Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reny Dwi Wijayanti
Abstrak :
IPv6 sebagai protokol internet generasi mendatang, diharapkan dapat menjadi teknologi IP masa kini dan mendatang untuk mengatasi segala keterbatasan, hambatan yang dihadapi dalam pengembangan dan penerapan layanan baru. Konvergensi sejauh mungkin ke arah teknologi yang berbasis IP sudah tidak dapat dihindari lagi. Dengan ruang alamat sebesar 128 bit, maka IPv6 meningkatkan jumlah alamat IP yang tersedia untuk layanan baru. Dalam penerapannya, Ipv4 pada jaringan MPLS harus dapat diintegrasikan dengan IPv6 untuk kemudian ditingkatkan menjadi IPv6. Pada Skripsi ini dilakukan uji coba performansi jaringan MPLS dalam perbandingannya antara IPv4 dan IPv6 untuk aplikasi FTP. Metode yang dilakukan adalah dengan melakukan studi literatur, perancangan dan implementasi kemudian melakukan pengujian. Parameter-parameter uji yang digunakan adalah delay paket, transfer time dan throughput. Dari hasil pengujian didapatkan delay MPLS IPv4 lebih kecil 92.65% - 98.3% dibanding MPLS IPv6, transfer time MPLS IPv4 lebih cepat 95.26% - 105.15% dibanding jaringan MPLS IPv6, dan throughput MPLS IPv4 lebih besar 96.17% - 96.35% dibanding MPLS IPv6.
IPv6, as a next generation Internet Protocol, is promised to be the IP technology present and for the next future in order to overcome all of limitation and problems faced along the development and implementation of such new services. Converging as deep as possible to the new technology based on IP is can not be avoided. With a 128 bit of addressing, IPv6 increasing the amount of IP addressing that needed by new services. On the implementation,, IPv4 over MPLS network must be integrated with IPv6 protocol then it can be increased to the full IPv6 network. In this final project, we doing performance comparison testbed over MPLS network in comparison with IPv4 and IPv6 packet for FTP application. This testbed is done by literature study, design and implementation then evaluating the network. The test parameter is delay packet, transfer time and throughput. The result show that delay MPLS IPv4 92.65% - 98.3% better than MPLS Ipv6. Transfer time of MPLS IPv4 95.26% - 105.15% quicker than MPLS IPv6 and MPLS IPv4 throughput 96.17% - 96.35% higher than MPLS Ipv6.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51420
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suryo Agung Trihasto
Abstrak :
Perkembangan internet yang tumbuh pesat, menyebabkan kebutuhan akan alamat IP semakin tinggi. Keterbatasan IPv4 mendorong penelitian dan pengembangan IPv6 sebagai sebuah solusi jangka panjang terhadap kelangkaan IPv4. Perubahan secara bertahap amat diperlukan untuk menjamin keberlangsungan jaringan internet yang telah ada, untuk itu diperlukan berbagai metode transisi agar perpindahan menuju IPv6 berjalan mulus. Uji coba dilakukan dengan mengirimkan file antara client dan server yang terletak di jaringan yang berbeda pada jaringan test bed. Jaringan test bed ini dibuat dengan menggunakan lima buah PC untuk mewakili kondisi jaringan internet yang sesungguhnya. Penelitian dilakukan pada tiga konfigurasi jaringan test bed, yaitu IPv4 murni, IPv6 murni, metode ISATAP. Dalam skripsi ini konfigurasi IPv4 dan IPv6 digunakan sebagai pembanding terhadap metode ISATAP. Pengujian dilakukan untuk meneliti unjuk kerja dari metode ISATAP. Parameter yang diuji adalah throughput dan latency, sebagai tolak ukur utama dalam memberikan quality of service (QoS) yang baik. Pada pengujian untuk aplikasi file transfer protocol (FTP) didapatkan hasil bahwa metode ISATAP memiliki unjuk kerja yang lebih baik jika dibandingkan dengan IPv4 murni. Perbaikan yang dihasilkan untuk throughput adalah sebesar 16,05 % terhadap IPv4 murni, sementara perbaikan yang dihasilkan untuk latency adalah sebesar 28,54 % terhadap IPv4 murni.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S40089
