Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erlis Nur Mujiningsih
"Tesis ini meneliti enam buah roman yang diterbitkan pada tahun 1937-1942. Roman-roman tersebut diterbitkan oleh penerbit swasta dan selama ini digolongkan sebagai "roman picisan". Namun, sebutan "picisan" untuk karya-karya tersebut tidak tepat. Pertama, secara fisik roman-roman tersebut diterbitkan sebagai bagian dari sebuah majalah yang diterbitkan dengan kertas mengkilat, sampul depannya bergambar dan berwarna sehingga majalah tersebut dapat digolongkan sebagai majalah populer. Kedua, roman-roman tersebut ditulis oleh seorang pengarang secara utuh. Tidak seperti karya-karya picisan yang ditulis oleh sebuah tiro. Selain itu, roman-roman tersebut juga ditulis dengan menggunakan bahasa yang baik, yaitu bahasa para Melayu. Oleh sebab itu, roman-roman ini dapat digolongkan sebagai sebuah karya sastra populer.
Sebagai sebuah karya sastra populer disebutkan bahwa karya tersebut dapat menjadi dokumen sosial masyarakatnya. Salah satu tema yang menonjol yang disajikan oleh roman-roman tersebut adalah masalah pergaulan bebas. Tema inilah yang dibahas di dalam tesis ini. Pergaulan bebas merupakan salah satu masalah sosial yang menonjol pada masa itu Di dalam tesis ini diuraikan bentuk-bentuk pergaulan bebas yang tergambarkan di dalam roman-roman tersebut serta bagaimana masyarakat di dalam roman-roman itu menyikapinya serta bagaimana pengarang roman itu menyikapi hal tersebut.
Ada dua bentuk pergaulan bebas yaitu, pertama, pergaulan bebas yang diartikan sebagai hubungan terbuka antara laki-laki dan perempuan. Mengingat hubungan antara laki-laki dan perempuan pada masa itu (1937-1942) tertutup, dengan adanya sistem pingit dan kawin paksa. Kedua, pergaulan bebas yang diartikan hubungan seks bebas antara laki-laki dan perempuan.
Adapun penyebab terjadinya hubungan bebas tersebut adalah dilaksanakannya sistem pendidikan modern dalam masyarakat serta berubahnya kondisi masyarakat pada masa itu dari masyarakat desa menjadi masyarakat perkotaan. Perubahan tersebut memunculkan konflik antara tradisi dan modernitas serta antara Timur dan Barat. Konflik tersebut terwujud dalam sikap masyarakat terhadap adanya masalah pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan, yang terutama melanda kalangan kaum muda intelektual saat itu. Di satu sisi masyarakat menerima sistem pendidikan modern yang mengakibatkan melonggarnya hubungan antara laki-laki dan perempuan karena perempuan ikut serta dalam sistem pendidikan tersebut. Di sisi yang lain, masyarakat menolak pergaulan bebas yang ternyata merupakan efek langsung dari masuknya sistem pendidikan tersebut. Sementara itu, pengarang roman-roman itu dengan memakai karyanya mencoba untuk menasihati pembaca bahwa pergaulan bebas adalah tindakan yang,tidak baik dan harus dihindari."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T10847
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Setiawan
"Kampus adalah tempat belajar yang mendidik para mahasiswanya menjadi seorang yang pintar dan berguna. Tetapi banyak diantara mereka yang terlibat dalam sex bebas. Bahkan ada diantara mereka yang terlibat dalam prostitusi. Mereka membawa nama mahasiswa untuk menaikkan ?nilai jual? mereka. Peneliti ingin melihat bagaimanakah konsep diri seorang 'ayam kampus' karena konsep diri seseorang akan menentukan perilakunya.
Metode yang digunakan adalah wawancara mendalam untuk mencari tahu bagaimana perasaan yang dialami oleh subjek. Karaktersitik Subjek yang diambil oleh peneliti adalah seseorang yang berada dalam usia remaja (18-22 tahun), aktif dan terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas yang ada di Indonesia, dan melakukan prostitusi.
Hasil yang didapat oleh peneliti adalah ketiga subjek memiliki konsep diri yang negatif. Selain itu, peneliti juga melihat salah satu alasan ketiga subjek ini menjadi 'ayam kampus' disebabkan karena mereka melakukan hubungan seksual dengan pacarnya dan ia ditinggalkan.

