Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 56 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Yana Sutisna
"Stabilitas tanah dasar memerlukan perhatian yang lebih baik, dimana hal ini panting didalam kondisinya sebagai dasar kontruksi suatu bangunan. Stabilitas tanah dasar dapat ditentukan dari kepadatan dan kekuatannya, dimana sejumlah kriteria dan persyaratannya diterapkan. Salah satu solusi dan alternatif yang dicoba adalah pengujian tanah dasar dengan semen abu terbang (Fly Ash Cement) dan tanah dasar dengan pasir serta rangkaian percobaan di laboratorium.
Hasil penelitian di laboratorium ini menunjukkan bahwa penambahan sejumlah kecil semen abu terbang, pasir dapat menurunkan Indeks Plastisitas, sehingga tanah tersebut lebih baik mutunya, juga diperoleh kekuatan yang makin meningkat dilihat dari pengujian CBR.
Kesimpulan yang didapat bahwa semen abu terbang dan pasir dapat digunakan sebagai bahan campuran stabilitas tanah. Walaupun metode perbaikan tanah ini bukan merupakan konsep baru, namun penggunaannya masih belum lazim digunakan di negara berkembang, khususnya penggunaan semen abu terbang (Fly Ash Cement), tetapi tidak ada salahnya metode ini digunakan sebagai uji coba pemanfaatan semen abu terbang (Fly Ash Cement)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Wahyu S.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
S29669
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarif Budiman
"ABSTRAK
Limbah industri yang setiap tahun selalu bertambah jumlahnya dapat menimbulkan masalah bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Salah satu Iimbah yang jumlahnya banyak dan belum termanfaatkan adalah Iimbah PLTU yang berupa abu terbang.
Dalam penelitian mi abu terbang dimanfaatkan untuk pembuatan semen Portland. Pemanfaatan abu terbang sebagai bahan alternatif pembuatan semen Portland dikarenakan kebutuhan semen terus meningkat setiap tahunnya dan keterbatasan bahan baku ( lempurig sebagal sumber Al 203 , pasir sHika sebagai sumber Si02 dan kapur sebagai sumber CaO ) yang biasa dipakai dalam pembuatan semen Portland.
Penelitian dilakukan dengan cara mencampurkan kapur tohor Padalarang dengan abu terbang Suralaya sehingga memiliki komposisi 50%, 60%, 65% clan 72% CaO, kemudian dibakar dalam tanur listrik pada suhu 1300°C ( pembakaran 1 ) clan suhu 1400°C ( pembakaran 2 ) serta diakhin dengan pendiriginan dalam udara terbuka.
HasH pembakaran berupa klinker ( terak ), lalu dianalisa dengan mikroskop refleksi clan XRD untuk mengidentifikasi terbentuknya senyawa utama semen Portland kemudian dianalisa dengan XRF, uji kapur bebas serta uji kuat tekan untuk menganalisa kualitas dari semen yang dihasilkan. Hasil yang didapat untuk pembakaran 1300°C kurang memuaskan, tetapi untuk pembakaran 1400°C hasflnya cukup baik, uji kapur bebasnya untuk sampel 65 % sebesar 0,437 %, sampel 72 % sebesar 10,408 %. Kernudian uji kuat tekannya sampel 65% sebesar70,77. 104 Kg /M2 clan sampel 72% sebesar72,20. 10 4 Kg /M2."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitryan Anggrasari
"Penelitian ini membahas mengenai model rheologi yang terjadi pada umur awal beton yang diakibatkan oleh regangan susut yang terjadi, serta bagaimana pengaruh penambahan fly ash terhadap model rheologi pada umur awal beton. Model rheologi merupakan suatu konsep abstrak yang telah diformulasikan untuk mendeksripsikan perilaku material. Penelitian dilakukan secara eksperimental menggunakan prisma beton 60 MPa berukuran 15 cm x 15 cm x 60 cm berdasakan ASTM C78-94 pada posisi vertikal dan diamati regangan susutnya dengan menggunakan Vibrating Wire Embedded Strain Gage (VWESG) sesaat setelah beton dicor hingga beton berumur 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beton berkinerja tinggi dengan menggunakan fly ash pada umur awal (0 - 24 jam) dapat dimodelkan dengan model rheologi yang terdiri dari lima model yaitu Solidifying Liquid (0 - 1,1 jam), Solidifying Liquid (1,1 - 1,6 jam), Kelvin-Voigt (1,6 - 6,3 jam), Kelvin-Voigt (6,3 - 10,3 jam), dan Kelvin-Voigt (10,3 - 24 jam).