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ficky Fatturahman
Abstrak :
Persediaan alamat IPv4 semakin menipis. Salah satu solusi untuk mengatasinya adalah Network Address Translation (NAT). Dengan NAT, lebih dari satu host pada jaringan private dapat dihubungkan ke jaringan publik seperti Internet hanya dengan menggunakan satu alamat IP publik. Sementara itu, migrasi menuju teknologi yang lebih maju yakni IPv6 sudah tidak terelakkan. Untuk itu diperlukan suatu mekanisme transisi yang memungkinkan coexistence antara jaringan IPv6 yang akan dibangun dengan jaringan IPv4 yang telah ada, salah satunya adalah dengan tunneling. Pada umumnya, sebagian besar metode tunneling yang ada tidak mendukung jaringan NAT IPv4. Hanya metode tunneling Teredo yang dapat menembus jaringan NAT. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian khusus mengenai kinerja jaringan yang menggunakan tunneling IPv6 Teredo pada aplikasi-aplikasi tertentu, terutama aplikasi yang populer digunakan seperti FTP untuk transfer file antar jaringan. Penelitian yang dilakukan adalah membandingkan kinerja aplikasi FTP server pada jaringan NAT full cone dengan tunneling IPv6 Teredo terhadap jaringan NAT full cone IPv4 murni dan jaringan IPv6 murni pada aplikasi yang sama. Parameter yang dibandingkan adalah latency (s) dan throughput (KBytes/s). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tunneling Teredo memiliki kinerja lebih buruk dari jaringan NAT full cone IPv4 murni dan jaringan IPv6 murni pada aplikasi FTP server , namun demikian, tidak terlampau jauh kinerjanya dari jaringan IPv6 murni pada simulasi jaringan WAN sebenarnya, hanya sedikit lebih buruk dengan range latency lebih besar 7,4 - 28,08 % dan range throughput lebih kecil 2,89 - 16,55 % dari jaringan IPv6 murni, sehingga Teredo cocok digunakan untuk memberikan koneksi IPv6 kepada node jaringan di belakang NAT IPv4 pada periode transisi nanti ketika sebagian besar node telah bermigrasi ke IPv6. ......Availability of IPv4 address has gone thinner. One of the solutions to overcome this problem is Network Address Translation (NAT). NAT can connect one or more hosts in private network to public network like Internet with just one public IP address. Meanwhile, migration process into more advanced technology, which is IPv6, is inevitable. Therefore, we need transition mechanism that can provide coexistence between newly born IPv6 networks with old IPv4 networks, such as is tunneling. Generally, most of available tunneling methods do not provide IPv4 NAT networks. Only Teredo tunneling method can penetrate NAT. Therefore, we need a research to examine Teredo IPv6 tunneling network performance on certain application, mostly on popular application like FTP which can transfer file between networks. The research is comparing FTP server application performance on full cone NAT configured network with IPv6 Teredo tunneling toward pure full cone NAT IPv4 network and pure IPv6 network with the same application. Parameters to be compared are latency (s) and throughput (KBytes). The research done shows that Teredo tunneling performance on FTP application is lower than pure IPv4 full cone NAT network and pure IPv6 network, however, on real WAN simulated network, Teredo performance is only a little bit lower than pure IPv6 network, Teredo latency is higher between 7,4 - 28,08 % than pure IPv6 network and Teredo throughput is lower 2,89 - 16,55 % than pure IPv6 network, so it’s suitable to provide IPv6 connectivity for nodes that is located behind IPv4 NAT in this transition period when most of the node have migrate to IPv6.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40505
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arifin Djauhari
Abstrak :