University is a place that enables its students to pursue a higher level of education in order to be more educated. Nonetheless, it is very unfortunate that many of college students are involved in the free sex. Moreover, some of them are even engaged in the prostitution. They use the label of 'college student' to increase their value in the market. Therefore, the researcher would like to asses how the description of self-concept in college student prostitutes is, because inevitably, this self-concept would eventually influence their social behaviors.
The methodology utilized in this case is a one-on-one interview, in which the researcher shall investigate the emotions or feelings embedded in the subjects. The samples' criteria for this research are those who are in the range of 18 to 22 years old, listed as active students in one of universities in Indonesia, and engaged in the practice of prostitution.
The results are evident that the three subjects have a negative self-concept. Furthermore, the researcher also see a similarity among these three subjects, that one of the reasons behind their involvements in becoming college student prostitutes is due to the fact that they were left behind by their boyfriends with whom they had done sexual intercourse previously.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
155.2 SET g
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes Edi Sugiarto
"Akhir-akhir ini, perilaku seks bebas pada remaja sudah menghawatirkan, sehingga memerlukan penanggulangan yang serius. Banyak faktor yang diduga berkaitan dengan fenomena tersebut. Penelitian ini memfokuskan pengkajian pada pendidikan seks dalam keluarga, pertimbangan moral, dan sikap terhadap seks bebas siswa SMU Negeri 5 Bogor tahun 2002. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, sedangkan disainnya adalah cross-sectional survey. Hasil penelitiannya disajikan dalam bentuk tesis yang ditujukan untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan studi pada Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut: (1) ada hubungan yang signifikan antara pendidikan seks dalam keluarga dengan perilaku seks bebas pada remaja; (2) tingkat perkembangan moral memiliki hubungan dengan sikap terhadap seks bebas pada remaja, akan tetapi sikap terhadap seks bebas pada remaja tidak berhubungan dengan penalaran prinsip moral; (3) pendidikan seks dalam keluarga dan tingkat perkembangan moral -secara simultan- mempunyai hubungan yang signifikan dengan sikap terhadap seks bebas; (4) ada hubungan antara pemberian informasi tentang perbedaan serta fungsi organ seksual antara pria dengan wanita, pemberian informasi tentang berbagai risiko penyalahgunaan organ seksual, pemberian bekal keagamaan dan keterampilan berperilaku sebagai pedoman pergaulan antara pria dengan wanita, penjelasan tentang perubahan yang terjadi pada masa remaja dan tingkat perkembangan moral -secara simultan- dengan sikap terhadap seks bebas.
Merujuk kepada simpulan penelitian di atas, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut: (1) pendidikan seks dalam keluarga yang yang selama ini dilakukan oleh para orang tua terhadap remaja di rumah, perlu dipelihara dan dikembangkan sehingga lebih relevan dengan kebutuhan nyata para remaja; (2) untuk meningkatkan kemampuan penalaran moral remaja, pihak sekolah dan orang tua dapat melatihnya melalui latihan diskusi pemecahan masalah-masalah sosial yang nyata; (3) agar remaja terhindar dari perilaku seks bebas, maka yang perlu dilakukan adalah membekali mereka dengan pengetahuan yang lengkap dan tuntas mengenai berbagai isu yang berkaitan dengan seks bebas; (4) untuk meningkatkan komitmen moral agar remaja tidak terjerumus ke dalam perilaku seks bebas, juga dapat dilakukan dengan pembinaan moral dan budi pekerti.

The Correlation between Sex Education in The Family and Moral Judgement with the Attitude toward Free Sex of SMUN 5 Bogor Students, Year 2002Recently, free sex behaviors in adolescence have been critical issue that should be resolved seriously. There were many factors related to these phenomena. This research focuses on the sex education in the family, moral judgment, and the attitude toward free sex of SMUN 5 Bogor students, year 2002. This research used descriptive method through cross sectional survey design. The research report presented in thesis form to complete graduate study in public health program.
The research found that (1) there is significant correlation between sex education in family and free sex attitudes of adolescents; (2) level of moral development correlate with attitude toward the free sex of adolescents, but the free sex attitudes of adolescents has no significant correlation with the principal moral judgment; (3) sex education in the family and-the level of moral development correlate significantly with the attitudes toward free sex; (4) there is correlation between information about differences and function of sex organs between male and female, risks of sex organs abuse, religious norm as guide of social intercourse between male and female, changes of adolescents life, and moral judgment simultaneously with attitudes toward free sex.
