Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Naufal Ghifari Rahmat
"Material plastik sudah menjadi salah satu bagian penting bagi manusia karena memiliki sifat elastis yang tinggi, mudah dibentuk, dan ringan sehingga mempermudah manusia dalam berbagai kepentingannya. Namun, produksi massal yang berlebihan dan selalu bertumbuh secara eksponensial untuk memenuhi kebutuhan pasar tanpa pengelolaan yang baik dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, mengganggu habitat makhluk hidup, hingga memicu bencana alam karena sifatnya yang sulit mengalami terdegradasi secara alami. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah menggunakan metode pirolisis untuk memecah rantai karbon pada limbah plastik sehingga mudah diproses secara alami bahkan dapat menjadi konversi energi menjadi bentuk lainnya. Pada penelitian ini dilakukan studi pengaruh penambahan zeolit pada sampel limbah plastik berbasis polipropilen untuk mengetahui perubahan nilai energi aktivasi jika dibandingkan dengan reaksi pirolisis polipropilen murni. Metode isokonversional dalam bentuk metode Friedman dan Flynn-Wall-Ozawa digunakan untuk mengetahui nilai energi aktivasi proses pirolisis sebelum dan sesudah penambahan zeolit.

Plastics materials have been an integral part in peoples daily life due to their high elasticity, formability and lightweight which are suitable for many products. However, exponentially growth of plastics waste leads to heavy environmental problems due to the plastics nature which is not easily degradable. One of solution to alleviate environmental problems due to plastics waste is to use pyrolysis method to burn plastics waste and convert them into lighter hydrocarbon which can be used as a source of energy. In this final project, the addition of zeolite catalyst in pyrolysis process of Polypropilene plastic waste has been studied in the terms of energy activation. Isoconversional Friedman and  Flynn-Wall-Ozawa methods were used. It wa found that the addition of zeolite of 10 % w/w can reduce the activation energy around 40 kJ/mol."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chriscavin Jitas Putra
"Nyeri adalah efek yang dihasilkan dalam keadaan sadar ketika rangsangannya sampai di otak dimana rangsangan berasal dari impuls saraf yang dihasilkan oleh rangsangan berbahaya. Analgesik adalah sekelompok golongan obat yang berperan dalam meredakan rasa sakit. Penemuan jamu oleh Rd Soenarto Mertowardojo pada tahun 1899 bahwa Pala (Myristica fragrans), Cengkeh (Syzygium aromaticum) dan Jahe merah (Zingiber officinale Rubrum)dapat digabungkan dan diramu sebagai jamu penurun ketegangan  saraf. Jamu penurun ketegangan saraf dibuat dengan metode reflux selama 90 menit dilanjutkan dengan dekoksi hingga volume mencapai 125 mL. Terdapat 3 dosis jamu yang dibuat yakni 0,1625 mL, 0,325 mL dan 0,650 mL. Penelitian jamu turun tegang saraf menggunakan hewan uji berupa mencit putih galur Mus muculus sebanyak 5 ekor per kelompok uji. Hewan tersebut dikelompokkan menjadi 5 kelompok yakni kontrol negatif, kontrol positif, dosis 1, dosis 2 dan dosis 3. Mencit kemudian diinjeksikan dengan asam asetat (acetic-induced Writhing Test) yang menyebabkan mencit merasakan nyeri dan menggeliat. Total gerakan geliat kemudian didata dan dianalisa per setiap kelompok uji. Total rerata geliat paling sedikit terdapat pada kontrol positif dengan rerata (1,00-1,22) diikuti oleh dosis 2 (0,325 mL/20g BB) dengan rerata (1,40-1,34) diikuti oleh dosis 3 (0,650 mL/20g BB) dengan rerata (1,80-1,30) dan dosis 1 (0,1625 mL/20g BB) dengan rerata (4,00-4,18). Pengujian total fenolik pada bahan tunggal jahe (Zingiber officinale Rubrum) dilakukan dengan mengekstraksi bahan tunggal jahe menggunakan ekstraksi reflux dengan variasi suhu 60°C, 70°C dan 80°C dan pelarut 0% etanol, 25% etanol dan 50% etanol. Hasil ekstraksi kemudian diteteskan folin 0,4 mL, 4,6 mL aquadest dan 4 mL larutan Na2CO3. Larutan kemudian diuji kadar absorbansinya dan didapatkan hasil terbaik kandungan fenolik terdapat pada suhu 80°C dan pelarut etanol 50% yakni 37,08 ppm.

