Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Mulyetty A. Mulian
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian dilakukan dengan tujuan memberikan informasi mengenai manfaat pemberian vitamin nengandung fluor Gbimin AF, pada ibn hamil terhadap karies gigi sulung anaknya. Penelitian secara retrospektif dilakukan terhadap 123 anak peserta Ppogram Jaminan §e1ayanan Kesehatan RS. St. Carolus yang berdomisili di Jakarta sejak lanir, berusia 1 tahun hingga 4 tahun. Pengumpulan data diperoleh dari hasil pemeriksaan karies gigi sulung anak yang dilahirkan oleh ibu yang diberi vitamin mengandung fluor dan yang diberi vitamin tidak mengandung fluor. Selain itu dilakukan tanya-jawab terhadap ibu pada masa kehanilan anaknya. Hasil penelitian menunjuk- kan bahwa karies gigi sulung (ada tidaknya karies, def-t, dan def-s) pada anak yang dilahirkan dari ibu yang diberi vitamin mengandung fluor lebih rendah dibanding dengan anak yang dilahirkan dari ibu yang diberi vitamin tidak mengandung fluor pada masa kehanilan. Perbedaan tersebut bermakna (P
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Bagus Bina Edvantoro
Abstrak :
ABSTRAK
Glukoamilase merupakan enzim ekstraseluler yang dapat menghidrolisis pati nrenjadi glukosa.

Penelitian ini bertujuan untuk nengetahui pengaruh empat sumber karbohidrat, yaitu tepung beras, tepung maizena, tepung tapioka, dan soluble starch terhadap aktivitas glukoanilase R. arrhizus UICC 2 dan R. oryzae UICC 128 pada kondisi fermentasi yang diberikan dalam waktu inkubasi 24 jam.

Data rata-rata aktivitas glukoamilase R. arrhizus UICC 2 dan R. oryzae UICC 128 dalam waktu fermentasi 24 jam yang dinyatakan dalam unit/ml, diperoleh nilai tertinggi dari sumber karbohidrat tepung rnaizena, kemudian diikuti dengan tepung tapioka, soluble starch, dan tepung beras.

Hasil perhitungan aktivitas glukoamilase menunjukkan, ada perbedaan aktivitas glukoamilase R. arrhizus UICC 2 antara sumber karbohidrat tepung maizena dan tepung beras, antara tepung tapioka dan tepung beras, serta antara soluble starch dan tepung beras. Ada perbedaan aktivitas glukoamilase R. oryzae UICC 128 antara tepung maizena dan tepung beras, antara tepung tapioka dan tepung beras, antara soluble starch dan tepung beras, antara tepung maizena dan tepung tapioka, serta antara tepung maizena dan soluble starch. ABSTRACT
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyuning Hanurawati
Abstrak :
ABSTRAK
Glukoamilase menghidrolisis ikatan a-1,4 dan a-1,6 pada ujung non-reduktif dari pati.

Dalam penelitian ini dilakukan perbandingan aktivitas glukoamilase dari A. awamori UICC 314 yang ditumbuhkan pada medium Sakai modifikasi dengan enam sumber karbohidrat yang berbeda. Pengukuran aktivitas glukoamilase dengan metode Nishise et al. (1988), dan konsentrasi glukosa dengan metode Somogyi-Nelson.

Dalam waktu fermentasi 24 jam urutan tinggi ke rendah aktivitas glukoami1ase dihasilkan dari tepung beras, tepung ubi, maizena, tapioka, soluble starch dan tepung sagu; pada tepung sagu dan soluble starch aktivitas berbeda nyata dengan tepung beras, tepung ubi, maizena, dan tapioka; aktivitas pada soluble starch juga berbeda nyata dengan tepung sagu; pada tapioka aktivitas tidak berbeda nyata dengan tepung beras dan tepung ubi, sedangkan dengan maizena berbeda nyata; pada tepung beras, tepung ubi, dan maizena hasilnya tidak berbeda nyata.

Dalam waktu fermentasi 48 jam tidak ada perbedaan aktivitas glukoamilase pada semua sumber karbohidrat.

