Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rosita
"Telah dilakukan identiflkasi flavonoid yang terkandung dalam tanaman
keluarga Asteraceae, seperti Ageratum conyzoides L., Blumea balsamifera L.
(DC.), Chrysanthemum indicum L., Elephantopus scaber L., Eupatorium triplinery
e Vahi dan Pluchea indica Less , dengan reaksi warna dan spektrofotometri UV/
cahaya tampak , yang didahului dengan isolasi menggunakan cara kromatografi la
pisan tipis, kromatografi kertas dan kromatografi kolom.
Dari hasil percobaan diperoleh bahwa identifikasi dengan spektrofo
tornetri UV/cahaya tampak yang lebih dapat diandalkan.
Isolasi yang terbaik adalah secara kromatografi lapisan tipis dengan eluen bu
tanol-asam asetat-air (4:1:5), petroleum eter-etil asetat (2:1) dan Etanol:ben
zen (3:7).
Pada daun yang diperiksa terdapat flavon/flavonol atau isoflavon.

The Identification of Flavonoids in some species of Asteraceae,
such as Ageratum conyzoides L., Blumeabalsamifera L.(DC.), Chrysanthemumindicum
L., Elephantopus scaber L., Eupatorium triplinerve Vahi and Plu
chea indica Less has been done by colour reaction and spectrofotometry UV/
visible, previously isolated by thin layer, paper and coloum chromatography.
The experiment resulted inspectrofotometric identification is va
lued.
Thin layer chromatographed isolation with eluents butanol -acetic acid-water
(4:1:5), petroleum eter-etil asetat (2:1) and etanol-benzen (3:7) is the
best.
Flavon/flavonol or isoflavon were found in investigated leaves.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1986
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Pantas
"ABSTRAK
Dewasa ini banyak digunakan flavonoid sebagai bahan utama dalam obat-obatan modern, yang digunakan untuk pengobatan wasir dan varices. Ekstra Farmakope Indonesia dan buku-buku resmi lainnya hanya memuat monografi Rutin. Dalam rangka pengawasan mutu dibutuhkan suatu metode pemeriksaan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan suatu cara pemeriksaan sediaan obat modern yang mengandung flavonoid. Dalam pene1itian ini dilakukan percobaan terhadap 7 sediaan yang terdaftar dengan metode kromatografi dan spektrofotometri. Metode yang dapat dipakai untuk identifikasi flavonoid dalam obat modern ialah kromatografi kertas dengan pelarut n-butanol - asam asetat - air (4:1:5), kromatografi lapisan tipis denan pelarut etil asetat - metil etil keton - asam formiat - air (:3:1:1) dan spektrofotometni memakai pelarut metanol dengan penambahan pereaksi A101 3 ,HC1,NaOAc dan H3B03. Penetapan kadar Rutin dalam sediaan dapat ditentukan secara spektrofotometri dari hasil ekstraksi sediaan dengan etanol pada panjaag gelombang 36l nm. Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan penetapan kadar flavonoid dalam sediaan dan pemakaian lebih luas metode spektrofotometri untuk identifikasi."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1981
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chrisanty Budi Santoso
"TFlavonoid yang tersebar luas dalarn tumbuh-tumbuhan ma- kin banyak inendapat perhatian karena berrnacain-macain khasiat- nya.Beberapa jenis flavonoid dalam berbagai tumbuhan belurn
dapat diidentifikasi.
Penelitian ml bertujuan untuk mendapatkan suatu cara iden-
tifikasi flavonoid dalain tanaman termasuk isolasi pendahulu-
annya ,dengan mengembangkan cara-cara identifikasi flavonoid
yang sudah dikenal diantaranya kroznatografi dan spektroskopi
u.v. Untuk tujuan tersebut digunakan 3 jenis tumbuhan obat
Eclipta alba Rassk,Artemisia vulgaris Linn dan Gynura cf pseudochina DC , dari familiaAsteraceae.
Penelitian jul menghasilkan suatu metode isolasi untuk- identifikasi flavonoid yaitu dengan cara inengelusi dengan pe- larut yang sesuai,raksi yang didapat dielusi lagi dengan pe-
larut lain ,demikian Iseterusnya sampal didapat hail yang su- dah cukup murni untuk pengukuran spektrum u,v.nya.
Flavonoid dapatdiidentifikasi secara sederhana yaitu dengan raenggabungkan reaksi warna,kromatografi dan .spektroskopi u.v. Data yang di.dapat kemudian dibandinkan dengan data senyawa Yang sudah dikenal.
Daun Eclipta alba paling sedikit mengandung 3 senyavia flavo- noid dengan salah satunya diduga Luteolin 7-0-glukosida. Dal-am daun Artemisia vulgaris dapat dltuniikkan adanya 2 se-. nyawa flavonoid,sedangkan Gynura cf pseudochina tidak -
Yaitu mengandung uiavonoid.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1984
S31785
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surjani Tjandra
"Telah dilakukan penelitian untuk menentukan golongan
flavonoid yang dikandung oleh daun Strobilanthes crispus Bi.
Penelitian meliputi pemeriksaan pendahuluan, kromatografi la
pisan tipis, kromatografi kertas, dan spektrofotoxnetri.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa daun Strobilanthes
crispus Bi mengandung dua senyawa flavonoid yang termasuk
golongan flavon atau flavonol.

