Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Devin Hendrawan
Abstrak :
Pendahuluan: Propolis fluorida 10% (PPF 10%) memiliki kemampuan mencegah pembentukan biofilm monospesies, tetapi penelitian dalam mencegah biofilm multispesies belum pernah dilakukan. Tujuan: Mengamati efek inhibisi PPF 10% terhadap biofilm dual-spesies Streptococcus mutans dan Veillonella parvula melalui ekspresi gen NRAMP dan SloR/Dlg_C. Metode: Pembuatan biofilm dilakukan dengan metode 96-well plate dengan inkubasi 1 dan 3 jam. Ekstraksi RNA dan sintesis cDNA dilakukan pada sampel biofilm, dan konsentrasi cDNA distandarisasi untuk reverse-transcription quantitative- polymerase chain reaction (RTqPCR). Gen target dalam penelitian ini adalah NRAMP dan SloR/Dlg_C, dan 16srRNA sebagai kontrol internal. Perubahan gen dikuantifikasi dengan menggunakan metode Livak (2^-∆∆Ct) dan analisis statistik dilakukan menggunakan SPSS. Hasil: Ekspresi gen NRAMP pada sampel monospesies dan dual-spesies lebih rendah pada perlakuan PPF 10% pada 1 dan 3 jam dengan perubahan masing-masing -12.25 dan -8.75 log-fold change (p<0.05). Ekspresi gen SloR/Dlg_C lebih rendah pada sampel monospesies dan dual-spesies dengan perlakuan PPF 10% dengan masing-masing -4.86 dan -5.57 log-fold change (p<0.05). Kesimpulan: Kelompok perlakuan PPF 10% menunjukan perubahan ekspresi gen yang berhubungan dengan stres oksidatif dan simbiosis pada biofilm dual-spesies S. mutans dan V. parvula, mengurangi aerotoleransi dan meningkatkan kerentanan terhadap reactive oxygen species. ......Introduction: Propolis fluoride 10% inhibits monospecies biofilm formation, but there are no research regarding it’s effects on multispecies biofilms. Objective: To investigate the inhibiting effects of PPF 10% on Streptococcus mutans and Veillonella parvula dual-species through NRAMP and SloR/Dlg_C gene expression. Method: Biofilms were made using the 96-well method in 1 and 3-hour incubation. RNA was extracted for cDNA synthesis and standardized using a Qubit fluorometer for reverse-transcription quantitative- polymerase chain reaction (RTqPCR). Target genes used in this study were NRAMP and SloR/Dlg, and 16srRNA as the internal control. Alterations of gene expression were quantified using Livak’s method (2^-∆∆Ct). Statistical analysis was performed using SPSS. Results: NRAMP gene expression is lower in PPF 10% treated monospecies and dual-specoes samples than negative control sample in 1-hour and 3 hours incubation with -12.25 log-fold change and -8.75 log-fold change (p<0.05) respectively. Lower gene SloR/Dlg_C gene expression is also observed in monospecies and dual-species samples with -4.86 and -5.57 log-fold change respectively (p<0.05). Conclusion: PPF 10% treated group showed altered oxidative stress and symbiotic related gene expression in S. mutans and V. parvula dual-species biofilm, reducing aerotolerance, thus increasing reactive oxygen species susceptibility of dual-species biofilm.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angelique Denise Chrysilla
Abstrak :
Fluoride varnish adalah material pencegahahan karies gigi yang menggunakan fluor, suatu gel khusus yang dioleskan pada permukaan gigi untuk remineralisasi lapisan email gigi. Namun setelah aplikasi varnish, terdapat pantangan untuk makan atau minum serta penggosokan gigi, sehingga membuat pengguna merasa tidak nyaman, terutama anak-anak. Selain itu, kemampuan antibakteri varnish tidak dapat mengatasi Streptococcus mutans pada mulut anak-anak. Kedua permasalahan tersebut dapat diatasi dengan fluoride varnish anak yang mengandung agen antibakteri serta memiliki kecepatan pelepasan ion fluor yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat scale up skala pilot dari produk fluoride varnish dengan daun ruku-ruku dengan variasi kapasitas produksi serta menganalisis kelayakan keekonomiannya. Pelepasan ion terbaik didapatkan dalam 6 jam pengujian sebesar 29,08 mg/L. Peningkatan skala kapasitas produksi sangat berpengaruh pada performa fluoride varnish, zona inhibisi mengalami peningkatan, pH cenderung stabil, dan pelepasan fluor cenderung naik. Nilai penyimpangan pelepasan ion