Faktor kenyaringan suara dalam percakapan telepon merupakan faktor yang sangat penting dalam penentuan kualitas hubungan telepon. Hambatan yang dapat mengurangi nyaringnya suara atau level suara seperti redaman perlu diperhatikan dalam perencanaan teknis jaringan transmisi. Alokasi redaman yang diuraikan pada naskah ini merupakan pendistribusian rugi-rugi (losses) transmisi diantara sederetan sirkit telekomunikasi, dimana untuk setiap sirkit internasional, nasional dan lokal harus memenuhi persyaratan transmisi yang telah direkomendasikan CCITT. Pengalokasian redaman ini dususun sebagai modifikasi rekomendasi CCITT dan menjadi dasar perencanaan teknis (Fundamental Tehcnical Plan) transmisi di Indonesia yang mendefinisikan rencana transmisi dengan sasaran kualitas transmisi yang dihasilkan dan bagaimana cara mencapainya.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Priska Amelia
Abstrak :
Dalam penggunaan radiofarmaka secara klinis, perlu memperhatikan keamanan dan efektivitas dengan pengujian praklinis dan klinis. Pengujian praklinis bertuujuan untuk mengevaluasi potensi toksisitas pada manusia, sementara pengujian klinis dilakukan untuk memvalidasi hasil translasi estimasi dosis dari hewan ke manusia. Proses pengambilan data biokinetika dalam pengujian klinis melibatkan pengukuran pada beberapa titik waktu, yang disebut sebagai Full Time Point (FTP). Namun, pengumpulan data berkali-kali ini tidak efisien. Untuk mengefisiensikan pengambilan data biokinetika tersebut dapat dengan menggunakan metode Single Time Point (STP), yang hanya mengambil satu titik data biokinetika saja dapat merepresentasikan hasil FTP. Telah banyak penelitian untuk STP. Akan tetapi, belum ada penelitian penyederhanaan protokol dosimetri pada model translasi. Sehingga pada penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat akurasi STP pada model terbaik translasi. Penelitian ini menggunakan radiofarmaka 89Zr-Pembrolizumab dan menerapkan pendekatan Bayesian. Nilai TIACs manusia pada FTP hasil translasi menjadi TIACs referensi terhadap hasil STP. TIACs ginjal manusia untuk FTP pada 89Zr-Pembrolizumab yaitu 5.41E-01 ± 1.42E-02 jam. TIACs ginjal manusia yang diperoleh dari hasil simulasi STP akandievaluasi pada visualisasi kurva yang dihasilkan dan pendekatan relative deviation (RD) terhadap TIACs referensi dan RMSE. RD dikatakan baik jika RD < 10%. Visualisasi kurva pada STP pada time point (TP) 1 hampir presisi terhadap kurva FTP dibandingkan dengan TP 2 – TP 4. Dengan variasi FSD baru metode Jackknife, rata-rata RD pada TP 1 pada organ ginjal manusia yaitu 0.49%, TP 2 yaitu 6.56%, TP 3 yaitu 9.16%, dan TP 4 yaitu 24.8%. Temuan dari penelitian ini dapat mengindikasikan bahwa metode STP dengan pendekatan Bayesian mampu memberikan estimasi yang cukup presisi pada TP 1. ......In the clinical use of radiopharmaceuticals, it is necessary to pay attention to safety and effectiveness with preclinical and clinical testing. Preclinical testing aims to evaluate potential toxicity in humans, while clinical testing is carried out to validate the translational results of dose estimates from animals to humans. The process of capturing biokinetic data in clinical testing involves measurements at multiple points in time, referred to as Full Time Point (FTP). However, collecting data multiple times is inefficient. To make biokinetic data collection more efficient, you can use the Single Time Point (STP) method, which only takes one biokinetic data point to represent the FTP results. There has been a lot of research into STP. However, there has been no research on simplifying dosimetry protocols in translational models. So this research aims to analyze the level of STP accuracy in the best translation model. This study used the radiopharmaceutical 89Zr-Pembrolizumab and applied a Bayesian approach. The value of human TIACs in FTP results is translated into reference TIACs for STP results. Human renal TIACs for FTP on 89Zr-Pembrolizumab