Has been done the atudy..in classifying flavonoid cornpounds
from the leavesofStrbbilàntheS crispus Bi. The study
consists of preliminary investigations, thin layer chromatography,
paper chromatography and spectrophotometry.
From the experiment results, has been found out that
the leaves of Strobilanthes crispus Bl contain two kinds of
flavonoid compounds classified as flavofles or flavonols.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1984
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rakhmad Indra Pramana
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa pengaruh inhibisi ekstrak cair daun
Beluntas (Pluchea Indica Less.) terhadap korosi pada baja karbon rendah di
lingkungan 3,5% NaCl. Penelitian dilakukan menggunakan pengujian weight loss,
polarisasi, dan Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR). Pengujian weight
loss menunjukkan bahwa perendaman selama 9 hari dengan penambahan ekstrak
sebanyak 3 mL memberikan nilai rata-rata efisiensi paling maksimum sebesar
75,97% dengan rata-rata laju korosi paling minimum sebesar 0,89 mpy. Pengujian
polarisasi menunjukkan terjadi pergeseran kurva ke arah anodik pada penambahan
ekstrak sebanyak 1,2,3 mL, dan bergeser ke arah katodik pada penambahan
sebanyak 4 mL. Penambahan ekstrak berpengaruh terhadap penurunan laju korosi
yaitu dari 24,8 µA.cm-2 menjadi 5,04 µA.cm-2
, sehingga memperkuat hasil
pengujian weight loss bahwa ekstrak daun Beluntas dapat menghambat korosi
baja karbon rendah di larutan 3,5% NaCl. Pengujian polarisasi menunjukkan
bahwa ekstrak daun Beluntas memiliki tipe inhibisi campuran (mixed) dengan
kecenderungan lebih dominan kearah anodik berdasarkan nilai potensial korosi
yang berubah secara acak. Pengujian FTIR menunjukkan bahwa estrak daun
Beluntas teradsorpsi pada permukaan baja karbon rendah dan proses adsorpsinya
terjadi melalui gugus fungsi yang dimiliki ekstrak. Mekanisme adsorpsi ekstrak
daun Beluntas sesuai dengan Langmuir adsorption isotherm yang menunjukkan
bahwa telah terjadi pembentukan lapisan monolayer di permukaan baja karbon
rendah.

ABSTRACT
The study was conducted to analyze the inhibition effect of Beluntas (Pluchea
indica Less.) leaves extract on the corrosion of low carbon steel in 3.5% NaCl
environment. The study was invetigated by weight loss, polarization, and Fourier
transform infrared spectroscopy (FTIR) methods. Weight loss showed that soaking
for 9 days with the addition of 3 mL of the extract gave an average value of the
maximum efficiency of 75.97% with an average of the minimum corrosion rate of
0.89 mpy. Polarization shows the polarization curve shifts to the anodic direction
in addition of 1,2,3 mL extract, and shifted toward the cathodic curve to the
addition of 4 mL. The presence of inhibitor causes decrease in the corrosion rate
from 24.8 to 5.04 μA.cm-2, thus confirm the results of weight loss that Beluntas
leaves extract can inhibit the corrosion of low carbon steel in 3.5% NaCl solution .
The polarization showed that the Beluntas leaves extract acts through mixed mode
of inhibition, as evident from the values of Ecorr, which do not increase or decrease
in a regular manner from the blank value. FTIR showed that the Beluntas leaves
extract adsorbed on the surface of low carbon steel and the process of adsorption
occurs through a functional group extract. Beluntas leaves extract shows
Langmuir adsorptions isotherm that indicated the monolayer formation on the low
carbon steel surface."
Lengkap +
2012
T31694
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Diyah Santi Eriyani
"Xantin oksidase berperan dalam mengkatalisis hipoxantin menjadi xantin dan selanjutnya menjadi asam urat, yang mana memiliki peranan penting terhadap hiperurisemia. Salah satu pengobatan hiperurisemia adalah dengan menghambat xantin oksidase sehingga produksi asam urat berkurang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas fraksi teraktif dari ekstrak metanol kulit buah salak (Salacca edulis Reinw.), dalam menghambat xantin oksidase. Kulit buah salak dipilih berdasarkan penggunaannya secara empirik dalam pengobatan hiperurisemia. Serbuk simplisia dimaserasi menggunakan metanol, kemudian dilakukan fraksinasi dengan pelarut n-heksana, etil asetat, n-butanol dan metanol. Fraksi teraktif yang diperoleh adalah fraski etil asetat dengan IC50 23,435 μg/mL. Uji kinetika enzim menunjukkan bahwa fraksi etil asetat mempunyai aktivitas penghambatan kompetitif. Hasil identifikasi golongan senyawa terhadap fraksi etil asetat menunjukan adanya golongan senyawa glikosida, flavonoid, tanin, dan fenol.