In reference to the conclusions, it can be stated the implication as follow: (1) parent?s sex education should be improved that relevant with real needs of adolescents; (2) to increase moral judgment ability of adolescents, teachers (schools) and parents need to collaborate each other to develop ability for real social problem solving; (3) to prevent adolescents from free sex, they should have comprehensive knowledge in dealing' with free sex issues; and (4) to prevent adolescents fall into free sex, reinforcing their moral and ethics also recommended."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 8296
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Dewi Pusparini
"[Penelitian ini membahas tentang modal sosial apa saja yang dimiliki LSM Bandungwangi sekaligus melihat bagaimana peran modal sosial tersebut dalam upaya pencegahaan penularan HIV AIDS yang dilakukan di kalangan PSP. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Bandungwangi sebagai sebuah LSM memiliki modal sosial berupa jaringan sosial yang menciptakan ikatan sosial antara Bandungwangi dengan PSP lembaga donor pemerintah. LSM lain dan antar Staf dalam Bandungwangi sendiri Ikatan sosial ini nyatanya membangun nilai dan norma bersama mengenai kebiasaan sehari hari nilai bekerja sebagai PSP dan kelebihan Bandungwangi dalam menjangkau komunitas PSP. Nilai dan norma bersama ini yang kemudian membangun kepercayaan antar aktor. Bentuk modal sosial seperti ini menandakan bahwa bonding dan bridging Bandungwangi kepada aktor aktor tersebut berhasil dibangun. Penelitian ini juga menemukan bahwa kelemahan modal sosial Bandungwangi terletak pada jaringannya dengan LSM lain yang kurang dimaksimalkan. Masing masing bentuk modal sosial yang dimiliki LSM Bandungwangi juga terbukti berperan dalam membangun komunikasi kordinasi meningkatkan reputasi hingga menciptakan tindakan kolektif upaya pencegahan penularan HIV AIDS pada tataran partisipasi kegiatan. Penelitian ini mengisi kekosongan pembahasan mengenai modal sosial LSM dalam upaya pencegahan penularan HIV AIDS di kalangan PSP yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan strategi studi kasus pada LSM Bandungwangi. Terdapat 12 informan dalam penelitian ini yang dipilih secara purposive.

This study discusses about what kind of social capital NGO in preventing the contagious of HIV AIDS by women sex workers. This study also looking for how social capital influence of preventing the contagious of HIV AIDS. The finding shows that Bandungwangi as an NGO has social capital there are social network who created social tie among Bandungwangi sex workers funding organizations government another NGOs and Stafs in Bandungwangi who was sex workers. This social tie builds the collective values and norms about daily habits work rsquo s point of view as sex workers. Collective values and norms build the trust between the actors This kind of social capital mark that Bandungwangi's bonding and bridging to another actors perfectly build. The finding also shows that the weakness of Bandungwangi's social capital is social network with other NGO. Each of these forms Bandungwangi's social capital also proved instrumental in building communication coordination improved reputation and creating collective action to participation activities of preventing the contagious of HIV AIDS. This study fills a void a discusiion about social capital NGO in preventing the contagious of HIV AIDS by women sex workers that has never been done before. This study using qualitative approach with study case strategy in Bandungwangi NGO in East Jakarta. Consist of twelfth participants they were selected by purposive sampling.;This study discusses about what kind of social capital NGO in preventing the contagious of HIV AIDS by women sex workers This study also looking for how social capital influence of preventing the contagious of HIV AIDS The finding shows that Bandungwangi as an NGO has social capital there are social network who created social tie among Bandungwangi sex workers funding organizations government another NGOs and Stafs in Bandungwangi who was sex workers This social tie builds the collective values and norms about daily habits work rsquo s point of view as sex workers Collective values and norms build the trust between the actors This kind of social capital mark that Bandungwangi rsquo s bonding and bridging to another actors perfectly build The finding also shows that the weakness of Bandungwangi rsquo s social capital is social network with other NGO Each of these forms Bandungwangi rsquo s social capital also proved instrumental in building communication coordination improved reputation and creating collective action to participation activities of preventing the contagious of HIV AIDS This study fills a void a discusiion about social capital NGO in preventing the contagious of HIV AIDS by women sex workers that has never been done before This study using qualitative approach with study case strategy in Bandungwangi NGO in East Jakarta Consist of twelfth participants they were selected by purposive sampling;This study discusses about what kind of social capital NGO in preventing the contagious of HIV AIDS by women sex workers This study also looking for how social capital influence of preventing the contagious of HIV AIDS The finding shows that Bandungwangi