were 5.41E-01 ± 1.42E-02 hours. Human kidney TIACs obtained from STP simulation results will be evaluated on the resulting graphic visualization and relative deviation (RD) approach to reference TIACs and RMSE. RD is said to be good if RD < 10%. The graphic visualization on STP at time point (TP) 1 is almost precise on the FTP graph compared to TP 2 – TP 4. With the new FSD variation of the Jackknife method, the average RD at TP 1 in human kidney organs is 0.49%, TP 2 is 6.56 %, TP 3 is 9.16%, and TP 4 is 24.8%. The findings from this research may indicate that the STP method with a Bayesian approach is able to provide fairly precise estimates at TP 1.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Yazdi
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S29347
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Nurdin
Abstrak :
GPRS merupakan salah satu solusi untuk pengiriman data selain SMS, GPRS mampu terkoneksi ke jaringan internet dengan kecepatan maksimum 115,2 KBps, kecepatan ini tergantung padatnya jalur data pada BTS dan coverege dari jaringan GPRS, dengan tarif yang semakin murah dan terjangkau membuat GPRS sebagai solusi pengiriman data alternatif, pada skripsi ini GPRS difungsikan untuk mengirim dan menerima data dari halaman WEB, adapun protokol untuk pengiriman data menggunakan protokol FTP, sedangkan protokol yang digunakan untuk menerima data dari server adalah HTTP, FTP digunakan karena lebih efisien dan mudah mengaturnya dalam database.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S29346
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suwega Drestantiarto
Abstrak :
Jaringan Mobile IPv6 mendukung perpindahan mobile node dari titik akses jaringan satu ke titik akses lain tanpa harus memutuskan koneksi. Pada jaringan mobile, perpindahan ini disebut handover yang dibedakan atas vertical handover dan horizontal handover. Untuk mengetahui performa jaringan dengan kedua jenis handover tersebut, dapat diukur beberapa parameter QoS seperti throughput, transfer time, dan delay. Dalam skripsi ini, aplikasi yang digunakan berupa File Transfer Protocol (FTP). Hasil pengukuran membuktikan bahwa throughput mengalami penurunan sebesar 4,14% pada horizontal handover dan mengalami penurunan sebesar 26,25% pada vertical handover; transfer time bertambah sebesar 8,34% pada horizontal handover dan bertambah sebesar 41,49% pada vertical handover; delay bertambah sebesar 8,22% pada horizontal handover dan bertambah sebesar 41,05% pada vertical handover. Secara keseluruhan performa jaringan mobile IPv6 skenario horizontal handover lebih baik daripada vertical handover. ......Mobile IPv6 network supports mobile nodes movement from one location to another within the network without having to disconnect. In mobile networking, the movement is called handover which is divided into vertical handover and horizontal handover. To determine the network performance with both types of handovers, we can measure several QoS parameters such as throughput, delay, and transfer time. In this final paper, application that is used is the File Transfer Protocol (FTP). Measurement results prove that the throughput decreased by 4.14 % in horizontal handover and decreased by 26.25 % in vertical handover; the transfer time increased by 8.34 percent in horizontal handover and increased by 41.49 % in vertical handover; the delay increased by 8.22 % in horizontal handover and increased by 41.05% in vertical handover. Overall, network performance of mobile IPv6 on horizontal handover scenario is better than the vertical handover.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43451
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Salman Al-Farisyi
Abstrak :
