Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lely Puspita Andri
Abstrak :
Perencanaan, pengadaan dan pengendalian obat adalah hal penting dalam pelayanan farmasi di rumah sakit khususnya di era Jaminan Kesehatan Nasional. Pengendalian persediaan obat yang efektif menjadi prioritas pihak manajemen rumah sakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas fungsi pengendalian persediaan obat dengan metode ABC Indeks Kritis terhadap obat formularium di rumah sakit Dr. Mintoharjo. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan data potong lintang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel input pada penerapan formularium belum optimal, kepatuhan dokter dalam peresepan belum mencapai 100%, faktor anggaran yang terbatas mendorong upaya efisiensi, serta belum berjalannya sistem informasi rumah sakit (SIMRS) menambah kendala pada proses pengendalian obat. Variabel proses menunjukkan bahwa perencanaan obat dan perencanaan pengadaan belum berjalan dengan baik. Variabel output menunjukkan setelah dilakukan analisa ABC Indeks kritis pada sampel sejumlah 108 item obat yang merupakan gabungan kelompok A nilai pakai dan nilai investasi ditemukan bahwa pada persediaan obat menurut formularium rumah sakit adalah kelompok A 29 item (26,85%), kelompok B 78 item (72,22%) dan kelompok C 1 item (0,93%). Penghitungan EOQ, SS dan ROP sebagai metode pengendalian persediaan obat merupakan usaha dalam menjaga jumlah stok yang efisien. Dengan demikian dapat diketahui jumlah ekonomis yang akan dipesan, berapa stok aman selama masa tunggu dan kapan harus dipesan kembali dapat diketahui pada proses pengadaannya.
Planning, procurement and management of drugs are key aspects in the pharmacy service in Dr. Mintoharjo Naval Hospital, especially so in the era of Jaminan Kesehatan Nasional. Effective management of drug inventory is a priority for the hospital. The purpose of this study was to determine the effectiveness function of drug inventory control for Dr Mintoharjo hospital using the ABC Critical Index method. This qualitative research is using a cross sectional data. The results of the research reveal that the input variables in the hospital formulary application is not optimal, the doctor's compliance in prescribing has not reached 100%, limited budget requires efficiency, and the inoperative of hospital management information system caused further obstacles for drug control. Process variables indicate the ineffective process of drug planning and procurement planning. With the analysis of ABC critical index on the sample of 108 items of drugs comprised of group A use value and investment value, the results indicate stock of Forsal MTH A group is 29 items (26.85%), group B is 78 items (72, 22%) and group C is 1 item (0.93%). EOQ, SS and ROP calculations are methods of controlling Forsal MTH drug inventory in an attempt to maintain an efficient amount of stock, giving suggestions of the optimal order amount, necessary safe stock for the waiting period, and reordering time in the process of procurement.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50438
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anas Maulana
Abstrak :
Formularium Nasional merupakan daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan sebagai acuan dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional. Analisis kesesuian Formularium Nasional (Fornas) di rumah sakit dapat dilakukan salah satunya dengan melihat kepatuhan peresepan obat. Peresepan obat di rumah sakit harus sesuai dengan Formularium Rumah Sakit (FRS) dan Fornas yang telah disusun. Peresepan obat yang tidak sesuai dengan FRS dan Fornas dapat mengakibatkan turunnya mutu pelayanan rumah sakit, besarnya anggaran pelayanan kesehatan, bahkan dapat mengurangi penilaian dalam akreditasi rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan indeks kesesuian peresepan obat pasien terhadap Formularium Nasional. Indeks Kesesuaian tersebut diupayakan dapat meningkatkan kualitas layanan oleh rumah sakit Universitas Indonesia dalam aspek pelayanan farmasi kepada pasien dan kepuasan dari pasien. Metode pengambilan data dan analisis indeks kesesuaian dilakukan berdasarkan resep pasien melalui system AFYA. Hasil analisis data indeks kesesuaian peresepan obat dengan Formularium Nasional (Fornas) di Rumah Sakit Universitas Indonesia pada tahun 2023, diperoleh persentase kesesuaian resep obat di Rumah Sakit Universitas Indonesia belum mencapai 100% sesuai dengan Fornas. Meskipun demikian, peresepan obat di rumah sakit tersebut telah melebihi standar kesesuaian yang ditetapkan berdasarkan indikator mutu pelayanan kesehatan Rumah Sakit, dengan persentase kesesuaian lebih dari 80%. ...... The National Formulary is a list of selected