Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Katami Nasarasiddi
Abstrak :
Produksi industri logam tembaga sering melibatkan dua proses yang berbeda; hidrometalurgi dan pirometalurgi. Pekerjaan sebelumnya yang diusulkan adalah proses sinergis antara hidro dan pirometalurgi. Tembaga sulfat mengalami proses pengendapan menggunakan kapur sebagai bahan pengendapan karena energi dan efisiensi biaya. Proses ini kemudian diikuti oleh pemisahan fisik dari pengendapan endapan. Skripsi ini menginvestigasi kondisi proses yang optimal dalam hal pengendapan produk dan dampak pemberian flokulan anionik / kationik pada proses pengendapan. Varietas berikut diterapkan untuk mencapai tujuan penyelidikan: • Waktu tinggal yang berbeda dalam reaktor; 10, 15, dan 30 menit • Perbedaan rasio kapur dengan tembaga sulfat; 100%, 95%, dan 105% dengan standar waktu tinggal 15 menit • Penggunaan flokulan yang berbeda dari anionik, kationik, dan tanpa penambahan flokulan. • Perbedaan dosis flokulan yang digunakan Serangkaian variasi di atas didasarkan pada kelayakan praktik dan diharapkan untuk mencapai kondisi terbaik dalam mengoptimalkan proses pengendapan brochantite. Hasil penelitian menemukan; waktu tinggal selama 15 menit menghasilkan tembaga yang lebih tinggi namun dengan laju pengendapan rendah. Peningkatan rasio antara kapur dan tembaga sulfat menghasilkan hasil yang sama. Hasil pengendapan yang tinggi dengan laju pengendapan yang rendah ini dioptimisasi dengan adanya penambahan flokulan untuk mempercepat laju pengendapan. Ditemukan bahwa anionik dengan dosis 10 mL mempengaruhi laju pengendapan lebih baik daripada kationik terhadap endapan tembaga karena permukaannya bermuatan positif. Kata Kunci: anionik, flokulan, kapur, kationik, optimisasi, proses tersinergi, pengendapan, tembaga, tembaga sulfat. ......Industrial production of copper metal often involves two different processes; hydrometallurgical and pyrometallurgical. Previous work proposed is a synergistic process of hydro- and pyrometallurgical route. Copper sulphate undergoes a precipitation process of using lime as precipitation agent due to energy and cost efficiency. The process is then followed by physical separation of settling the precipitate. This research investigates the optimal condition of the process in terms of the settling of the product and the impact of dosing anionic/cationic flocculant on settling. The following varieties were applied to achieve the objectives of investigation: • Different residence time in the reactor of 10, 15 and 30 minutes • Different lime to copper sulphate ratio of 100%, 95% and 105% with a standard of 15 minutes residence time • Different flocculant usage of anionic, cationic and no addition of flocculant • Different dosage of flocculant used A series of variety above was based on the feasibility of practice and was expected to achieve the best condition in optimising settling of brochantite. The results of the investigation found were; intermediate residence time in the reactor of 15 minutes recovered higher copper with a cause of low settling rate. The increase in ratio of lime to copper sulphate produces similar result of having higher copper recovering with a drawback of settling rate. These optimum precipitation extent and low settling rate are maximised by introducing flocculant towards the settling process to improve settling rate. It was found that anionic with a dosage of 10 mL affects settling rate better than cationic towards copper precipitate due to their positively charged surface. Keywords: anionic, cationic, copper, copper sulphate, flocculant, lime, optimising, settling, synergistic process.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Listyarini
Abstrak :
Berbagai limbah styrofoam kemasan (PS) pada penelitian ini digunakan untuk membuat natrium polistirena sulfonat (NaPSS). PS disutfonasi dengan asam sulfat pekat 98% menggunakan sulfonasi heterogen dan homogen dengan pelarut dikloroetana (DCE) dengan berbagai variasi suhu (60, 80 dan 100 °C) dan variasi waktu reaksi (3, 4, 5, dan 6 jam). Produk sulfonasi diidentifikasi dengan spektroskopi FTIR. Adanya puncak pada bilangan gelombang 1140 dan 1040 cm"'datam spektrum infra merah menunjukkan karakteristik gugus sulfonat. Persentase sulfonasi maksimum yang dihasilkan adalah 74,9% dengan menggunakan sulfonasi heterogen pada kondisi suhu 100 °C dan waktu reaksi 6 jam sedangkan persentase sulfonasi maksimum yang dihasilkan dengan menggunakan sulfonasi cair-cair adalah 81,91% pada kondisi suhu 100 °C dan waktu reaksi 4 jam. Herat molekul rata-rata limbah styrofoam yang digunakan pada penelitian berkisar antara 90.000 -92.800 g/mol dan menghasilkan NaPSS dengan berat molekul antara 125.000 - 136.000 g/mol. Larutan NaPSS diaplikasikan sebagai flokulan pada proses pengolahan air danau dan dibandingkan dengan aquaklir, flokulan yang telah beredar di pasaran. Hasil menunjukkan bahwa NaPSS dapat menurunkan nilai turbiditas air danau dari 24,58 ntu menjadi sekitar 1 ntu, hal ini masih kurang optimum bila dibandingkan dengan aquaklir.
