Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yosipana Kusnulhuda
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara self-monitoring dengan kualitas pertemanan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Self-monitoring diukur menggunakan Self-Monitoring Scale (Snyder & Gangestad, 1986) sedangkan kualitas pertemanan diukur menggunakan McGill Friendship Questionnaire (Mandelson & Aboud, 2012). Partisipan penelitian ini adalah mahasiswa dengan jumlah 125 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa self-monitoring memiliki hubungan yang negatif dengan kualitas pertemanan (r = -0,165, n = 125, p < 0,05, one tailed). Ini berarti, semakin tinggi tingkatan seseorang dalam melakukan self-monitoring maka akan semakin rendah kualitas pertemanan yang ia miliki.

This research was conducted to find the correlation between self-monitoring and friendship quality. This research used the quantitative approach. Self-monitoring was measured using Self-Monitoring Scale (Snyder & Gangestad, 1986) and friendship quality was measured using McGill Friendship Questionnaire (Mandelson & Aboud, 2012). The partisipant of this research are 125 college student. The result of this research show that self-monitoring have negatif correlation with friendship quality (r = -0,165, n = 125, p < 0,05, one tailed). That is, the higher person level of self-monitoring, the lower friendship quality he/she have.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57364
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suciati Zen Nur Hidayati
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran hubungan antara kualitas pertemanan dengan kesehatan mental pada remaja awal. Pengukuran kualitas pertemanan menggunakan alat ukur Friendship Quality Questionnaire yang disusun oleh Parker dan Asher (1993) dan pengukuran kesehatan mental menggunakan alat ukur yang Mental Health Continuum- Short Form yang disusun oleh Keyes (2002). Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 119 remaja berusia 12-14 tahun yang sedang duduk di bangku kelas 7 dan 8 SMP Kota Depok. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas pertemanan dan kesehatan mental pada remaja (r = 0,184; p = 0,046, signifikan pada L.oS 0,05). Artinya, semakin tinggi kualitas pertemanan maka semakin tinggi pula kesehatan mentalnya. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan 3,38% skor kualitas pertemanan dapat dijelaskan dari skor kesehatan mental.

This study was conducted to get an overview of the relationship between the quality of friendship and mental health among early adolescence. Friendship quality is measured by Friendship Quality Questionnaire constructed by Parker and Asher (1993), and mental health is measured by Mental Health Continuum- Short Form compiled by Keyes (2002). Participants in this research were 119 adolescents,with the age range of 12-14 years old which currently are in the 7th and 8th grade junior high school in Depok. The result showed a significant relationship between friendship quality and mental health in adolescents (r = 0,184; p = 0,046, significant at L.oS 0,05), which mean the higher the quality of friendship, the higher mental health. In addition, the results also showed that 3.38% of friendship quality score can be explained by mental health scores.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59125
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Wayan Pratiwi Dharkanti
"Studi ini bertujuan untuk meneliti tentang tingkat agresi sosial dengan meninjau hubungan antara persepsi terhadap agresi sosial dengan kualitas pertemanan, jenis kelamin, dan usia. Agresi sosial merupakan bentuk kekerasan non fisik yang bertujuan untuk merusak hubungan pertemanan, self-esteem, dan status sosial seseorang. Agresi sosial terdiri dari agresi sosial verbal dan non verbal. Contoh agresi sosial verbal adalah penyebaran rumor, pengucilan, dan manipulasi hubungan pertemanan. Sementara, agresi sosial non verbal meliputi ekspresi wajah dan bahasa tubuh yang negatif.
Pengumpulan data dalam studi ini menggunakan metode kuesioner. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner agresi sosial dan kuesioner kualitas pertemanan. Terdapat 120 partisipan yang terdiri dari 60 laki-laki dan 60 perempuan dalam studi ini. Usia partisipan berkisar antara 11 sampai dengan 20 tahun. Studi ini dilakukan di beberapa lembaga pendidikan golongan ekonomi menengah ke atas di Bogor dan di Jakarta.
Hasil dari studi ini menunjukkan adanya korelasi signifikan antara tingkat agresi sosial dengan dimensi-dimensi kualitas pertemanan yakni keintiman, reliabilitas aliansi, kesetaraan, eksklusivitas, dan konflik. Independent sample t-test sementara itu menunjukkan bahwa tingkat agresi sosial lebih tinggi pada remaja laki-laki dibandingkan dengan remaja perempuan. One way ANOVA menggambarkan bahwa tingkat agresi sosial lebih tinggi pada remaja awal dibandingkan dengan tingkat agresi sosial pada remaja madya ataupun remaja akhir.