Pain is an effect that is produced in a conscious state when the stimulus reaches the brain where stimulation comes from nerve impulses produced by dangerous stimuli. Analgesics are a group of drugs that play a role in relieving pain. Plants contain various chemical compounds with properties that are partially known. The discovery of herbal medicine by Rd. Soenarto Mertowardojo in 1899 that Nutmeg (Myristica fragrans), Cloves (Syzygium aromaticum) and Red ginger (Zingiber officinale Rubrum) can be combined and mixed as herbs drop tense nerves. The nerves dropped by the reflux method for 90 minutes followed by decoction until the volume reached 125 mL. There are 3 doses of herbal medicine made namely 0.1625 mL, 0.325 mL and 0.650 mL. The study of nerve-dropping herbs using test animals in the form of white strain Mus muculus mice as many as 5 per test group. The animals are grouped into 5 groups: negative control, positive control, dose 1, dose 2 and dose 3. Mice are then injected with acetic-induced Writhing Test which causes mice to feel pain and stretch. The total amount of stretching was the least in the positive control with a mean (1.00 ± 1.22) followed by a dose of 2 (0.325 mL/20 g BB) with a mean (1.40 ± 1.34) followed by a dose of 3 (0.650 mL/20g BB) with mean (1.80 ± 1.30) and dose 1 (0.1625 mL/20g BB) with a mean (4.00 ± 4.18). Testing of total phenolic in a single ingredient of ginger (Zingiber officinale Rubrum) was carried out by extracting a single ingredient of ginger using reflux extraction with a temperature variation of 60C, 70°C and 80°C and a solvent of 0% ethanol, 25% ethanol and 50% ethanol. The extraction results were then dropped by 0.4 mL folin, 4.6 mL aquadest and 4 mL Na2CO3 solution. The solution was then tested for the absorbance level and  the best results of phenolic content is showed at 80°C and 50% ethanol solvent which is 37,08 ppm.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatia Wulandari
"Tujuan: Mengetahui perbedaan tumbuh kembang dentokraniofasial anak umur 9–12 tahun pada kelompok OSA dan normal menggunakan pengukuran sefalometri lateral, serta mengetahui peranan faktor risiko terhadap terjadinya OSA. Metode penelitian: Analisis sefalometri dentokraniofasial dan parameter klinis dari faktor risiko dibandingkan antara 17 subjek OSA (14 laki-laki, 3 perempuan, median 11,92 tahun) dengan 17 subjek kontrol (8 laki-laki, 9 perempuan, median 10,42 tahun). Diagnosis OSA ditegakkan dengan kuesioner Pediatric Sleep Questionnaire (PSQ), pemeriksaan fisik, dan hasil polisomnografi (PSG). Hasil: Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok OSA dan normal pada hasil kuesioner PSQ dan PSG, pada faktor risiko yang diperiksa melalui pemeriksaan fisik (postur lidah, ukuran tonsil, posisi hioid, lebar faring atas, dan ukuran adenoid) dan parameter skeletal horizontal dalam sefalometri (. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara umur, jenis kelamin, postur kepala, dan parameter vertikal sefalometri antara kelompok OSA dan normal, namun sudut postur kepala dan parameter vertikal pada kelompok OSA lebih besar dari normal secara klinis. Letak tulang hioid, lebar faring atas, posisi lidah, ukuran adenoid, dan ukuran tonsil klinis berperan terhadap terjadinya OSA. Kesimpulan: Parameter skeletal horizontal dan parameter dental yang berbeda signifikan pada penelitian ini dapat menjelaskan efek OSA terhadap pertumbuhan dentrokraniofasial pada usia 9–12 tahun lebih dominan pada arah horizontal dan belum pada arah vertikal. Adenoid berperan sebagai faktor risiko utama dalam terjadinya OSA.

Objectives: This study aimed to compare various cephalometric and risk factors of children with OSA and control. Methods: Dentocraniofacial cephalometric measurements and risk factor clinical parameter were compared between 17 OSA subjects (14 boys, 3 girls, mean age 11,92 years) and 17 control subjects (8 boys, 9 girls, mean age 10,42 years) based on Polysomnography results. Results: The results showed significant differences between the OSA group and the control group on PSQ and PSG result, several risk factors (Friedman Tongue Position, tonsil, hyoid position, upper pharyngeal diameter, adenoid), and cephalometric on horizontal parameters (NAPg, SNB, ANB, and UI-MxP). No significant differences were identified in age, sex, head posture, and cephalometric vertical parameter between OSA group and control. However, head posture angle and all cephalometric vertical parameters in OSA group was higher than control clinically. The location of the hyoid bone, the width of the upper pharynx, the position of the tongue, the size of the adenoids, and the size of the clinical tonsils contribute to the occurrence of OSA. Conclusions: The horizontal skeletal and dental parameter on cephalometric that were significantly different between the OSA and normal groups in this study indicated that the effect of OSA on dentocraniofacial growth and development at the age of 9–12 years was more likely to be dominant in the horizontal direction and not yet in the vertical direction. Adenoids play a role as a major risk factor for OSA on children."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library