drugs that are needed and available in health service facilities as a reference in the implementation of National Health Insurance. One way to analyze the compliance of the National Formulary (Fornas) in hospitals is by looking at compliance with drug prescribing. Prescription of medicines in hospitals must be in accordance with the Hospital Formulary (FRS) and National Fornas that have been prepared. Prescribing drugs that are not in accordance with the FRS and Fornas can result in a decrease in the quality of hospital services, the size of the health service budget, and can even reduce the assessment of hospital accreditation. This research aims to increase the index of conformity of patient drug prescriptions to the National Formulary. The Conformity Index is intended to improve the quality of service by the University of Indonesia hospital in the aspect of pharmaceutical services to patients and patient satisfaction. Data collection methods and suitability index analysis are carried out based on patient prescriptions through the AFYA system. The results of data analysis on the conformity index of drug prescriptions with the National Formulary (Fornas) at the University of Indonesia Hospital in 2023, it was found that the percentage of suitability of drug prescriptions at the University of Indonesia Hospital had not yet reached 100% according to Fornas. However, drug prescribing at the hospital has exceeded the conformity standards set based on the hospital's health service quality indicators, with a conformity percentage of more than 80%.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ayu Aneda Trisna
Abstrak :
Tesis ini membahas pembuatan formularium Rumah Sakit Dharma Yadnya, oleh karena walaupun Panitia Farmasi dan Terapi ada dan dibentuk Maret 2011, namun tampaknya formularium belum berjalan, karena baru 60 % dokter yang menuliskan resep sesuai dengan formularium dan ada 7,5 % resep yang tidak terlayani terutama dari unit rawat jalan, kemudian kebijakan dan prosedur mengenai formularium belum ada, usulan dokter adalah tanpa persetujuan Ketua Staf Medik Fungsional, yang menunjukkan peran Panitia Farmasi Terapi masih lemah. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, mempergunakan tehnik wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen.Hasil penelitian menyarankan yaitu: diperlukan keterlibatan Direksi agarsistem pengendalian manajemen terhadap formularium bisa berjalan dengan menyempurnakan struktur organisasi Panitia Farmasi Terapi melalui koordinasi multidisiplin dan unit yang terlibat penggunaan obat, memperjelas fungsi dan tugasnya,membuatkan standar kompetensinya, terutama peran sekretaris,memberikan pelatihan jangka pendek untuk memperpendek gap kompetensinya, dan menetapkan kebijakan tertulis mengenai pengorganisasian Panitia Farmasi dan Terapi; diperlukan keterlibatan Direksi dalam membuat kebijakan prosedur tertulis formularium; diperlukan keterlibatan Direksi dan Panitia Farmasi Terapi sebagai ujung tombak dalam berhubungan dengan pihak luar; dan diperlukan keterlibatan dokter yang berperan sebagai perwakilan staf medis dalam Panitia Farmasi dan Terapi dalam perumusan daftar obat formularium.
Abstract
This thesis discusses the making of Dharma Yadnya Hospital formularies, because although the Pharmacy and Therapeutics Committee was established there in March 2011, but it seems the formulary has not run, because only 60 % doctors who write prescriptions in accordance with the formulary, and there is 7,5 % of prescriptions that are not served primarily from the outpatient unit, the policies and procedures regarding the formulary does not exist, doctor?s proposal without the consent of the Chief of Medical Staff, which shows the role of Pharmacy and Therapeutic Committee is still weak. The study is a qualitative study,using the technique of in-depth interview, observation and document review. The result suggest that:management control systemsshould run on the formulary,by improving the organizational structure trough a multidisciplinary and units coordination, clarifyits functions and duties, have to set standards of competence, particularly the role of secretary, a short term training necessary to shorten the gap competence, and also by establishing a written policy regarding the organization of the Pharmacy and Therapeutics Committee; required the involvement of Board of Directors in making formulary policies and procedures written; required the involvement of Board of Directors and Pharmacy and Therapeutics Committee as a vanguard in dealing with outsiders; and required the involvement of doctors who act as representatives of the medical staff in the Pharmacy and Therapeutics Committee, in the formulation of drug formulary list.
