Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
Muhammad Reza Firdaus
"Dok Apung merupakan salah satu jenis dok yang pada umumnya ada di Indonesia. Dok Apung merupakan salah satu fasilitas pengedokan kapal. Kondisi dok harus dalam keadaan baik dan aman ketika beroperasi. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem yang mengatur tentang perawatan dan pemeliharaan bagian dan perlengkapan dok tersebut. Sistem pemeliharaan yang dilakukan secara berkala dan terencana dapat memperpanjang usia pakai suatu dok dan mencegah terjadinya masalah yang dapat merugikan dok, sehingga dapat mencegah penurunan produktivitas dok tersebut. Atas dasar itulah dibuat Plan maintenance system pada bagian dan peralatan di dok apung. Dalam hal ini pembuatan Plan Maintenance System direncanakan untuk konsep desain dok apung 13000 TLC untuk periode 5 tahun.
Floating dock is one of the docks, which generally exist in Indonesia. Floating dock is one ship docking facility. Dock conditions must be in good condition and safe when in operation. Therefore, it is necessary to have a system that regulates the maintenance parts and supplies these docks. A maintenance system which is done in a regular period and well-planned can extend life-time of a dock and avoid the problems that can inhibit the dock, so decrease in productivity of the dock can be prevented. Based on that system maintenance is made Plan on parts and equipment in the floating dock. In this case, design concept 13000 TLC will be the object of research for the production of the maintenance system for a period of 5 years."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59795
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Bram Sebastian Dethan
"Menyadari dengan bertambahnya kapal tanker 17500 DWT di Indonesia maka dibutuhkan fasilitas pengedokan yang mudah dan aman. Dok Apung merupakan salah satu proses pengedokan mudah dan secara kontruksi tidak memakan waktu dan lahan. Perancangan Dok Apung dengan 13000 TLC dibuat dengan tujuan membantu proses pengedokan yang ada di negara ini. Dok Apung tidak lepas dari kata stabilitas karena gaya apung pada dok membutuhkan tingkat stabilitas yang baik untuk tetap menjaga dok dan kapal yang sedang dok didalamnya mutlak aman dari segala kondisi trim dan oleng. Proses pengedokan kapal pada dok apung dioperasikan menggunakan sistem ballast. Ballast yang dipompa masuk kedalam tangki ballast akan menenggelamkan dok dan sebaliknya ballast yang dikeluarkan dari tangki ballast akan mengangkat dok untuk mengapung. Kapal dalam dok dengan kondisi trim dan oleng dapat diatur stabilitasnya dengan sistem ballast.
The increasing use of 17500 DWT tankers has led to the need of convenient and apt docking facility. Dry dock is an alternative for the need because its ease of use and efficiency both in time and land consumption. 13000 TLC dry dock planning is established to help improving docking process in Indonesia. It is crucial to pay attention to stability in dry dock planning because it requires a good level of stability to maintain the dock and the vessel involved in the docking process from trim. Docking process with dry dock operates with ballast system. Ballast pumped into the ballast tank causes the dock to descend and vice versa. Ballast pumped out of the tank raises the dock to float. The stability of a vessel in trim condition can be easily adjusted and maintained with ballast system."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60101
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Lathif Prasetyo Wibisana
"Asas cabotage yang sudah berlaku di indonesia sangat berpengaruh pada dunia perkapalan nasional, terbukti dengan jumlah armada kapal nasional semakin lama semakin meningkat. Sejalan dengan asas cabotage & peningkatan jumlah kapal nasional. Industri perkapalan di indonesia juga mendapatkan dampak positif, salah satunya adalah meningkatnya kebutuhan industri pengedokan untuk melakukan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan kapal. Industri dok didalam negeri masih belum memiliki kapasitas dok yang mampu menampung perbaikan kapal nasional, maka dari itu diperlukan perencanagan suatu fasilitas dok yang sesuai untuk industri dok di indonesia.
