol with 40% - 60% volume (E40, E50, and E60). The performance from this mixture has an increase because of the mixtures octane number is also increase. But that result still not reach the optimum value. A solution using Engine Control Module (ECM) is carried out because we can optimize the engine without changing any parts or specification. The performance test using the Engine Control Module (ECM) is done by changing the ignition angle and the injection duration. The final result in this research consist of power, torque, specific fuel consumption (SFC), and exhaust gas emissions. Emission testing is carried out using the AVL Compact Diagnostic System. The results of emission tests show that the combustion approaching stoichiometry is when the levels of carbon dioxide and nitrogen oxides are maximum, while the levels of carbon monoxide and hydrocarbons are minimum. Based on the results of the research, a gasoline-bioethanol fuel mixture that produces maximum torque and power is RON 88 E40 Gasoline with ignition timing +8°bTDC and injection duration of -10%. Specific fuel consumption reaches a minimum in RON 88 E60 Gasoline with ignition timing +8°bTDC and -10% injection duration. The levels of carbon dioxide and nitrogen oxides reach maximum in RON 88 E40 Gasoline with ignition timing +8°bTDC and injection duration -15% and ignition timing +8°bTDC and injection duration -10%. While the levels of carbon monoxide reach a minimum in RON 88 E50 Gasoline with ignition timing +8°bTDC and injection duration -15%, and hydrocarbons reach a minimum in RON 88 E60 with ignition timing +4°bTDC and injection duration -10%.

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Hamzah Syafiq
Abstrak :
Dalam rangka mengurangi ketergantungan terhadap BBM, pemerintah melalui Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, mengeluarkan Permen ESDM No.12/2015 mengenai pemanfaatan Bioetanol (E100) sebagai campuran BBM diproyeksikan akan mencapai 5% pada tahun 2020 dan 20% pada tahun 2025 khususnya pada bidang transportasi. Pencampuran fuel grade bioetanol dengan bahan bakar minyak akan meningkatkan nilai Research Octane Number (RON) dari bahan bakar. Namun, bahan bakar campuran tersebut akan memiliki total nilai kalor yang lebih rendah. Sehingga, diperlukan adanya modifikasi dari mesin agar dapat berfungsi dengan optimal. Engine Control Module digunakan untuk mengubah pengaturan pada mesin khususnya dari segi ignition timing dan injection duration. Melalui penelitian ini, akan dicari nilai Research Octane Number (RON) yang paling optimal sebagai dasar untuk menentukan kombinasi persentase fuel grade bioetanol dengan bahan bakar yang telah tersedia di pasaran. Selain itu, penelitian ini akan memberikan pengaturan Engine Control Module yang paling optimal sehingga didapatkan unjuk kerja mesin yang terbaik dengan kadar emisi yang memenuhi standar. Sebelum melakukan pengujian unjuk kerja dan emisi, bahan bakar campuran akan diuji karakterisasi yaitu Research Octane Number (RON) dan densitas berdasarkan standar ASTM D 2699 dan ASTM D 4052. Pengujian unjuk kerja dilakukan dengan menggunakan AVL Engine Dynamometer untuk mengetahui besaran torsi, daya, dan specific fuel consumption yang dihasilkan pada kecepatan putar mesin 3500, 5000, 6500, dan 8000 RPM. Mesin dioperasikan dalam keadaan bukaan throttle penuh (wide-open throttle) untuk mendapatkan unjuk kerja maksimum yang dihasilkan mesin. Pengujian emisi gas buang yang dihasilkan juga diperhatikan agar tetap memenuhi kriteria Euro-4 yang telah diterapkan di Indonesia. Pengujian emisi dilakukan menggunakan AVL Compact Diagnostic System. Pengaturan ignition timing dan injection duration memengaruhi unjuk kerja dan emisi yang dihasilkan oleh mesin. Hal tersebut berpengaruh terhadap proses pembakaran dan perbandingan campuran udara dengan bahan bakar. Efek yang dihasilkan yaitu peningkatan unjuk kerja mesin (torsi, daya, dan specific fuel consumption). Sedangkan hasil pengujian emisi menunjukkan pembakaran yang mendekati stoikiometri yaitu ketika kadar karbon dioksida dan nitrogen oksida maksimum, sedangkan kadar karbon