fluor pada fluoride varnish skala lab dan scale up adalah sebesar 1,85%. Nilai rata-rata pH seluruh sampel fluoride varnish yang didapatkan telah berada di atas pH kritis fluorapatite sehingga remineralisasi dapat terjadi. Dari analisis kekonomian didapatkan Net Present Value (NPV) sebesar Rp15.950.830.768,00, Internal Rate of Return (IRR) sebesar 18,1% dan payback period selama kurang lebih 5,8 tahun, yang menunjukan bahwa pabrik fluoride varnish ini layak diimplementasikan. ......Fluoride varnish is a dental caries prevention material that uses fluoride, a special gel that is applied to the teeth surface to remineralize teeth enamel. However, after the application of varnish, there are restrictions on eating or drinking and brushing your teeth, which makes users feel uncomfortable, especially children. In addition, the antibacterial ability of the varnish cannot overcome Streptococcus mutans in the mouths of children. Both of these problems can be overcome with children's fluoride varnish which contains antibacterial agents and has a high fluoride ion release rate. The purpose of this research is to make a pilot scale of a fluoride varnish product with holy basil leaves with variations in production capacity and to analyze its economic feasibility. The best ion release was obtained in 6 hours of testing at 29.08 mg/L. Increasing the scale of production capacity greatly affects the performance of fluoride varnish, the zone of inhibition increases, the pH tends to be stable, and the release of fluorine tends to increase. The deviation value of fluoride ion release in lab scale and scale up fluoride varnish is 1.85%. The average pH value of all fluoride varnish samples obtained was above the critical fluorapatite pH so that remineralization could occur. From the economic analysis, it was obtained a Net Present Value (NPV) of Rp. 15,950,830,768.00, an Internal Rate of Return (IRR) of 18.1% and a payback period of approximately 5.8 years, indicating that the fluoride varnish factory is feasible to be implemented.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaidah Qurrota A’yun
Abstrak :
Fluoride varnish merupakan dental material yang diaplikasikan pada permukaan gigi untuk dapat melepaskan fluoride agar remineralisasi dapat terjadi sehingga dapat mencegah karies gigi. Umumnya fluoride varnish diaplikasikan setiap 6 bulan sekali, namun untuk kelompok dengan resiko karies yang tinggi, dapat diberikan setiap 3 bulan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan daun sirih merah terhadap performa produk yang ditinjau dari pelepasan ion dan juga zona inhibisi bakteri. Kemudian dilakukan variasi kapasitas produksi untuk melihat kestabilan performa produk serta dilakukan analisa ekonomi untuk melihat kelayakan bisnis fluoride varnish. Hasil eksperimen didapatkan penggunaan ekstrak daun sirih merah pada pembuatan fluoride varnish dengan kapasitas 100 gr yang dibandingkan terhadap kontrol memiliki pengaruh yang signifikan terhadap zona inhibisi menggunakan bakteri Streptococcus mutans dan pelepasan ion fluoride menggunakan metode ISO 17730;2020 selama 6 jam, namun jika dibandingkan dengan produk komersial MI tidak berbeda nyata terhadap zona inhibisi bakteri maupun pelepasan ion fluor yang menandakan produk cukup baik jika dibandingkan dengan produk komersial. Variasi kapasitas produksi dilakukan untuk melihat apakah produk sudah stabil jika dilakukan scale up. Pada kapasitas produksi 200 gr dan 500 gr, produk sudah stabil namun ketika diproduksi menjadi 1000 gr produk belum stabil dalam pelepasan ion fluor dan zona inhibisi bakteri. Project fluoride varnish dengan ekstrak daun sirih merah sebagai antibakteri dapat dinyatakan layak karena memiliki NPV positif sebesar Rp.32.081.406.436,05, IRR 25,23%, payback period selama 5,4 tahun. ......Fluoride varnish is a dental material which is applied to the tooth surface to release fluoride so that remineralization can occur to prevent dental caries. Generally, fluoride varnish is applied every 6 months, but for groups with a high risk of caries, it can be given every 3 months. The purpose of this study was to determine the