as an NGO has social capital there are social network who created social tie among Bandungwangi sex workers funding organizations government another NGOs and Stafs in Bandungwangi who was sex workers This social tie builds the collective values and norms about daily habits work rsquo s point of view as sex workers Collective values and norms build the trust between the actors This kind of social capital mark that Bandungwangi rsquo s bonding and bridging to another actors perfectly build The finding also shows that the weakness of Bandungwangi rsquo s social capital is social network with other NGO Each of these forms Bandungwangi rsquo s social capital also proved instrumental in building communication coordination improved reputation and creating collective action to participation activities of preventing the contagious of HIV AIDS This study fills a void a discusiion about social capital NGO in preventing the contagious of HIV AIDS by women sex workers that has never been done before This study using qualitative approach with study case strategy in Bandungwangi NGO in East Jakarta Consist of twelfth participants they were selected by purposive sampling, This study discusses about what kind of social capital NGO in preventing the contagious of HIV AIDS by women sex workers This study also looking for how social capital influence of preventing the contagious of HIV AIDS The finding shows that Bandungwangi as an NGO has social capital there are social network who created social tie among Bandungwangi sex workers funding organizations government another NGOs and Stafs in Bandungwangi who was sex workers This social tie builds the collective values and norms about daily habits work rsquo s point of view as sex workers Collective values and norms build the trust between the actors This kind of social capital mark that Bandungwangi rsquo s bonding and bridging to another actors perfectly build The finding also shows that the weakness of Bandungwangi rsquo s social capital is social network with other NGO Each of these forms Bandungwangi rsquo s social capital also proved instrumental in building communication coordination improved reputation and creating collective action to participation activities of preventing the contagious of HIV AIDS This study fills a void a discusiion about social capital NGO in preventing the contagious of HIV AIDS by women sex workers that has never been done before This study using qualitative approach with study case strategy in Bandungwangi NGO in East Jakarta Consist of twelfth participants they were selected by purposive sampling]"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S61383
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naedi
"Perilaku seksual yang tidak sehat dikalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah semakin meningkat. Dalam era globalisasi ini semua informasi yang berkaitan dengan seksualitas sangat mudah diakses oleh remaja, baik melalui media cetak dan elektronik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan seks bebas pada remaja kelas XI salah satu SMA Negeri di kabupaten Bogor. Metodologi penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan cara total sampling.
Hasil penelitian menunjukkan secara keseluruhan tingkat pengetahuan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cileungsi sudah baik. Pengetahuan yang sudah baik ini pihak sekolah agar dipertahankan dan ditingkatkan melalui pemberian sex education di sekolah.

Unhealthy sexual behavior among adolescents especially unmarried adolescents is increasing. All of informations related to sexuality is easily accessible by young people in the global era, through print and electronic media. This research has objective to describe the youth level of knowledge about free sex at XI class Senior High School 1 Cileungsi-Bogor. It used descriptive design with total sampling technique.
The results showed overall knowledge's level of students at XI class Senior High School 1 Cileungsi-Bogor were good. It is recommended for school to maintain and enhance their students knowledge through sex education at school.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43154
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lyn Parker
"This paper analyses the discourse surrounding the perceived threat of free seks and pergaulan bebas (free socializing) to the moral health of young Minangkabau people, and in particular, young women, in West Sumatra. It uses the sociological frame of moral panic? to examine contemporary discussions about globalization and the influence of the West in West Sumatra. The paper examines the way in which ?the authorities? in West Sumatra (media, such as teen magazines and newspapers, academics, government and law, teachers, and community leaders) present the threat, and the way in which young people, who are the target of the moral panic onslaught, see themselves in relation to the threat. I argue that, unlike the original ?folk devils? of the moral panics in Britain, young people in Minangkabau broadly give their consent to the authorities, displaying a striking commitment to social conservatism, local culture, and Islamic values."
Lengkap +
Depok: University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2014
909 UI-WACANA 15:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library