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T31311
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan penggunaan antibiotika sebelum dan sesudah penerapan Formularium Rumah Sakit (FRS) di Rumah Sakit Umum PMI Bogor (RSU PMI Bogor). Data antibiotika dicatat dari laporan harian penjualan obat di Instalasi Farmasi secara retrospektif, yaitu data bulan Januari-Juni 2006. Parameter kuantitatif penggunaan antibiotika pasien rawat inap adalah Defined Daily Dose/100 hari rawat (DDD/shr). Parameter kualitas penggunaan antibiotika adalah jumlah nama antibiotika berdasarkan urutan DDD membentuk segmen 90% dari total penggunaan antibiotika (DU 90%) dan kepatuhan peresepan antibiotika terhadap formularium dalam segmen DU 90% berdasarkan nama bahan aktif dan nama dagang. Kuantitas dan kualitas penggunaan antibiotika dibandingkan sebelum dan sesudah penerapan FRS tahun 2006. Analisis perbandingan kuantitas dan kualitas dilakukan dengan uji Mann-Whitney. Analisis kesesuaian dengan formularium dilakukan dengan uji kai-kuadrat. Penggunaan antibiotika untuk pasien rawat inap menurun secara tidak bermakna sebesar 1,4% dari 253,19 DDDs/hbd di tahun 2005 menjadi 249,64 DDDs/hbd di tahun 2006 (p=0,763). Amoksisilina adalah antibiotika yang terbanyak diresepkan di rawat inap pada tahun 2005 dan tahun 2006. Kepatuhan peresepan antibiotika terhadap FRS tahun 2005 dan tahun 2006 secara berturut-turut berdasarkan nama bahan aktif adalah 100% dan 100%, berdasarkan nama dagang 63,37% dan 63%. Profil DU 90% pasien rawat inap dapat dikatakan tidak menunjukkan perbaikan baik berdasarkan nama bahan aktif maupun nama dagang. Sebagai kesimpulan ialah bahwa penerapan FRS 2006 di RSU PMI Bogor belum efektif dan efisien dalam menurunkan jumlah dan jenis produk obat, serta belum dapat meningkatkan kesesuaian penulisan resep terhadap formularium.
Universitas Indonesia, 2006
S32570
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Navany Bilqisthy
Abstrak :
Pada tahun 2020, PT Pertamina Bina Medika IHC (PERTAMEDIKA IHC) mengeluarkan Buku Formularium Obat PERTAMEDIKA IHC yang terdapat Peraturan Direktur Nomor Prt–2099/A00000/2020-S0 tentang Formularium Obat PERTAMEDIKA IHC (FOPI) Tahun 2021 untuk membuat dan memberlakukan standarisasi FOPI di lingkungan PERTAMEDIKA IHC dengan ketentuan semua rumah sakit yang berada di lingkungan PERTAMEDIKA dan RS IHC Member wajib menggunakan FOPI dan tidak diperkenankan adanya Formularium atau Daftar Standar Obat lain. Maka dari itu, perlu adanya penyesuaian daftar obat dalam Formularium RS UI dengan FOPI. Kegiatan dilakukan dengan pengolahan dua buah data berupa master obat Formularium RS UI serta FOPI dalam bentuk format excel dengan Formularium RS UI sebagai master data. Lalu, dilanjutkan perhitungan persentase dari masing-masing kategori obat yang tersubtitusi, tidak perlu subtitusi atau tidak tersubtitusi. Diperoleh jumlah obat Formularium RS UI yang dapat disubtitusi ke FOPI sejumlah total 442 obat dengan persentase total 18,53%. Jumlah obat yang masuk dalam kategori “Tidak Perlu Subtitusi” sebanyak 1102 obat dengan total persentase sebesar 47,71%. Sedangkan, jumlah obat yang tidak bisa disubtitusi adalah sejumlah 383 obat dengan persentase total 16,58%. Jumlah obat non FOPI adalah sejumlah 383 obat dengan persentase 16,58%. Obat yang tidak tersubtitusi perlu dilakukan pengkajian kembali antara Farmasi dengan Pelayanan Medik/KFT/KSM terkait untuk mendukung efisiensi dan efektivitas formularium RS UI. ...... To create and implement FOPI standardization in Indonesia, PT Pertamina Bina Medika IHC (PERTAMEDIKA IHC) released the PERTAMEDIKA IHC Drug Formulary Book in 2020. This publication includes Director Regulation Number Prt-2099/A00000/2020-S0 addressing the 2021 PERTAMEDIKA IHC (FOPI) Drug Formulary. PERTAMEDIKA IHC environment on the condition that all hospitals within PERTAMEDIKA and IHC Member Hospitals must use FOPI and that no Formulary or other Standard List of Drugs is permitted. Consequently, it is required to update the UI Hospital Formulary's medicine list with FOPI. The task involved processing two sets of data, the UI Hospital's master drug formulary and FOPI's FOPI in excel format, with the UI RS Formulary serving as the master data. The percentage of each drug category that is substituted, whether a substitution is required or not, should then be calculated. There are 442 different medications in the UI Hospital Formulary that can replace FOPI, with a total substitution percentage of 18.53%. 1102 medicines, or a total proportion of 47.71, fall under the "No Need Substitution" category. 383 medicines, or a total percentage of 16.58%, cannot be substituted, however. There are 383 non-FOPI medications, with a proportion of 16.58%. To promote the efficacy and efficiency of the UI Hospital formulary, drugs that cannot be substituted must be discussed between the Pharmacy and the relevant Medical Services/KFT/KSM.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lusiani Septika Sari