effect of the addition of red betel leaves on product performance in terms of ion release and bacterial inhibition zone. Then variations in production capacity were carried out to see the stability of product performance and economic analysis was carried out to see the feasibility of fluoride varnish business. The experimental results showed that the use of red betel leaf extract in the manufacture of fluoride varnish with a capacity of 100 g compared to the control had a significant effect on the inhibition zone using Streptococcus mutans bacteria and the release of fluoride ions using the ISO 17730;2020 method for 6 hours. Variations in production capacity were carried out to test the stability of product performance. At a production capacity of 200 gr and 500 gr, the product is stable but when produced to 1000 gr the product is not stable in the release of fluorine ions and bacterial inhibition zone. The fluoride varnish project with red betel leaf extract as an antibacterial can be declared feasible because it has a positive NPV of Rp.32.081.406.436, IRR 25,23%, payback period for 5,4 years.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Graciapalma Nastiti
Abstrak :
Karies gigi disebabkan oleh penumpukan bakteri di dalam mulut, khususnya bakteri Streptococcus mutans, yang menghasilkan plak dan menyebabkan demineralisasi gigi sehingga mengurangi kandungan mineralnya. Untuk mengatasi hilangnya mineral pada gigi, diperlukan solusi perawatan gigi yang dapat melakukan remineralisasi gigi, seperti fluoride varnish. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui viskositas dan pelepasan ion fluor yang paling optimal pada produk fluoride varnish antibakteri. Sifat antibakteri pada fluoride varnish ini berasal dari penambahan ekstrak daun ruku-ruku. Massa pelarut n-hexane merupakan variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini. Selain itu, dilakukan pengamatan terhadap nilai dari pH, viskositas, dan pelepasan ion fluor pada penelitian ini. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pelarut n-hexane optimum untuk produk fluoride varnish adalah 15,2%. Fluoride varnish ini memiliki nilai viskositas 1302 cP, pelepasan ion fluor tertinggi sebesar 8,53 mg/L, dan nilai pH 6,7. Pada penlitian ini juga dilakukan uji statistik dengan menggunakan metode t-Test yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai viskositas dan pH sampel. Pada pelepasan ion fluor ketika dilakukan uji One-way ANOVA, didapatkan perbedaan yang signifikan pada variasi pelarut n-hexane 75 g (p<0,05). ......Dental caries is caused by the growth of bacteria in the mouth, especially Streptococcus mutans bacteria, which produces plaque and causes tooth demineralization, which can reduce the mineral content. To overcome the loss of minerals in teeth, dental care solutions are needed that can remineralize teeth, such as fluoride varnish. This research aim is to determine the optimal viscosity and release of fluorine ions in antibacterial fluoride varnish products. The antibacterial properties of this fluoride varnish come from the addition of holy basil leaf extract. The mass of the n-hexane solvent is the independent variable used in this research. In addition, observations were made on the values ​​of pH, viscosity, and fluorine ion release in this study. The results obtained show that the optimum n-hexane solvent for fluoride varnish products is 15.2%. This fluoride varnish has a viscosity value of 1302 cP, the highest fluoride ion release of 8.55 mg/L, and a pH value of 6.7. In this research, statistical tests were also carried out using the t-Test method which showed that there were no significant differences in the viscosity and pH values ​​of the samples. In the release of fluorine ions when the One-way ANOVA test was carried out, a significant difference was found in the variation of 75 g n-hexane solvent (p<0.05).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Graciapalma Nastiti
Abstrak :