Jaringan Mobile IPv6 mendukung perpindahan mobile node dari titik akses jaringan satu ke titik akses lain tanpa harus memutuskan koneksi baik menggunakan vertical handovermaupunhorizontal handover. Untuk mengetahui performa jaringan dapat diukur beberapa parameter QoS seperti throughput, delay, dantransfertimeuntuk aplikasi pengiriman file. Dalam hal ini, aplikasi yang akan dibandingkan adalahFileTransferProtocol (FTP) dan SSH FileTransferProtocol (SFTP). Hasil pengukuran tersebut akan menunjukkan perbedaan antara kedua protocol untuk kemudian dianalisa berdasarkan teorinya masing-masing. Berdasarkan hasil uji coba didapatkan nilai throughput pada protocol FTP lebih besar sebanyak 7.43% dibandingkan SFTP pada vertical handover.Transfertime yang diperlukan SFTP untuk mengirimkan data yang sama akan lebih besar 21.45% dibandingkan saat menggunakan protocol FTP. Sementara delay yang mana pada SFTP besarnya delay lebih besar 17.99% dibandingkan saat melakukan pengiriman file yang sama menggunakan protocol FTP pada vertical handover. Meskipun demikian, protocol SFTP memiliki nilai lebih dari sisi keamanan karena telah mendukung fitur enkripsi. ......Mobile network supports IPv6 mobile node displacement from one network access point to another access point without having to disconnect the connection using either vertical or horizontal handover handover. To find out the network performance can be measured several parameters such as QoS, throughput, delay and transfertime for the application of transferfile. In this case, the application will be compared is a FileTransferProtocol (FTP) and SSH FileTransferProtocol (SFTP). The results of these measurements will show the difference between each protocol to later studied on the basis of itstheory. Based on the results of tests obtained value of throughput on the FTP protocolis 7.43% bettercompared to SFTP on vertical handover.Transfertimewhich SFTP require to send the same data will be greater 21.45% compared to when using the FTP protocol. While delay on SFTP is 17.99% longer compared to when doing the same using FTP on vertical handover. Nevertheless, the SFTP protocol have more value in the security aspect because it has has supported featuresof encryption.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42227
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Liswantriardi
Abstrak :
Tumor neuroendokrin (NET) adalah salah satu jenis tumor ganas yang dapat diobati menggunakan Peptide Receptor Radionuclide Therapy (PRRT). Metode Sum of Exponential (SOE) adalah sebuah fungsi eksponensial yang menjelaskan farmakokinetik dengan laju peluruhan fisis dan biologis. Data fitting metode SOE dan model Nonlinear Mixed Effect (NLME) membutuhkan computational setting seperti starting value yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keakuratan kurva aktivitas yang dihasilkan pada pengaruh pemilihan starting value pada kasus full time point (FTP) dan single time point (STP) menggunakan metode SOE dan model NLME. Penelitian ini terbatas data biokinetik ginjal pada pasien terdiagnosis NETs dan meningioma menggunakan pengobatan PRRT. Proses pengukuran pre-terapi pada 8 pasien menggunakan radiofarmaka 111In-DOTATATE untuk mengetahui biokinetik pasien dengan aktivitas sekitar 140 ± 14 MBq (jumlah total peptida 75 ± 10 nmol) yang diinjeksi secara intravena. Dua tahap dilakukan dalam penelitian ini fitting pada dosimetri FTP dan STP. Fitting FTP menggunakan data biokinetik ginjal pada 5 time point yang berbeda, sedangkan untuk fitting STP hanya pada time point 4 (T4). Parameter yang diestimasi didapat dari fungsi SOE f(t)=A_1 (Ka Ke)/(Ke-Ka) [e^(-(Ka)t)-e^(-(Ke)t) ] terdiri dari absorption rate (Ka), clearance rate (Ke), dan analytical AUC (A_1). Variasi starting value dilakukan untuk seluruh parameter pada STP dengan variasi starting value (STP(v)). Nilai fixed effect pada FTP merupakan sebuah log transformasi. Starting value merupakan hasil eksponensial dari nilai fixed effect. Variasi starting value diberikan dengan pengali