The purpose of this study is to examine the rate of social aggression based on friendship quality, gender, and age. Social aggression is defined as a non-physical form of aggression directed toward damaging another's friendship, self-esteem, and social status. Social aggression divided into verbal and non verbal social aggression. Spreading rumors, social exclusion, and friendship manipulation are included as verbal social aggression. Negative facial expression and body language, on the other hand, are classified as non verbal form of social aggression.
This study used social aggression and friendship quality questionnaires to gather the data. There were 120 participants, consisted of 60 boys and 60 girls, involved in this study. The age of the participants ranged from 11 to 20 years old. The study was held in several upper middle class education institutions in Bogor and in Jakarta.
The results showed that there are significant correlations between the rate of social aggression and dimensions of friendship quality which are intimate exchange, reliable alliance, balance of power, exclusivity, and conflict. Meanwhile, independent sample t-test showed that rate of social aggression was higher for boys than for girls. Furthermore, one way ANOVA revealed that the highest rate of social aggression was found in early teenager group as compared to the social aggression rate of middle or late teenager group."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faradiba Jamal
"Tuntutan akademik yang tinggi dan kesulitan integrasi pembelajaran teori dengan praktik membuat mahasiswa keperawatan rentan mengalami stress akademik. Stress akademik mengganggu kondisi fisik, emosi, perilaku, dan kognitif, seperti menurunnya kinerja akademik, depresi, dan keinginan menyakiti diri. Mahasiswa membutuhkan dukungan sosial melalui hubungan pertemanan yang berkualitas sebagai sumber daya koping dalam penanggulan stress yang efektif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kualitas pertemanan dengan tingkat stress akademik pada mahasiswa keperawatan. Penelitian dengan pendekatan cross-sectional pada 242 mahasiswa keperawatan Universitas Indonesia ini menggunakan teknik simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan MFQ dan SLSI dengan uji korelasi Pearson. Penelitian ini telah lolos uji etik fakultas dengan nomor registrasi SK-16/UN2.F12.D1.2.1/ETIK 2021. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara kualitas pertemanan dengan stress akademik mahasiswa keperawatan reguler Universitas Indonesia (p value= 0,702 r= 0,025). Kesimpulan penelitian ini adalah ketidakefektifan kualitas pertemanan sebagai pemberi keamanan emosional dalam penanggulangan stress akademik disebabkan karena penurunan interaksi dan media komunikasi online yang berpotensi pada ketidakpuasan dan kesepian dalam pertemanan. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meninjau faktor kepuasan dalam pertemanan terhadap stress akademik pada populasi lainnya.

High academic pressure and challenges in integrating theoretical and practical learning lead nursing students vulnerable to academic-related stress. Academic stress interferes with physical, emotional, behavioral, and cognitive conditions, such as decreased academic performance, depression, and self-harm. Nursing students require good quality friendships as a coping resource to have effective stress management. The study’s purpose determined the correlation between friendship quality and academic stress levels in nursing student at Universitas Indonesia. The cross- sectional study of 242 participants used simple random sampling techniques using MFQ and SLSI as data collectors with Pearson correlation test. This study has passed the faculty ethics test with registration number SK-16/UN2.F12.D1.2.1/ETIK 2021. The results showed no significant corellation between the quality of friendship and academic stress of undergraduate nursing students of Universitas Indonesia (p value= 0,702 r= 0,025). This study concludes that the ineffectiveness of the quality of friendship as a provider of emotional security in dealing with academic stress is due to a decrease in online interactions and communication media which have the potential to cause dissatisfaction and loneliness in friendships. Further research could find the satisfaction factor in friendships to academic stress in other populations."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nidia Robertina
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara kualitas attachment ayah-anak dan ibu-anak dengan kualitas persahabatan pada remaja madya. Partisipan pada penelitian ini adalah remaja yang berusia 15 hingga 17 tahun, sebanyak 97 partisipan. Kualitas Attachment pada ayah-anak dan ibu-anak diukur dengan alat ukur Inventory of Parent and Peer Attachment yang disusun oleh Armsden dan Greenberg (1987). Kualitas persahabatan diukur dengan alat ukur Friendship Quality Questionnaire dari Parker dan Asher (1989) yang dibagi menjadi dua dimensi, yakni dimensi kualitas persahabatan positif yang terdiri aspek validation and caring, companionship and recreation, help and guidance, intimate exchange, dan conflict resolution, serta dimensi kualitas persahabatan negatif yang memiliki aspek conflict and betrayal. Hasil utama pada penelitian ini menemukan bahwa kualitas attachment ibu-anak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kualitas persahabatan positif dan memiliki hubungan yang signifikan terhadap kualitas persahabatan negatif. Kemudian pada kualitas attachment ayah-anak, ditemukan hasil yang signifikan terhadap dimensi kualitas persahabatan positif, namun tidak signifikan terhadap dimensi kualitas persahabatan negatif.