Several kinds of polystyrene packaging waste (PS) were used in the synthesis of sodium polyfstyrene sulfonate) (NaPSS). PS was sulfonated by using sulfonic acid under heterogeneous and Iquid-liquid sulfonation reactions with dichloroetane (DCE) as solvent. The reactions were conducted at three different temperatures i.e. 60, 80 and 100 °C and at four different reactions time (3, 4, 5 and 6 hours). The product was characterized by FTIR spectrophotometer. The absorption at 1140 and 1040 cm"1 in the infrared spectrum was characteristic for sulfonic groups. The maximum percentage sulfonation was found 74.9% for heterogeneous sulfonation at 100 °C and 6 hours reactions time and the maximum percentage sulfonation for Iquid-liquid sulfonation was found 81.91% at 100 °C and 4 hours reactions time. An aqueous solution of NaPSS was used as a flocculant in lakes water treatment, compared with aquaklir, a commercial flocculant. The results showed that NaPSS can decrease turbidity of water from 24.58 ntu to about 1 ntu, which was less than aquaklir.
[Place of publication not identified]: Sains Indonesia, 2006
SAIN-11-3-2006-6
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Steven Ramli
Abstrak :
Proses pengeluaran air pada batu bara merupakan hal yang sangat penting dalam industri batu bara disebabkan oleh dampak yang ditimbulkan pada saat penanganan dan penentuan karakteristik daripada produk batu bara dan tailing. Metode filtrasi komersil yang ada saat ini tidak cukup efektif serta berat dalam segi biaya. Dengan demikian, proses pengeluaran air dibantu oleh bahan kimia aditif dengan berbagai dosis diperkenalkan untuk melihat dampaknya pada perubahan jumlah filtrasi dan kelembaban hasil filtrasi tanpa harus meningkatkan biaya operasional secara signifikan. Eksperimen ini dilakukan dengan menggunakan tekanan vakum dan dengan sinergi oleh software komputer, data air yang dapat dikeluarkan daripada campuran air dan batu bara terhadap waktu dapat diamati. Perbedaan tekanan yang digunakan pada peralatan ini adalah 60 kPa dan diaplikasikan untuk seluruh rangkaian eksperimen dengan komposisi campuran solid dan liquid sebesar 20 . Tujuan daripada eksperimen ini adalah untuk mempelajari dan menganalisa kinetik daripada filtrasi dan sifat hasil filtrasi batu bara dan tailing dengan menggunakan surfaktan anionik dan kationik: AERODRI 104, AERODRI 105 dan CTAB, diikuti oleh penggunaan flokulan anionik: A962, dan yang terakhir dengan mencampurkan surfaktan anionik, AERODRI 105, dengan flokulan anionik. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dengan menggunakan surfaktan anionik pada sampel batu bara, penurunan kelembaban dapat dicapai. Selanjutnya, ditemukan juga bahwa flokulan dapat meningkatkan kelembaban hasil filtrasi dan dengan menggunakan campuran flokulan dan surfaktan anionik menghasilkan produk dengan kelembaban yang lebih rendah dan jumlah pengeluaran air yang lebih tinggi. ......Dewatering of ultrafine coal and refuse slurries are of major importance to the coal industry due to their impacts on the handling and utilisation characteristics of coal products and tailings disposal. Available commercial filtration methods are either ineffective or costly for ultrafine coal and tailings dewatering. Therefore, dewatering assisted by chemical is introduced at various dosages to observe the changes in filtration rate and moisture content of cake without significantly increase the operating cost. The experiment was conducted by utilising vacuum pressure and synergising with computer software, data of water removal from the coal slurry over time was observed. The pressure difference of the equipment was set at 60 kPa throughout the series of experiments with slurries composition of 20 . The experiment purpose was to study and analyse the filtration kinetics and filter cake properties of coal concentrate and tailings by utilising anionic and cationic surfactant AERODRI 104, AERODRI 105, and CTAB, followed by usage of anionic flocculant A962, and lastly by combining anionic surfactant, AERODRI 105, with an anionic flocculant. The results showed that with applying anionic surfactants in coal samples, lower final moisture content could be achieved. Furthermore, flocculant was found to be increasing moisture content of filter cake and using mixed flocculent and anionic surfactant yielded a product with lower final moisture and a higher dewatering rate.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67441
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library