This research discusses rheological models in early age concrete caused by shrinkage strain and the influence of fly ash on the rheological model of early age concrete. Rheological model is an abstract concept that has been formulated to describe material behavior. Three shrinkage specimens made of 60 MPa concrete prism type specimens size of 15 cm x 15 cm x 60 cm and observed by Vibrating Wire Embedded Strain Gage (VWESG) right after the fresh concrete is placed to the mold until the specimens age is 24 hours. The result of this research shows that high-performance concrete using fly ash at early ages (0-24 hours) can be modeled by five rheological models which are Solidifying Liquid (0 - 1,1 hours), Solidifying Liquid (1,1 - 1,6 hours), Kelvin-Voigt (1,6 - 6,3 hours), Kelvin-Voigt (6,3 - 10,3 hours), dan Kelvin-Voigt (10,3 - 24 hours)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T42911
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Rizky Mario Putra
"Peningkatan jumlah pemakaian kendaran bermotor menyebabkan peningkatan jumlah accu bekas. Peningkatan jumlah ini akan meningkatkan jumlah limbah dalam pengolahan accu bekas, salah satunya adalah fly ash. Dalam upaya mengurangi limbah beracun yang dibuang ke lingkungan dan menyebabkan kerusakan bagi manusia, maka fly ash akan di proses untuk dijadikan lead bullion. Pengolahan fly ash meliputi granulasi, pengeringan dan peleburan dengan penambahan bahan aditif Fe, Cokes, CaCO3 dan Na­2CO3. Proses penerapan peleburan menggunakan rotary furnace bersuhu tinggi (960°C - 1121°C). Berdasarkan uji AAS untuk hasil peleburan fly ash diperoleh hasil bahwa komposisi kimia lead bullion yang dihasilkan pada proses peleburan ini terdapat perbedaan dengan lead bullion hasil peleburan paste. Perbedaan yang signifikan terdapat pada unsur Cu, As, Sn dan Sb. Keempat unsur tersebut akan diturunkan dengan treatment removing Cu, softening process dan proses harris untuk mencapai standart yang sudah ditetapkan. Pada perhitungan percent recovery proses fly ash mengalami penurunan dibandingkan dengan proses paste. Rata- rata percent recovery pada proses fly ash adalah 54% dan rata- rata percent recovery pada proses paste adalah 66%. Penurunan nilai percent recovery berdampak pada meningkatnya cost production di proses rotary furnace sebanyak 36.42% tetapi menurunkan harga pokok produksi sebanyak 86.63%. Dalam proses recovery timbal/ timah hitam dengan bahan baku fly ash dapat diaplikasikan untuk menghasilkan lead bullion yang berdampak baik dalam pengolahan limbah beracun.

The increasing number of vehicle maintenance the increasing number of used accu. The increasing used accu is directly proportional to the increasing number will increase the amount of waste in the processing of used accu, one of which is fly ash. In the management of waste that is disposed of into the environment and it causes damage to humans. Fly ash processing includes granulation, drying and smelting with the addition of additives Fe, cokes, CaCO3 and Na2CO3. The process of applies high- temperature rotary furnace (960°C - 1121°C). Based on the AAS test, the result shows that the chemical compositon of lead produced in the smelting process meets the difference from paste produced. There are significant differences in the elements Cu, As, Sn and Sb. The four elements will be procees by removing Cu, softening process and harris process to achieve the standart. The average percent recovery of lead produced from the fly ash smelting process is 54% lower than the average percent recovery of lead produced from pure paste smelting is 66%. The decrease of percent recovery is directly proportional to the increasing production cost in the rotary furnace by 36.42%, although the cost of lead/ kilogram is reducing by 86.63%. In the process of recovering meets the lead by putting fly ash as raw material can be applied in order to produce lead bullion which has a good impact in treating toxic waste."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surya Fahmi
"Limbah industri adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi yang berpotensi menimbulkan masalah terutama menyangkut dampak kandungan B3 pada lingkungan. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan suatu penelitian mengenai konsep pencegahan pencemaran untuk mengurangi volume limbah serta kemungkinan pemanfaatan limbah tersebut dalam bidang lain seperti halnya dalam bidang jasa konstruksi, dimana limbah padat tersebut dikomposisikan sebagai filler pada campuran aspal.
Analisis yang dilakukan adalah mempelajari sejauh mana pengaruh pencampuran material limbah padat terhadap properti aspal, Pada bagian ini dilakukan penelitian mengenai komposisi material penyusunnya untuk mengetahui cara mengkomposisikan material tersebut sehingga diperoleh komposisi campuran terbaik. Adapun pengaruh pencampuran tersebut dapat diketahui melalui pemeriksaan stabilitas terhadap kelelehan plastis ( Marshall Test ), Hal ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan terhadap kelelehan plastis dari campuran aspal. Selain itu, dianalisis pula kelarutan senyawa B3 yang kemungkinan terkandung dalam material limbah padat dengan metode Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS).