monoksida dan hidrokarbon minimum. Berdasarkan hasil penelitian, bahan bakar campuran yang menghasilkan torsi dan daya maksimum yaitu Bensin RON 90 E40 dengan pengaturan pengaturan ignition timing 28°bTDC dan injection duration -10%. Specific fuel consumption mencapai minimum pada bahan bakar Bensin RON 90 E60 dengan pengaturan ignition timing 28°bTDC dan injection duration -10%. Kadar karbon dioksida mencapai maksimum pada bahan bakar Bensin RON 90 E50 dengan pengaturan ignition timing 28°bTDC dan injection duration -15%. Kadar karbon monoksida dan nitrogen oksida mencapai optimum pada Bensin RON 90 E60 pengaturan ignition timing 28°bTDC serta injection duration -10% serta pada Bensin RON 90 E40 dengan pengaturan ignition timing 28°bTDC dan injection duration -15%. Sedangkan kadar hidrokarbon mencapai minimum pada Bensin RON 90 E50 dengan pengaturan ignition timing 24°bTDC dan injection duration -10%. ......In order to reduce dependence on gasoline fuel, the government, through the Minister of Energy and Mineral Resources Regulation, issued ESDM Regulation No.12 / 2015 regarding the use of Bioethanol (E100) as a gasoline fuel mixture is projected to reach 5% in 2020 and 20% in 2025 especially in the transportation sector. Mixing fuel grade bioethanol with gasoline fuel will increase the Research Octane Number (RON) value. However, the gasoline-bioethanol fuel mixture will have a lower total heating value. Thus, modifications are needed from the engine to function optimally. Engine Control Module is used to change parameters on the engine especially in terms of ignition timing and injection duration. Through this research, the most optimal Research Octane Number (RON) value will be sought as a basis for determining the percentage combination of fuel grade bioethanol with gasoline fuels that are already available on the market. Besides, this research will provide the most optimal Engine Control Module parameters so that the best engine performance with emission levels that meet the standards is obtained. Before conducting performance and emission testing, the sample of gasoline-bioethanol fuel mixture will be tested for characterization in terms of Research Octane Number (RON) and density based on ASTM D 2699 and ASTM D 4052. Performance tests are carried out using the AVL Engine Dynamometer to determine the amount of torque, power, and specific fuel consumption resulting in engine rotational speeds of 3500, 5000, 6500 and 8000 RPM. The engine is operated in wide-open throttle to get the maximum performance generated by the engine. Examination of the resulting exhaust emissions is also considered to continue to meet the Euro-4 criteria that have been applied in Indonesia. Emission testing is carried out using the AVL Compact Diagnostic System. The ignition timing and injection duration settings affect the engine's performance and emissions. This affects the combustion process and the air-fuel ratio (AFR). The effect is an increase in engine performance (torque, power, and specific fuel consumption). The results of emission tests show that the combustion approaching stoichiometry is when the levels of carbon dioxide and nitrogen oxides are maximum, while the levels of carbon monoxide and hydrocarbons are minimum. Based on the results of the research, a gasolinebioethanol fuel mixture that produces maximum torque and power is RON 90 E40 Gasoline with ignition timing 28°bTDC and injection duration of -10%. Specific fuel consumption reaches a minimum in RON 90 E60 Gasoline with ignition timing 28°bTDC and -10% injection duration. The levels of carbon dioxide reach maximum in RON 90 E50 Gasoline with ignition timing 28°bTDC and injection duration -15%. The levels of carbon monoxide and nitrogen oxide reach optimum in RON 90 E60 Gasoline with ignition timing 28°bTDC and injection duration -10% and in RON 90 E40 Gasoline with ignition timing 28° bTDC and injection duration -15%. While the levels of hydrocarbon reach minimum in RON 90 E50 Gasoline with ignition timing 24°bTDC and injection duration -10%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library