Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitri Muslim
Abstrak :
Latar belakang : Simblefaron merupakan suatu proses penempelan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi yang terjadi akibat inflamasi kronis. Transplantasi membran amnion merupakan tata laksana yang umum dilakukan pada kasus simblefaron. Terdapat 2 jenis membran amnion yaitu cryopreserved dan frezeedried yang berbeda proses pengawetanya. Hingga saat ini belum ada penelitian yang membandingkan secara langsung efektivitas kedua amnion tersebut dalam proses epitelisasi konjungtiva. Tujuan: Mengetahui perbandingan efektivitas membrane amnion cryopreserved dan frezee-dried dalam epitelisasi konungtiva, dalam menurunkan inflamasi dan meningkatkan densitas sel goblet. Metode: Sebanyak 14 mata (10 subyek) simblefaron dilakukan randomisasi kemudia dibagi kedalam 2 kelompok. 7 mata menjalani release simblefaron dan transplantasi membrane amnion cryopreserved, 7 mata lainnya dengan amnion freeze-dried. Pasca bedah pada minggu 1,2,3 dan 4 dilakukan foto segmen anterior untuk menilai waktu epitelisasi dan derajat inflamasi. Dan pada minggu ke-4 pasien menjalani pemeriksaan sitologi impresi dan Ferning untuk dibandingkan dengan hasil yang telah dilakukan pre operasi. Hasil: kelompok mata dengan amnion cryopreserved menunjukan rerata waktu epitelisasi 2,14 ± 1,07 minggu sedangkan amnion freeze-dried 3,29 ± 1,25 minggu. Derajat inflamasi berat lebih banyak ditemukan pada kelompok freeze-dried. Densitas sel goblet dan derajat Ferning lebih tinggi ditemukan pada kelompok cryopreserved. Kesimpulan: Secara klinis membran amnion cryopreserved memiliki kecenderungan hasil yang lebih baik dibandingkan amnion freeze-dried dalam proses epitelisasi, menurunkan inflamasi dan meningkatkan densitas sel goblet. ......Background : symblepharon is a attachment of conjunctival bulbi to conjunctival tarsal due to chronic inflammation. Amnion membrane (AM) transplantation is a surgical treatment for symblepharon. There are two types of amniotic membranes namely cryopreserved and freeze-dried which have different preservative processes. Objective : Our aims was to compare AM cryopreserved and freeze-dried in complete conjunctival epithelization, reduce the inflammation and restored goblet cells. Methods : In 14 eyes of symblepharon, symblepharon release with AM transplantation were performed. 7 eyes with AM cryopreserved, 7 eyes with MA freeze-dried. Post-operative evaluation was done weekly in all subjects until 4 weeks after surgery include photographic documentation to evaluate conjunctival epithelization and grading inflammation. On the last week subjects underwent cytology impression and Ferning test (mucin production) to be compared with results that have been done pre-operatively. Results : Eyes with AM cryopreserved showed epithelization in 2,14 ± 1,07 weeks, while AM freeze-dried was 3,29 ± 1,25 weeks. Severe inflammation (4/7) was found in eyes with freeze-dried, goblet cells and mucin production were higher in eyes with AM cryopreserved. Conclusion : Clinically AM cryopreserved showed better result in completing conjunctival epithelization, reduce inflammation and restored goblet cells compared with AM freeze-dried.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Made Susiyanti
Abstrak :
Latar belakang: Ulkus kornea adalah salah satu penyakit infeksi mata yang banyak ditemukan di negara berkembang termasuk Indonesia. Tatalaksana ulkus kornea bakteri konvensional umumnya dapat menimbulkan jaringan parut kornea permanen yang dapat menurunkan tajam penglihatan. Penggunaan transplantasi membran amnion (TMA) pada ulkus kornea dapat mempercepat proses penyembuhan dan mengurangi terbentuknya jaringan parut kornea. Membran amnion diduga menjadi kerangka baru dan mengekspresi beberapa komponen biologis yang berperan membantu proses epitelisasi dan pembentukan jaringan parut di kornea. Tujuan: Mengetahui dan membuktikan perbedaan perubahan klinis pada kelompok TMA dan terapi standar (non-MA) pada pasien dengan ulkus kornea bakteri, perbedaan perubahan kadar protein TNF-, MMP-9, TGF-β1 di air mata dan ekspresi mRNA TNF-, MMP-9, TGF-β1, dan