ABSTRACT
This research aimed to see the relationship between the attachment quality of father-child and mother-child with friendship quality among middle adolescence. The participants of this research were 97 adolescents aged 15 to 17 years old. Attachment quality of father-child and mother-child were measured using Inventory of Parent and Peer Attachment which developed by Armsden and Greenberg (1987). The friendship quality was measured using Friendship Quality Questionnaire developed by Parker and Asher (1989) which consists of two dimensions: positive friendship quality that consisting of aspects validation and caring, companionship and recreation, help and guidance, intimate exchange, conflict resolution; and negative friendship quality that having an aspect conflict and betrayal. The main result of this research found that the attachment quality on mother-child significantly correlated with positive friendship quality and also significantly correlated with negative friendship quality Attachment quality on father-child significantly correlated with positive dimension of friendship quality, but it there is no correlation with negative dimension of friendship quality."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56201
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Nur Kharimah
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbandingan kualitas hubungan pertemanan antara remaja laki-laki dan remaja perempuan serta melihat korelasi antara kualitas hubungan pertemanan dan tingkat depresi pada siswa SMA di wilayah DKI Jakarta. Friendship Quality Scale FQS dan Hopkins Symptom Checklist 25 HSCL-25 digunakan pada penelitian ini untuk mengukur kualitas hubungan pertemanan dan psychological distress dalam bentuk gejala depresi. Responden penelitian ini terdiri dari 746 siswa kelas X SMA yang tersebar di lima kotamadya di Provinsi DKI Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kualitas hubungan pertemanan pada remaja laki-laki dan perempuan, dengan skor kualitas hubungan pertemanan pada remaja perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan remaja laki-laki.
Berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu, pada penelitian ini ditemukan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara kualitas hubungan pertemanan dan tingkat depresi, yang menunjukkan bahwa semakin tinggi kualitas hubungan pertemanan maka akan semakin tinggi pula tingkat depresi, dan begitu sebaliknya. Penelitian lanjutan dinilai perlu dilakukan untuk menggali dinamika hubungan positif antara kualitas hubungan pertemanan dan tingkat depresi.

The aim of this study is to compare friendship quality between boys and girls, and also to investigate whether any correlation between friendship quality and depression among high school students in Jakarta. Friendship Quality Scale FQS and Hopkins Symptom Checklist 25 HSCL 25 are used to measure friendship quality and psychological distress in the form of depressive symptoms. Participants of this study were 746 tenth graders of high school from five urban cities in Jakarta.
The result of the study shows that there is a significant difference of friendship quality between boys and girls, whereas girls tend to be higher than boys. Contradictory with previous studies, the result of this study shows that there is a positive correlation between friendship quality and depression, which means that higher friendship quality correlates with higher depressive symptoms, and vice versa. Future researches are needed to explore the dynamics of positive correlation between friendship quality and depression.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67059
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helvira Novianti Pratiwi
"Fenomena bullying pada anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif cukup menghawatirkan. Hal tersebut dapat disebabkan karena kurangnya keterampilan kerjasama yang dimiliki anak berkebutuhan khusus. Keterampilan kerjasama diasumsikan memiliki hubungan dengan kualitas pertemanan pada anak berkebutuhan khusus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara keterampilan kerjasama dan kualitas pertemanan pada anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif. Penelitian yang bersifat korelasional ini menggunakan sampel anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di sekolah dasar inklusif negeri maupun swasta dengan rentang usia middle childhood atau 6-12 tahun sebanyak 108 partisipan. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Social Skills Improvement System Gresham Elliot, 2008 dan Friendship Quality Questionaire Parker Asher, 1993.
Hasil analisis korelasional keterampilan kerjasama dan kualitas pertemanan menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan. Dengan kata lain, semakin tinggi keterampilan kerjasama anak berkebutuhan khusus, maka akan semakin tinggi pula kualitas pertemanan yang dimiliki. Selain itu, terdapat perbedaan yang signifikan pada keterampilan kerjasama dan kualitas pertemanan berdasarkan jenis kelamin. Hasil analisis menunjukkan bahwa anak perempuan memiliki keterampilan kerjasama dan kualitas pertemanan yang lebih tinggi daripada anak laki-laki. Orang tua dan guru di sekolah dasar inklusif disarankan untuk mengembangkan keterampilan kerjasama guna meningkatkan kualitas pertemanan anak berkebutuhan khusus.