dan pembagi dari 1 hingga 10 pada starting value awal. Total fitting yang dilakukan sebanyak 54873 kali dengan FTP sebanyak 1 kali, STP starting value awal (STP(0)) sebanyak 8 kali, dan STP(v) sebanyak 54864 kali. Area Under the Curves (AUCs) yang diperoleh dari hasil simulasi FTP dan STP(0) dievaluasi dengan Relative Deviation (RD). Evaluasi hasil juga dilakukan untuk simulasi STP(v) terhadap FTP. Rata-rata RD STP(0) terhadap FTP untuk organ ginjal sebesar 1.51±0.93%. Sedangkan rata-rata RD STP(v) terhadap FTP untuk organ ginjal sebesar 1.13±1.06%. Kedua evaluasi hasil menunjukkan nilai yang akurat. Kesimpulan pada penelitian ini menunjukkan starting value pada fitting STP memberikan pengaruh dan dapat divariasikan dengan threshold parameter Ka (1.67×10^(-3) s.d. 2.79×10^(-5)) h^(-1), parameter Ke (6.29×10^(-2) s.d. 1.05×10^(-3)) h^(-1), dan parameter A_1 (4.00×10^4 s.d. 1.48×10^3) h^(-1). Range data nilai parameter Ka dan Ke sama dan organ ginjal pasien tidak dapat menyerap dan meluruhkan radiofarmaka secara cepat terlihat pada threshold hanya mencapai V5 (×6). ......Neuroendocrine tumor (NET) is a type of malignant tumor that can be treated using Peptide Receptor Radionuclide Therapy (PRRT). The Sum of Exponential (SOE) method is an exponential function that describes pharmacokinetics with physical and biological decay rates. Data fitting of the SOE method and the Nonlinear Mixed Effect (NLME) model requires computational settings such as a good starting value. This study aims to determine the accuracy of the resulting activity curve on the effect of selecting the starting value in the full time point (FTP) and single time point (STP) cases using the SOE method and the NLME model. This study has limited data on renal biokinetics in patients diagnosed with NETs and meningioma using PRRT treatment. The pre-therapy measurement process in 8 patients used the 111In-DOTATATE radiopharmaceutical to determine the biokinetics of patients with an activity of around 140 ± 14 MBq (total peptide amount of 75 ± 10 nmol) which was injected intravenously. Two stages were carried out in this study fitting the FTP and STP dosimetry. The FTP fitting uses kidney biokinetic data at 5 different time points, while the STP fitting uses only at time point 4 (T4). The estimated parameter obtained from the SOE function f(t)=A_1 (Ka Ke)/(Ke-Ka) [e^(-(Ka)t)-e^(-(Ke)t) ] consists of absorption rate (Ka), clearance rate (Ke), and analytical AUC (A_1). Variation of the starting value is carried out for all parameters at STP with a variation of the starting value (STP(v)). The fixed effect value on FTP is a transformation log. The starting value is the exponential result of the fixed effect value. The variation of the starting value is given with a multiplier and divisor from 1 to 10 at the initial starting value. Total fittings were performed 54873 times with FTP 1 time, STP initial starting value (STP(0)) 8 times, and STP(v) 54864 times. Area Under the Curves (AUCs) obtained from FTP and STP(0) simulation results were evaluated with Relative Deviation (RD). Results evaluation was also carried out for STP(v) simulation against FTP. The mean RD STP(0) to FTP for kidney organs was 1.51±0.93%. Meanwhile, the mean RD STP(v) to FTP for kidney organs was 1.13 ± 1.06%. Both outcome evaluations showed accurate values. The conclusion of this study shows that the starting value of the STP fitting has an influence and can be varied with the threshold parameter Ka (1.67×10^(-3) to 2.79×10^(-5)) h^(-1), parameter Ke (6.29×10^(-2) to 1.05×10^(-3)) h^(-1), and parameter A_1 (4.00×10^4 to 1.48×10^3) h^(-1). The data range of Ka and Ke parameter values is the same and the patient's kidney cannot absorb and clearance radiopharmaceuticals quickly, it can be seen that the threshold only reaches V5 (×6).
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>