Aktivitas glukoamilase berbeda dalam waktu fermentasi 24 dan 48 jam pada tepung beras, tepung ubi, maizena, dan tepung sagu; sedangkan pada tapioka dan soluble starch tidak ada perbedaan. ABSTRACT
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1992
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Melani Sigar
Abstrak :
ABSTRAK
Bacillus sp. Th4 merupakan bakteri penghasil amilase. Pada proses fermentasi, sumber karbohidrat mempengaruhi dan menentukan hasil akhir proses tersebut. Penelitian ini bertujuan meneliti pengaruh sumber karbohidrat, yaitu: maizena, tepung sagu, tapioka, tepung beras, dan soluble starch, terhadap aktivitas amylase Bacillus sp. Th4; dan menentukan sumber karbohidrat terbaik untuk aktivitas amilase yang maksimum.

Bacillus sp. Th4 diinokulasikan pada medium fermentasi Pamatong modifikasi dengan variasi sumber karbohidrat, dan diinkubasi dalam shaking incubator selama 20 jam, 45°C, dengan kecepatan 120 rpm. Aktivitas amilase diuji berdasarkan metode Morgan & Priest modifikasi. Gula pereduksi yang terbentuk diukur dengan menggunakan pereaksi DNS.

Urutan dari tinggi ke rendah, aktivitas amylase hasil penelitian ini, diperoleh pada substrat tapioka, tepung sagu, maizena, soluble starch dan tepung beras. Pada tapioka aktivitas amilase berbeda nyata dengan tepung sagu, maizena, soluble starch dan tepung beras. Aktivitas amilase pada maizena, soluble starch dan tepung beras tidak berbeda nyata, tetapi berbeda nyata dengan tepung sagu. ABSTRACT
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Food diversificatiion is one of the governmental programs to reduce rice demand. Cassava is a good sources of carbohydrate. The Objective of this research was to show the effect of composition of cassava and soybean flour in flake formula. The flake was enriched with soybean (10%,20/%, 30%, and 40%) as source of protein. Hedonic test was test was used to determine the best product. The result indicated that 10 % soybean mixing was the most accepted.
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Abstrak :
Cookies is one of the favorite snacks consummed by community . The average consumption of dry cake in the big city and village in Indonesia is 0.40 kg/capita/year. Cookies processing do not need volume development as wet cake and bread, but the cookies have to be crispy, imperishable to water, hard and unbroken easily...
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy
Abstrak :
Latar belakang: Saat ini debu tepung masih dianggap sebagai bahan yang tidak berbahaya/debu inert, sementara pada industri tepung terigu PT.ISM BSFM terdapat tendensi peningkatan gangguan saluran napas atas maupun saluran napas bawah. Penelitian bertujuan mencari hubungan antara gangguan faal paru pada pekerja dengan pajanan debu tepung dan faktor lain yang berhubungan, prevalensi keluhan serta prevalensi penyakit paru kerja. Metode: Penelitian menggunakan desain studi Cross sectional internal kompartif terhadap dua kelompok pekerja yang terpajan rendah dan terpajan tinggi berdasarkan hasil pengukuran personal dust sampler(debu respirable). Studi dilakukan dengan mewawancarai 119 responden memakai kuesioner Pneumobile project Indonesia 1992, mengukur faal paru dengan spirometri dan pengukuran Arus puncak ekspirasi. Hasil dan Kesimpulan: Kadar debu di bagian pengemasan dan penggilingan sangat tinggi mencapai 3 kali NAB. Terdapat penurunan faal paru berupa restriksi pada 37 % responden dan obstruksi 7,5%, di mana terdapat hubungan yang bermakna antara penurunan fungsi paru dengan status gizi, pekerja yang terpajan tinggi, lama merokok, umur dan lama kerja. Prevalensi keluhan batuk kronik 21,8 %, berdahak kronik 13,4 % dan sesak napas 18,5 %, sementara prevalensi penyakit paru kerja didapat 4,2 % responden yang menderita bronkitis kronik dan 14,3% asma di mana 1,7 % merupakan asma kerja.