Abstrak :
Indonesia merupakan negara terbanyak keempat kematian akibat diabetes Mellitus dan penyakit jantung diantara negara-negara Asia Tenggara. Penelitian dengan desain studi cross sectional ini bertujuan untuk mengetahui gambaran biaya akibat sakit serta kualitas hidup pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan penyakit jantung dengan sampel 110 orang di RSUD Dr.M.Yunus Bengkulu. Rata-rata biaya pasien akibat sakit diabetes mellitus tipe 2 dengan penyakit jantung selama setahun adalah Rp. 6.081.572 dimana komposisi biaya langsung adalah (81,54%) dan biaya tidak langsung (18,46%). Proporsi terbesar adalah biaya obat (37,05%). Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya akibat penyakit tersebut adalah Lama Hari Rawat (LHR) dan jenis pekerjaan sedangkan faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien adalah Lama/durasi sakit. Disarankan agar RSUD.dr.M.Yunus Bengkulu menyusun clinical pathway dan formularium rumah sakit. Pemerintah perlu merevisi formularium nasional dengan memperhatikan kondisi lokal dan mengembangkan program peningkatan kualitas hidup pasien.
Indonesia is the fourth most deaths due diabetes mellitus and heart disease among south Asia countries. This study with cross-sectional design is aiming to describing the cost of illness and quality of life of patients with type 2 diabetes mellitus with heart disease in dr.M.Yunus public hospital. Number of samples was110 patients. The annual cost of illness due to type 2 diabetes mellitus with heart disease perpatient was Rp. 6,081,572, with direct cost is reached (81.54%) and indirect cost (18.46%). The largest proportion of the cost was drug (37.05%). Factors that affect COI were Length of Stay (LOS) and the type of work, and factor affect quality of life was duration of illness. It is recommended that dr.M.Yunus Public Hospital Bengkulu should prepare clinical pathways and hospital formulary. The central government needs to revise national formulary with considering variability of country situation and develop program to improve quality of DM patient.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Azizah
Abstrak :
Rumah Sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Standar pelayanan minimal di rumah sakit pada pelayanan farmasi salah satunya adalah penulisan resep sesuai formularium harus 100% dengan tujuan yaitu tergambarnya efisiensi pelayanan obat kepada pasien. Formularium Rumah Sakit bermanfaat dalam kendali mutu dan kendali biaya obat yang akan memudahkan pemilihan obat yang rasional, mengurangi biaya pengobatan, dan mengoptimalkan pelayanan kepada pasien. Pemantauan dan evaluasi Formularium Rumah Sakit dilakukan terhadap kepatuhan penggunaan Fornas dan kepatuhan penggunaan Formularium Rumah Sakit. Penelitian ini dilakukan di RSUI pada tanggal 6 September 2021 – 31 Oktober 2021 dan merupakan penelitian deksriptif menggunakan metode pengambilan sampel secara retrospektif dengan mengamati dan mengevaluasi kesesuaian peresepan obat pasien depo farmasi rawat jalan RSUI periode Januari –September 2021 dengan Formularium Rumah Sakit RSUI berdasarkan kriteria inklusi yaitu resep pasien rawat RSUI dengan tanggal resep pada periode Januari-September 2021 dan kriteria eksklusi yaitu resep alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, juga order location yang bukan berasal dari poliklinik rawat jalan RSUI. Selain itu juga dilakukan evaluasi kesesuaian obat lost sales di depo farmasi rawat jalan RSUI periode Januari – September 2021 dengan Formularium Rumah Sakit RSUI dengan kriteria inklusi seluruh resep pasien dari depo rawat jalan yang terdapat salah satu jenis item obat atau semua item yang obatnya disalin resep (copy resep) keseluruhan atas permintaan pasien atau tidak ditanggung oleh guarantor atau stok obat habis dan kriteria