Karies gigi disebabkan oleh penumpukan bakteri di dalam mulut, khususnya bakteri Streptococcus mutans, yang menghasilkan plak dan menyebabkan demineralisasi gigi sehingga mengurangi kandungan mineralnya. Untuk mengatasi hilangnya mineral pada gigi, diperlukan solusi perawatan gigi yang dapat melakukan remineralisasi gigi, seperti fluoride varnish. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui viskositas dan pelepasan ion fluor yang paling optimal pada produk fluoride varnish antibakteri. Sifat antibakteri pada fluoride varnish ini berasal dari penambahan ekstrak daun ruku-ruku. Massa pelarut n-hexane merupakan variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini. Selain itu, dilakukan pengamatan terhadap nilai dari pH, viskositas, dan pelepasan ion fluor pada penelitian ini. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pelarut n-hexane optimum untuk produk fluoride varnish adalah 15,2%. Fluoride varnish ini memiliki nilai viskositas 1302 cP, pelepasan ion fluor tertinggi sebesar 8,53 mg/L, dan nilai pH 6,7. Pada penlitian ini juga dilakukan uji statistik dengan menggunakan metode t-Test yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai viskositas dan pH sampel. Pada pelepasan ion fluor ketika dilakukan uji One-way ANOVA, didapatkan perbedaan yang signifikan pada variasi pelarut n-hexane 75 g (p<0,05). ......Dental caries is caused by the growth of bacteria in the mouth, especially Streptococcus mutans bacteria, which produces plaque and causes tooth demineralization, which can reduce the mineral content. To overcome the loss of minerals in teeth, dental care solutions are needed that can remineralize teeth, such as fluoride varnish. This research aim is to determine the optimal viscosity and release of fluorine ions in antibacterial fluoride varnish products. The antibacterial properties of this fluoride varnish come from the addition of holy basil leaf extract. The mass of the n-hexane solvent is the independent variable used in this research. In addition, observations were made on the values ​​of pH, viscosity, and fluorine ion release in this study. The results obtained show that the optimum n-hexane solvent for fluoride varnish products is 15.2%. This fluoride varnish has a viscosity value of 1302 cP, the highest fluoride ion release of 8.55 mg/L, and a pH value of 6.7. In this research, statistical tests were also carried out using the t-Test method which showed that there were no significant differences in the viscosity and pH values ​​of the samples. In the release of fluorine ions when the One-way ANOVA test was carried out, a significant difference was found in the variation of 75 g n-hexane solvent (p<0.05).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reagan Cendikiawan
Abstrak :
Latar Belakang: Beberapa penelitian sebelumnya tentang fluoride varnish< (FV) telah dilakukan dengan menambahkan bahan herbal untuk meningkatkan sifat antibakteri dan efektivitas pelepasan ion fluor. Dalam hal ini, produk FV dengan tambahan bahan herbal belum diketahui efek remineralisasi dan peningkatan kekerasan mikro pada gigi manusia yang didemineralisasi secara in vitro.  Tujuan: Menganalisis potensi remineralisasi dan peningkatan kekerasan mikro enamel gigi setelah aplikasi hasil fabrikasi FV dengan tambahan bahan herbal.  Metode: Ekstrak daun konsentrasi 0,1 mg/L dibuat dengan metode pemanasan konveksi pada suhu 40oC dan FV diaduk pada suhu 90oC serta kecepatan pengadukan sebesar 280 rpm. Spesimen gigi direndam dalam larutan demineralisasi yang mengandung trisodium fosfat, kalsium klor, dan asam asetat dengan pH 4,6 selama 4 hari. Setelah itu, spesimen diaplikasikan FV sesuai dengan masing-masing kelompok perlakuan.  Hasil: FVRR (Fluoride Varnish Ruku-Ruku) dan FVSM (Fluoride Varnish Sirih Merah) memiliki jumlah kumulatif dan persentase pelepasan ion fluor yang lebih besar dibandingkan dengan CWV. Analisis CLSM memperlihatkan adanya pengurangan lesi demineralisasi pada FVRR dan FVSM. Peningkatan kekerasan enamel kelompok FVRR dan FVSM lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok CWV dan kontrol negatif.  Kesimpulan: Potensi remineralisasi dan peningkatan kekerasan mikro enamel gigi setelah aplikasi FVRR dan FVSM lebih baik dibandingkan dengan CWV.  ......Background: Several previous studies on fluoride varnish (FV) have been carried out by adding herbal ingredients to increase the antibacterial properties and effectiveness of fluoride ion release. In this case, FV with the addition of herbal ingredients have not been known to have the effect for remineralization and restoration enamel microhardness on demineralized human teeth.  Aim: To analyze the potential for remineralization and restoration enamel microhardness after the application of FV with the addition of herbal ingredients.  Methods: Leaves extract concentration of 0.1 mg/L was prepared by convection heating method at 40oC and FV was stirred at 90oC with a stirring speed of 280 rpm. The tooth specimens were immersed in a demineralized solution containing trisodium phosphate, calcium chlorine and acetic acid with a pH of 4.6 for 4 days. Then, the specimens were applied FV according to each treatment group.  Results: HBV (Holy Basil Varnish) and RBV (Red Betel Varnish) had higher cumulative amount and percentage of fluoride ion release compared to CWV. CLSM showed reduced demineralizing area in HBV and RBV. The increase in enamel hardness in the HBV and RBV groups was higher than CWV and negative control groups.  Conclusion: The potential for remineralization and restoration enamel microhardness after application of HBV and RBV is better than CWV.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karen Geraldine
Abstrak :
Karies adalah penyakit infeksi yang merusak jaringan keras gigi sehingga berlubang dan disebabkan oleh aktivitas bakteri kariogenik yang diaktivasi oleh karbohidrat. Streptococcus mutans adalah bakteri kariogenik dominan yang menyebabkan karies. Pada tahun 2018, tercatat bahwa 93% anak di Indonesia yang berusia 5 sampai 6 mengalami karies. Terapi topikal dalam bentuk fluoride varnish menjadi salah satu pencegah terjadinya karies pada gigi. Adapun, penelitian terdahulu membuktikan bahwa walaupun fluoride varnish memiliki kemampuan antibakteri terhadap Streptococcus mutans ketika diaplikasikan pada orang dewasa, hal yang sama tidak terjadi pada anak-anak. Selain itu, fluoride varnish dengan minyak perasa berbeda memiliki pelepasan ion fluoride yang berbeda pula. Oleh karena itu, dibutuhkan penambahan minyak perasa dan agen antibakteri pada komposisi fluoride varnish. Penelitian ini akan mempelajari metode formulasi fast release fluoride varnish dengan menggunakan penambahan minyak perasa merk LorAnn Oils dengan variasi strawberry-kiwi, cinnamon roll, dan marshmallow, serta agen antibakteri dari bahan alam yaitu ekstrak buah delima (Punica granatum), daun sirih merah (Piper crocatum), dan daun sirsak (Annona muricata) yang diperoleh melalui metode maserasi untuk menginhibisi bakteri Streptococcus mutans dengan waktu pelepasan ion fluoride di bawah 4 jam. Uji pelepasan ion fluoride dilakukan menggunakan elektroda ion selektif fluoride. Uji inhibisi bakteri dilakukan dengan metode difusi cakram pada bakteri Streptococcus mutans yang dibiakkan pada media BHI. Kontrol positif pada penelitian ini yaitu 3M Clinpro White Varnish. Hasil fast release fluoride varnish terbaik diperoleh pada variasi fast release fluoride varnish dengan penambahan 2% minyak perasa strawberry-kiwi dengan ekstrak daun sirih merah 1 g/L, dengan jumlah fluoride dalam larutan uji senilai 72,29 g/L pada jam ke-4 dan zona inhibisi bakteri Streptococcus mutans sebesar 3,81 mm. ......Caries is an infection that destroys teeth structure and is caused by the activity of cariogenic bacteria which are activated by the presence of carbohydrates. Streptococcus mutans is a dominant cariogenic bacteria that causes caries in oral cavity. In 2018, it is recorded that 93% of children aged 5 to 6 experience caries disease. Topical therapy in the form of fluoride varnish is one of many ways to prevent caries on teeth. However, although fluoride varnish is proven to have antibacterial activities against Streptococcus mutans when applied to adults, this does not happen to children. Fluoride varnish with an addition of different flavors also have different fluoride release performance. That is why an addition of flavor oils and antibacterial agents