Back ground: Today grain flour dust is still assumed as nontoxic dust, while several respiration disease (upper and low) are increase at PT.ISM BSFM the biggest grain mill in Indonesia. The goal of this study was to identify relation between the decrease of lung function and the exposure of grain flour dust, with some other related factor. To find prevalent of symptom and prevalent of occupational lung disease. Method: Design of the study was a Cross-sectional study, with internal comparative of the two group workers (high exposure and low) that base on result of measurement of personal dust sampler (respirable dust). A simple working survey using Pneumobile Indonesia questioner was carrying out to 119 respondents, measurement lung function by spirometri and peak flow expiration. Results and Conclusion: Study finding the high exposure of dust at the packing unit and milling unit, the concentration is 3 time greater than TLVs. Result of the lung function measurement found 37 % respondent were restriction and 7.5% obstruction, this respondent have significant relation with their body mass index, working in the high exposure place, length time of smoking, age and length time of working. Prevalent of chronic cough 21.8 %, chronic sputum 13.4 % and breathing difficulty 18.5 %, while prevalent of occupational lung disease were 4.2 % respondent with choric bronchitis and 14.3% asthma included 1.7 % occupational asthma.
Jakarta: Universitas Indonesia, 2002
T1704
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susanto Ongkowidjaja
Abstrak :
Latar belakang: Penggunaan tepung terigu semakin lama semakin meningkat, begitu juga dengan gangguan kesehatan paru akibat pajanannya. Karena belum banyaknya penelitian yang menganalisis dampak debu tepung tersebut terhadap kesehatan paru maka dilakukannya penelitian gangguan fungsi paru restriksi (GFPR) akibat pajanan debu tepung terigu. Metode: Penelitian potong lintang dilakukan di suatu pabrik tepung di Jakarta tahun 2006. Responden berasal dari pekerja yang terpajan tinggi dan rendah terhadap debu tepung. Data yang dikumpulkan antara lain karakteristik demografi, kadar debu personal dan spirometri (diukur oleh Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja). Analisis menggunakan pendekatan risiko relatif (RR) dengan waktu konstan (constant time). Hasil: Dan total responden 118 orang, didapatkan yang terpajan tinggi 81 orang dan 37 yang terpajan rendah. Ditemukan kadar debu perorangan sebesar 5,66 mg/m', GFPR terjadi pads 43,2% responden. Kadar debu tinggi dan umur di atas 35 tahun paling berpengaruh terhadap GFPR. Jika dibandingkan dengan pajanan rendah, responden yang bekerja di tempat pajanan tinggi memiliki kemungkinan GFPR 2,4 kali lipat [risiko relatif suaian (RRa) 2,40; 95% interval kepereayaan (CI) 1,13 - 5,13; p = 0,022]. Jika bandingkan dengan usia di bawah 35 tahun, maka responden yang di atas 35 tahun mempunyai risiko GFPR lebih besar 1,7 kali lipat (RRa 1,67; 95% CI 0,87 - 3,22; p=0,122). Kesimpulan: Responden yang bekerja dipajanan tinggi dan berusia di atas 35 tahun , perlu mendapat perhatian khusus terutama fungsi paru.
Background: Usage of wheat flour longer progressively mount along with the increasing of food variant using wheat flour materials. The mentioned is also experienced of by PT X as wheat flour producer, every year its production increasing, but affect from the production are incidence of flour dirt exposure to worker resulting its health trouble specifically for bronchi. Method: Research conducted to 118 employees designed by cross sectional study to two group which are high exposure (81 employees) and lower exposure (37 employees) to flour dust base on result of measurement of personal dust sampler. Using risk analysis relative by wearing Cox regressi. Study conducted with interview to and responder measurement of lung function by spirometri. Result: The concentration flour dust of packing exceed TLVs. Restrictive lung disorder happened at 43,2% responder. Responder in place high exposure have possibility of restrictive lung disorder 2,40 times bigger than low exposure (RR 2,40; CI 1,13 - 5,13; p= 0,022). Compared to age under 35 year, responder age above 35 year have bigger restrictive lung disorder risk (RR 1,67; CI 0,87 - 3,22; p=0,122) Conclusion: employees are high exposure and have age above 35 year , require to get special attention especially lung function.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T17697
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>