ekslusi yaitu Resep pasien dari depo rawat jalan yang obatnya tidak disalin resep dan disalin sebagian saja. Data diolah dan dihitung menggunakan Microsoft Excel 2013 kemudian data yang dihasilkan ditampilkan dalam bentuk persentase. Hasil penelitian di dapat bahwa peresepan obat pada depo farmasi rawat jalan RSUI periode Januari – September 2021 secara keseluruhan didapatkan 59,52% yang sesuai dengan Formularium Rumah Sakit dan yang tidak sesuai yaitu 40,47%. Dengan peresepan obat pada depo farmasi rawat jalan non COVID-19 RSUI periode Januari – September 2021 yang sesuai dengan Formularium Rumah Sakit yaitu 61,08% dan yang tidak sesuai yaitu 38,92%. Sedangkan peresepan obat pada depo farmasi rawat jalan khusus COVID-19 RSUI periode Januari – Praktik Kerja di RSUI, PT. Anugerah Pharmindo Lestari, dan Apotek Kimia Farma Periode Bulan September – Desember 2021 ix September 2021 yang sesuai dengan Formularium Rumah Sakit yaitu 59,38% dan yang tidak sesuai yaitu 40,63%. Untuk obat lost sales yang sesuai dengan Formularium Rumah Sakit yaitu 61,12% dan yang tidak sesuai yaitu 38,88%. Kata Kunci: Rumah Sakit, Formularium Rumah Sakit, Lost Sales, Depo Farmasi Rawat Jalan. ......Hospitals are required to provide quality services in accordance with established standards and can reach all levels of society. Minimum service standards in hospitals specifically in pharmaceutical services, one of which is writing prescriptions according to the formulary must be 100% with the aim of depicting the efficiency of drug services to patients. Hospital Formularies are useful in quality control and drug cost control which will facilitate rational drug selection, reduce treatment costs, and optimize services to patients. Monitoring and evaluation of the Hospital Formulary is carried out on compliance with the use of National Drug Formulary and compliance with the use of Hospital Formulary. This study was conducted at RSUI on September 6, 2021 – October 31, 2021 and is a descriptive study using a retrospective sampling method by observing and evaluating the suitability of drug prescriptions for outpatient pharmacy depots at RSUI for the period January – September 2021 with the RSUI Hospital Formulary based on inclusion criteria are prescriptions for RSUI inpatients with prescription dates in the January – September 2021 period and exclusion criteria are prescriptions for medical devices and consumable medical materials, as well as order locations that are not from the RSUI outpatient polyclinic. In addition, an evaluation of the suitability of lost sales drugs at the outpatient pharmacy depot of RSUI for the period January – September 2021 with the RSUI Hospital Formulary was also carried out with the inclusion criteria of all patient prescriptions from the outpatient depot which contained one type of drug item or all items whose medicines were copied by prescription (copy of prescription) in its entirety at the request of the patient or not covered by the guarantor or the drug stock runs out and the exclusion criteria are patient prescriptions from outpatient depots whose medicines are not copied and only partially copied. The data is processed and calculated using Microsoft Excel 2013 then the resulting data is displayed in percentage form. The results of the study showed that drug prescriptions at the outpatient pharmacy depot of RSUI for the period January – September 2021 overall obtained 59.52% which were in accordance with the Hospital Formulary and those that were not appropriate, 40.47%. By prescribing drugs at non-COVID-19 outpatient pharmacy depots at RSUI for the period January – September 2021, which are in accordance with the Hospital Formulary, 61.08% and those that are not appropriate, Internship at University of Indonesia Hospital (RSUI), PT. Anugerah Pharmindo Lestari, and Kimia Farma Pharmacy Period of September – December 2021 xi 38.92%. Meanwhile, drug prescriptions at the outpatient pharmacy depot specifically for COVID-19 RSUI for the period January – September 2021 which are in accordance with the Hospital Formulary are 59.38% and those that are not appropriate are 40.63%. For lost sales drugs that are in accordance with the Hospital Formulary are 61.12% and those that are not suitable are 38.88%. Keywords: Hospital, Hospital Formulary, Lost Sales, Outpatient Pharmacy Depot.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library