Analisa dengan tes Marshall menunjukkan bahwa limbah padat yang dikomposisikan pada campuran aspal tersebut memenuhi standar untuk kadar aspal 6,5 % dengan komposisi filler antara 0 % - 75 % limbah, sedangkan tes AAS menunjukkan bahwa kandungan B3 pada limbah padat berupa unsur Cr tidak larut dalam air.

Industrial disposal is discard yielded from an production process which have the potency to generate problem especially concerning obstetrical impact of B3 at environment. To overcome the problem, a research hit concept of prevention of contamination is needed to lessen volume of waste and also the possibility of exploiting of waste of mentioned in other area just as in area of construction service, where the solid waste is composited as filler at mixture pave.
Analyse taken is learning how far influence of mixing material of solid waste to the properti of pave, At this shares is conducted by a research hit composition material of its compiler to know the way of composition of the material so that obtained by composition of best mixture. As for influence of the mixing knowable through inspection of stability to discharge ( Marshall Test ), This Matter is intended to determine resilience to discharge from mixture pave. Others, analysed also condensation of compound of B3 which is the possibility of implied ining material of solid waste with Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) method.
Marshall test indicate that solid waste which composited at mixture of the asphalt fulfill the standard with pave rate at 6,5 % with composition of filler around 0 % - 75 % waste, while AAS test indicate that the content of B3 at solid waste in the form of Cr element is insoluble in water.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S35099
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nyala Dwis Merthania
"ABSTRAK
Penggilingan clinker pada industri semen tidak selalu bekerja optimum
karena mesin penggilingan akhir yang dilengkapi ball mill selalu di ?on-off? untuk
menghindari suhu tinggi pada mesin penggiling. Akibat utamanya adalah
pemborosan bahan bakar listrik dan waktu produksi.
Mengingat bahwa pelaksanaan tidak dapat dilakukan di lapangan, maka
penelitian dilakukan secara skala laboraturium. Dengan ditambahkannya fly ash
sebagai aditif pada penggilingan clinker (1-10% per kilogram clinker), maka proses
penggilingan semen diharapkan akan semakin lancar karena sifat aditif tersebut
akan memecah ikatan elektrostatif antara ball mill dengan semen sehingga semen
yang keluar dari proses penggilingan akhir menjadi lebih lancar yang berarti
pemborosan listrik dan waktu produksi dapat diatasi.
Penambahan fly ash I-5% pada penggilingan akhir semen berdasarkan pada
keoptimuman fly ash bekerja tampa merubah sifat semen Portland tipe 1(blaine
2800-330Ocm2/g, distribusi partikel dengan mesh<325 sekitar 70-75%, komposisi
kimia terpenuhi). Hasil penelitian diperoleh bahwa dengan penambahan I-5% fly
ash /kg clinker, komposisi kimia yang disyaratkan untuk semen Portland tipe I tetap
terpenuhi. Kenaikan blaine bertambah, yaitu sekjtar 5-15% dari standart yang dibuat
saat penelitian yaitu 2979 cm2/g dan kenakan distribusi partikel yang dilihat dari
naiknya persentase mesh semen diatas 325 sekitar 2-11% dari standart penelitian
dengan lamanya penggilingan 60 menit untuk tiap sampel.
Sehingga penghematan penggunaan energi listrik pada proses penggilingan
akhir semen dicapai sampai dengan 20%.

"
2001
S49128
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faris Razanah Zharfan
"Eceng gondok merupakan gulma perairan yang dapat dimanfaatkan seratnya menjadi bahan baku industri tekstil, kertas, dan komposit. Kualitas serat eceng gondok sangat dipengaruhi oleh kandungan air di dalamnya. Sebagai tanaman air, eceng gondok mempunyai kandungan air awal tinggi, di atas 90%. Perlu proses pengeringan untuk mengurangi kandungan air yang tinggi tersebut hingga menjadi rendah dan dapat digunakan untuk berbagai macam kegunaan, yaitu di bawah 10%. Mixed Adsorption Drying dengan Unggun Terfluidisasi adalah metode pengeringan eceng gondok dengan terlebih dahulu mencampurkannya dengan adsorbent fly ash pada rasio campuran tertentu, lalu mengeringkannya dengan prinsip fluidisasi menggunakan udara pengering. Fly ash digunakan sebagai adsorbent karena memiliki kandungan silika dan alumina yang dapat mengadsorp air selama proses pengeringan. Parameter yang mempengaruhi proses pengeringan dengan metode ini yaitu suhu udara pengering, kecepatan udara pengering, dan rasio campuran eceng gondok-fly ash. Dari penelitian yang dilakukan, nilai masing-masing parameter yang memberikan waktu pengeringan tercepat untuk mengeringkan eceng gondok dari kandungan air awal 94.7% menjadi di bawah 10% adalah suhu 60oC, kecepatan 2 m/s, dan rasio campuran 50:50. Secara keseluruhan, kondisi operasi yang memberikan nilai kecepatan pengeringan pada constant rate tertinggi, 0.01535 gr uap air/cm2.menit, adalah suhu udara pengering 60oC, kecepatan udara pengering 2 m/s, dan rasio campuran eceng gondok-fly ash 50:50.