to fluoride varnish is needed. This research will conduct a study of fluoride varnish formulation using addition of LorAnn Oils flavor oils with the flavors strawberry-kiwi, cinnamon roll, and marshmallow, and also natural antibacterial agents from extracts of pomegranate (Punica granatum) fruit, betle (Piper crocatum) leaves, and soursop (Annona muricata) leaves obtained through maceration to inhibit Streptococcus mutans bacteria with the highest fluoride release rate. Fluoride release test is done in four hours by using fluoride ion selective electrode. Bacterial inhibition test is done by disc diffusion method on Streptococcus mutans bacteria grown on BHI agar. The positive control for this research is 3M Clinpro White Varnish. The best fast release fluoride varnish goes to the one with an addition of 2% strawberry-kiwi flavor oil and 1 g/L addition of betle leaves extract, with a highest fluoride release at 72,29 mg/L at the fourth hour and an inhibition zone of 3,81 mm against Streptococcus mutans bacteria.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhea Putriani
Abstrak :
Di Indonesia, data menyebutkan bahwa 93 persen anak usia dini pada rentang usia lima hingga enam tahun mengalami karies. Fluoride telah diakui sebagai bahan aktif, yang bisa digunakan dalam pencegahan karies. Aplikasi fluoride varnish yang memiliki pelepasan ion fluoride dan kalsium yang cepat, selain meningkatkan efektivitas dalam pencegahan karies tingkat tinggi juga menambah nilai kenyamanan dalam hal rasa dan aroma pada pasiennya, terutama anak-anak. Penelitian ini melakukan studi tentang formulasi dasar fluoride varnish dengan penambahan minyak perasa dan agen remineralisasi dikalsium fosfat dihidrat. Hasil formulasi akan diuji kandungan pelepasan ion fluoride dan kalsium setelah 6 jam menggunakan alat ion selektif elektroda. Variabel bebas yang diujikan yaitu perasa, konsentrasi perasa, jenis kalsium dan konsentrasi kalsium fosfat. Hasil data dianalisis dengan uji ANOVA satu arah dan Tukey post hoc dengan tingkat signifikansi α=0,05. Hasil membuktikan perbedaan variabel yang diujikan memberikan hasil yang berbeda secara signifikan terhadap pelepasan ion fluoride dan kalsium. Pelepasan ion fluoride tertinggi diperoleh dari formulasi peppermint 2,5% dan DCPD-Xylitol 1% sebesar 296,8952 mg/L. Untuk kalsium, formulasi peppermint 2,5% dan DCPD-Casein 3% yang memberikan kumulatif pelepasan ion kalsium tertinggi sebesar 113, 8667 mg/L Selain itu, kelayakan ekonomi juga dianalisis untuk dengan meninjau nilai NPV, IRR, Net B/C dan Payback Period.
In Indonesia, the data states that 93 percent of early childhood in the age range of five to six years have caries. Fluoride has been recognized as an active ingredient, which can be used in caries prevention. The application of fluoride varnish, which has a fast release of fluoride and calcium ions, in addition to increasing effectiveness in the prevention of high caries levels also adds value in terms of taste and aroma comfort in patients, especially children. This study conducted a study of a basic formulation of fluoride varnish with the addition of a flavoring oil and a remineralization agent of dicalcium phosphate dihydrate. The results of the product will be tested for the release of fluoride and calcium ions after 6 hours using a selective ion electrode. The independent variables tested were types of flavor, flavor concentration, types of calcium, and calcium phosphate concentration. The results of the data were analyzed by a one way ANOVA test and Tukey post hoc with a significance level α = 0.05. The results prove the differences in the variables tested gave significantly different effects on the release of fluoride and calcium ions. The highest fluoride ion release was obtained from a 2.5% peppermint formulation and 1% DCPD-Xylitol at 296.8952 mg/L. For calcium, 2.5% peppermint formulation and 3% DCPD Casein which provide the highest cumulative release of calcium ions reaches 113, 8667 mg/L. Also, economic viability is also analyzed to review NPV, IRR, Net B/C and Payback Period
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library