TGF-β2 di air mata dan kornea. Metode: Penelitian tahap pertama, dilakukan penilaian klinis sebelum dan sesudah pada grup TMA dan terapi standar (non-TMA) dengan menilai tajam penglihatan, waktu epitelisasi total, waktu pembentukan sikatrik total dan derajat sikatrik serta uji kadar protein TNF-, MMP-9, TGF-β1 di air mata dengan pemeriksaan ELISA. Penelitian tahap kedua, dilakukan pemeriksaan ekspresi mRNA TNF-, MMP-9, TGF-β1, dan TGF-β2 di air mata dan kornea dengan pemeriksaan quantitative Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (qRT-PCR). Hasil: Hasil penelitian pertama, pada grup TMA terjadi perbaikan yang signifikan bermakna pada tajam penglihatan (p=0.001), waktu epitelisasi total (p=0.002), waktu terbentuk sikatrik total (p=0.005), dan derajat sikatrik (p=0.001) dibandingkan grup non-TMA. Hasil kadar proteinTNF-, MMP-9, dan TGF-β1 di air mata tidak terjadi perubahan yang bermakna sebelum dan sesudah dan tidak terdapat perbedaan bermakna pada kedua grup (p>0.005). Pada hasil penelitian kedua, ekspresi mRNA TNF-α menurun paling tinggi pada grup TMA (0.824 ± 0), MMP-9 meningkat paling tinggi pada grup TMA (66.698 ± 24.948), TGF-β1 meningkat paling tinggi pada grup TMA (34.425 ± 14.025), sedangkan TGF-β2 mengalami peningkatan tertinggi pada grup non-TMA (114.049 ± 55.344). Kesimpulan: Terdapat perbaikan klinis yang signifikan pasca TMA, sejalan dengan ekspresi gen dari molekul yang terkait ditandai dengan penurunan inflamasi, re-epitelisasi yang lebih cepat, dan pengurangan pembentukan sikatrik. Kadar protein dan ekspresi gen molekul inflamasi di air mata tidak dapat dijadikan penanda untuk proses yang terjadi di kornea.
Background: Corneal ulcer is one of ocular infection disease that is commonly found in developing country like Indonesia. The conventional treatment for bacterial corneal ulcer usually causes the forming of permanent corneal scar which results in decrease of visual acuity. The use of amniotic membrane transplantation (AMT) in corneal ulcer is believed can shorten the healing process and reduce corneal scar. Amniotic membrane is expected to become as a new scaffold and have several biological properties that play a role in epithelization process and fibrotic tissue formation. Objective: To evaluate and establish the clinical differences on amniotic membrane transplantation and standard therapy of patients with bacterial corneal ulcer, and laboratory evaluation of protein level and mRNA expression changes of TNF-, MMP-9, TGF-β1 and TGF-β2 in tears and corneal tissue. Method: This study was divided into two phases on two groups of AMT and standard therapy group (non-AMT). On the first phase, clinical evaluation was examined include visual acuity, total duration of epithelization, total duration of scar formation and the degree of corneal scar, along with laboratory of protein level of TNF-, MMP-9, TGF-β1 in tears with ELISA. On the second phase, mRNA expression of TNF-, MMP-9, TGF-β1, and TGF-β2 in tears and cornea were examined with quantitative Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (qRT-PCR). Result: The result of first phase on TMA group showed significant improvement on visual acuity (p=0.001), total duration of epithelization (p=0.002), total duration of scar formation (p=0.005), and cicatrix degree (p=0.001) compared to non-TMA group and a non-significant result on protein level of TNF-, MMP-9, TGF-β1 in tears on both groups (p>0.005).On the second phase, mRNA expression of TNF-showed the highest decrease on TMA group (0.824 ± 0), MMP-9 showed the highest increase on group TMA (66.698 ± 24.948),TGF-β1 expression increased the highest on TMA group (34.425 ± 14.025), whereas TGF-β2 showed the highest result on non-TMA group (114.049 ± 55.344). Conclusion: There was significant clinical improvement observed in TMA group parallel with related molecular genetic expression, indicated decreasing of inflammation, faster re-epithelization, and less dense scar formation. Protein level and genetic molecular expression in tears are poor predictors of processes occurring in the cornea.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library