Water hyacinth is aquatic weed that actually its fiber can be utilized into raw material of textile, paper, and composite industry. The quality of hyacinth fiber is strongly influenced by its moisture content. As aquatic plant, water hyacinth has high initial moisture content, more than 90%. Drying process is used to reduce high moisture content of water hyacinth and can be used for various purposes, that is below 10%. Mixed Adsorption Drying in fluidized-bed is drying method that will mix water hyacinth with fly ash adsorbent first, then dry it with fluidization principle using drying air. Fly ash is used as adsorbent because it consists mainly of silica and alumina which has capability to adsorp moisture. Parameter of drying process are drying air temperature, drying air velocity, and ratio of water hyacinth-fly ash mixture. Research shows the value of each parameter that gives fastest drying time to reduce water content from 94.7% into below 10% are temperature 60oC, velocity 2 m/s, and ratio of mixture 50:50. Operating condition that give highest constant drying rate, 0.01535 gr moisture/cm2.minute, are drying air temperature 60oC, drying air velocity 2 m/s, and ratio of water hyacinth-fly ash mixture 50:50."
2014
S58848
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faris
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membuat mortar menggunakan limbah kertas yang telah diproses sebelumnya untuk mendapatkan mortar yang ramah lingkungan dengan memaanfaatkan limbah namun tetap memiliki sifat mekanis dan fisik yang baik dimana kuat tekan melampaui 17.24 MPa dan densitasnya di bawah 1.8 gr/cm3 . Benda uji ditambahkan zat adiktif berupa fly ash dengan proporsi 4%, 8%, dan 12 % serta superplasticizer sebanyak 1% terhadap berat semen yang digunakan. Pengujian yang dilakukan adalah kuat tekan, kuat lentur, susut, modulus elastisitas, densitas, dan daya serap air. Penelitian ini akan merujuk pada ASTM C 873-94 dan ASTM C 78-94. Dari rata-rata hasil pengujian pada umur 28 hari, sampel dengan fly ash 8% memiliki nilai kuat tekan dan kuat lentur paling tinggi yaitu masing-masing sebesar 18.55 MPa dan 6.35 MPa. Susut terbesar terjadi pada sampel dengan penambahan fly ash sebesar 4% yaitu dengan nilai kumulatif sebesar 19.1%. Modulus elastisitas paling tinggi ada pada penambahan fly ash sebesar 12% yaitu dengan nilai rata-rata sebesar 3233.8 MPa. Densitas terbesar ada pada sampel dengan penambahan fly ash sebesar 12% yaitu dengan nilai rata-rata sebesar 1.78 gr/cm3. Dan untuk daya serap air paling rendah dimiliki oleh sampel dengan penambahan fly ash sebesar 12% yaitu dengan nilai rata-rata 11.59%.
ABSTRAK
The purpose of this research is making mortar using waste paper that has passed its pretreatment in order to get green mortar using waste but still has good mechanical and physical characteristic which is the compressive strength should be above 17.24 MPa and the density should be below 1.8 gr/cm3. All samples have been added by fly ash with proportion 4%, 8%, and 12% and superplasticizer 1% based on cement mass. Tests that have been done are compressive strength, flexural strength, shrinkage, elastic modulus, density, and absorption. This research referred to ASTM C 873-94 and ASTM C 78-94. Average result at age 28 day, samples with addition 8% of fly ash have the highest score for compressive and flexural strength with each of them 18.55 Mpa and 6.35 MPa. The highest shrinkage happened on samples with addition 4% of fly ash with the cumulative result 19.1%. For elastic modulus, the highest score happened on samples with addition 12% of fly ash with the average result 3233.8 MPa. The highest score for density happened on samples with addition 12% of fly ash with the average result 1.78 gr/cm3. And for absorption, the lowest score happened on samples with addition 12% of fly ash with average result 11.59%."
Unversitas Indonesia. Fakultas Teknik, 2016
S65039
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>