Pada tugas akhir ini membahas mengenai perancangan suatu dok jenis dok apung yang memiliki kapasitas dapat menampung berbagai tipe kapal yang banyak beroperasi di indonesia. Perancangan dilakukan mulai dari menganalisa besar kapasitas dok apung, prarancangan dok, menentukan spesifikasi dok hingga perancangan konstruksi dok dengan melakukan analisa kebutuhan pengedokan dan kekuatan memanjang dari struktur dok sesuai dengan peraturan badan klasifikasi kapal yang nantinya dapat ditentukan bahwa rancangan dok yang sudah dibuat memenuhi peraturan dan aman saat beroperasi.
Cabotage principle which is already force in Indonesia is very influential in national shipping industry. The number of national fleet progressively increasing. In line with cabotage and the increase in the number of and national fleet effect on shipbuilding industry in Indonesia such as the docking industry for ship repair and maintenance. Nowadays, dockyard in Indonesia't have enough capacity to accommodate the entire national demand for ship repair and maintenance, therefore, Indonesia must to plan a dock facilities that suitable for dockyard industry in Indonesia.In this final project is discuss the design of a floating dock that have the capacity which is can accommodate many different types of vessels were operating in Indonesia. The design is done by starting from the determining the capacity of floating dock, initial design, determine the floating dock specification, design the dock construction and then longitudinal strength analysis of dock structure so the design can approved by classification society and comply with the regulation standard also to prove the dock design will safely operate."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59898
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Nathania Rismauli
"Dok apung merupakan sebuah struktur yang dibangun sebagai tempat dilakukannya reparasi kapal. Dok apung banyak diminati oleh pemilik kapal karena dapat mengerjakan reparasi dan pemeliharaan untuk bagian baik diatas maupun dibawah air. Sebagai salah satu alat niaga galangan, tingginya pekerjaan yang dilakukan oleh dok apung terlebih dalam proses docking- undocking tentu harus mengutamakan aspek keselamatannya karena memiliki banyak risiko besar yang dapat mempengaruhi dok apung secara operasional maupun teknis. Sebagai langkah untuk mencegah atau mengurangi posibilitas terjadinya patah pada dok apung akibat beban kerja yang besar, perlu dilakukan penilaian risiko keselamatan. Metode yang digunakan untuk menganalisa risiko keselamatan dari dok apung, penulis menggunakan Metode Formal Safety Assessment (FSA). Penelitian ini bertujuan melakukan penilaian risiko, memberikan pilihan pengendalian risiko, menghitung biaya dan memberikan rekomendasi pengendalian risiko. Sumber terbesar dari patahnya dok apung yaitu penipisan ketebalan pelat dan kelebihan beban dan diidentifikasi cara pengendalian risikonya dengan bantuan Fault Tree Analysis (FTA) yang menghasilkan 4 butir opsi pengendalian risiko beserta perhitungan biayanya. Dari setiap pengendalian risiko didapatkan total sembilan rekomendasi pengendalian risiko besera estimasi biayanya.
Floating dock is a structure built as a place for ship repairs to be carried out. Floating docks are in great demand by ship owners because they can carry out repairs and maintenance for parts both above and below water. As one of the shipyard's trading tools, the high work done by the floating dock, especially in the docking-undocking process, of course, must prioritize the safety aspect because it has many big risks that can affect the floating dock operationally and technically. In some cases, unfortunately, fractures occur in floating docks which are certainly dangerous like what happened in Jayakerta IV floating dock. So to reduce the risk of such event, a risk assessment is carried out and produce several recommendation to control the hazard. The method used to analyze safety risks from floating docks, the authors use the Formal Safety Assessment (FSA) method. The biggest sources of floating dock fractures are plate thickness thinning and overload and ways to control the risks are identified with the help of Fault Tree Analysis (FTA) which produces 4 risk control options along with cost calculations. From each risk control, a total of nine risk control recommendations along with estimated costs are obtained."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library