The rate of bullying against children with special needs in inclusive primary schools is highly alarming. Children with special needs are at greatest risk of being bullied because they typically lack of cooperation skills. It is assumed that cooperation skills would determine the quality of friendship in children with special needs.The purpose of this study is to examine whether there is a correlation between cooperation skills and the quality of friendship in children with special needs in in inclusive primary schools. This correlational study used a sample of children with special needs who attend inclusive primary schools. They were in middle childhood, aged 6 to 12 years. In total, 108 participants were involved for this study. Social Skills Improvement System Gresham Elliot, 2008 and Friendship Quality Questionaire Parker Asher, 1993 were used as research instruments.
The findings of this study indicate that there is a positive and significant correlation between cooperative skills and the quality of friendship in children with special needs. In other words, it appears that higher cooperation skills lead to a high quality friendship in special needs children. Moreover, this study found that cooperation skills and the quality of friendship in special needs children would vary significantly by gender. Girls reported to have better cooperation skills, thus having a higher quality of friendship than boys.The results advocate that developing cooperation skills for children with special needs is important because it helps them build friendships in an inclusive environment. They provide an insight to parents and teachers in inclusive primary schools that these cooperations skills should be reinfornced to maintain quality of friendship in children with special needs.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gendis Sekar Pitaloka
"Kualitas pertemanan yang baik merupakan hal penting untuk dimiliki oleh remaja, terutama remaja akhir. Adanya interaksi antara anak dan ayah akan meningkatkan kemampuan anak dalam menjalin hubungan pertemanan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara keterlibatan ayah dan kualitas hubungan pertemanan pada remaja akhir. Dalam penelitian ini, keterlibatan ayah diukur dengan menggunakan alat ukur Nurturant Fathering Scale dan Father Involvement Scale yang dikembangkan oleh Finley dan Schwartz 2004 , sedangkan alat ukur digunakan untuk mengukur kualitas hubungan pertemanan adalah McGill Friendship Questionnaire-Friend 39;s Functions yang dikembangkan oleh Mendelson dan Aboud 2012 . Partisipan penelitian ini adalah remaja akhir berusia 17 hingga 21 tahun N = 635 . Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara keterlibatan ayah dan kualitas hubungan pertemanan pada remaja akhir. Dengan kata lain, semakin tinggi keterlibatan ayah, maka semakin tinggi pula kualitas hubungan pertemanan yang dimiliki.

A good friendship quality is important for adolescence, especially late adolescence. Interaction between father and his children will increase children rsquo s ability to develop friendship. The aim of this study was to examine the relationship between father involvement and friendship quality among late adolescence. In this study, father involvement was measured with Nurturant Fathering Scale and Father Involvement Scale developed by Finley and Schwartz 2004 , meanwhile friendship quality was measured with McGill Friendship Questionnaire Friend 39 s Functions developed by Mendelson and Aboud 2012 . Participants of this study consisted of late adolescence with aged between 17 and 21 years N 635 . This study was a correlational study which was conducted with a quantitative approach. The result of this study showed a positive and significant relationship between father involvement and friendship quality among late adolescence. In other words, the higher the father involvement, the higher their friendship quality is."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeslyn
"Hubungan persahabatan yang baik merupakan sumber dukungan sosial yang penting pada masa eksplorasi di usia emerging adults. Salah satu faktor yang berperan terhadap hubungan persahabatan adalah maternal dan paternal attachment. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan maternal dan paternal attachment dengan kualitas persahabatan emerging adults. Partisipan (N= 218) merupakan emerging adults berusia 18-25 tahun (M= 21,17), berkewarganegaraan Indonesia, memiliki ayah dan ibu yang lengkap, dan memiliki sahabat. Maternal dan paternal attachment diukur menggunakan instrumen Experience in Close Relationship Scale-Relationship Structures, dan kualitas persahabatan diukur dengan McGill Friendship Questionnaire-Friends’ Function. Hasil penelitian ini menemukan bahwa avoidance maternal (r(-0,255)<0,001, p<0,01) dan paternal (r(-0.168)= 0.006; p<0.01) attachment berkorelasi negatif dengan kualitas persahabatan. Sementara itu, anxiety maternal dan paternal attachment ditemukan tidak berkorelasi dengan kualitas persahabatan. Hal ini menandakan bahwa avoidance attachment dengan ayah dan ibu berhubungan dengan hubungan dekat individu di usia emerging adulthood dengan sahabat yang tercermin dari kualitas persahabatan.

Best friends are an important source of social support for emerging adults during their exploration phase. One important factor that plays a role towards best friendship are maternal and paternal attachment. This research aims to know the relationship between maternal and paternal attachment and best friendship quality in emerging adults. The participants (N= 218) are emerging adults aged 18-25 (M= 21,17) who have best friends, Indonesian, and both parents are still alive. Maternal and paternal attachment are measured using Experience in Close Relationship Scale-Relationship Structures, whilst best friendship quality is measured using McGill Friendship Questionnaire-Friends’ Function. The result found a significant negative correlation between avoidance maternal (r(-0,255)<0,001, p<0,01) and paternal (r(-0.168)= 0.006; p<0.01) attachment with best friendship quality. Meanwhile, the result found no significant correlation between anxiety maternal and paternal attachment and best friendship quality. This result indicates that there is a relationship between avoidance parental attachment and friendship quality in emerging adults."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library