Xanthine oxidase catalyses the oxidation of hypoxanthine to xanthine and then to uric acid, which plays a crucial role in hyperuricemia. One of the treatments of hyperuricemia is by inhibiting the xanthine oxidase so that the production of uric acid can be reduced. The purpose of this study was to determine the most active fraction of methanol extact from peel of snake fruit (Salacca edulis Reinw.) in inhibiting xanthine oxidase. Peel of snake fruit was selected according to the empiric medication of hyperuricemia. The simplicia powder was extracted by methanol, and then fractionated successively by n-hexane, ethyl acetat, n-butanol, and methanol. Fraction of ethyl acetat is the most active fraction. It has IC50 value 23,07 μg/mL. Kinetic enzyme assay showed that ethyl acetat fraction had competitive inhibitory activity. The result of phytochemical identification shows that the fraction of ethyl acetat contains glycosides, flavonoids, tannins, and phenols."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46844
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Solita Yuki
"Asam urat dapat dihasilkan melalui proses katalisasi oksidasi dari hipoxantin menjadi xantin dan juga melalui degradasi purin dengan bantuan xantin oksidase. Bila kadar asam urat melebihi batas normal maka dapat menyebabkan hiperurisemia yang merupakan faktor utama gout (pirai). Hal ini dapat dicegah dengan menginhibisi kerja xantin oksidase menggunakan inhibitor xantin oksidase. Penelitian ini dilakukan untuk menemukan kandidat inhibitor XO dari flavonoid dengan metode penapisan virtual menggunakan AutoDock Vina dalam PyRx. Hasil optimisasi parameter penapisan virtual diperoleh dengan menggunakan grid box 15Åx15Åx15Å dan exhaustiveness 8. Struktur kristalografi target makromolekul diperoleh dari RSCB PDB dengan ID 2E1Q. Berdasarkan hasil penapisan virtual diperoleh sepuluh senyawa ligan uji dengan energi ikatan terendah, antara lain: 7,4'-dihydroxyflavone, apigenin, geraldone, chrysin, 7,3',4'-trihydroxyflavone, luteolin, baicalein, 6-hydroxyluteolin, pseudobaptigenin, dan scutellarein. Sepuluh senyawa tersebut memiliki energi ikatan antara -9,9 hingga -10,8 kkal/mol dibandingkan dengan kontrol positif allopurinol (-6,9 kkal/mol), oxypurinol (-7,2 kkal/mol), febuxostat (-8,2 kkal/mol), dan topiroxostat (-8,6 kkal/mol). Hasil tersebut mengindikasikan bahwa sepuluh senyawa tersebut memiliki potensi sebagai inhibitor XO.

Uric acid can be produced through the oxidation catalysis process from hypoxanthine to xanthine and also through purine degradation catalyzed by xanthine oxidase. When uric acid levels exceeding normal limits, hyperuricemia, which is a major factor in gout, could be developed. This can be prevented by inhibiting the action of xanthine oxidase using xanthine oxidase inhibitors. The study was conducted to find XO inhibitor candidates from flavonoids by virtual screening methods using Vina AutoDock in PyRx. Optimization results of virtual screening parameters were obtained using a 15Åx15Åx15Å grid box and exhaustiveness 8. The crystallographic structure of the macromolecular target was obtained from RSCB PDB with ID 2E1Q. Ten compounds were obtained from virtual screening result based on their binding energy, including: 7,4'-dihydroxyflavone, apigenin, geraldone, chrysin, 7,3',4'-trihydroxyflavone, luteolin, baicalein, 6-hydroxyluteolin, pseudobaptigenin, and scutellarein. The ten compounds have binding energy of -9,9 to -10,8 kcal / mol compared with positive control of allopurinol (-6,9 kcal/mol), oxypurinol (-7,2 kcal/mol), febuxostat (-8, 2 kcal/mol), and topiroxostat (-8,6 kcal/mol). These results indicate that the ten compounds have potential to be developed as XO inhibitors."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Most of vegetable consummed by Indonesian contain flavonoid that are active as antioxidant. Cassava leave is one of Indonesian vegetables that is rich in flavonoid content....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hanny Faizah
"Latar belakang: Streptococcus sobrinus merupakan salah satu bakteri penyebab karies. Propolis dilaporkan memiliki efek dalam menghambat pertumbuhan bakteri kariogenik.
Tujuan: Menganalisis efek ekstrak propolis dan permen mengandung propolis terhadap pertumbuhan Streptococcus sobrinus.
Metode: Streptococcus sobrinus dipaparkan terhadap ekstrak propolis dan permen dengan kandungan propolis. Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) ekstrak propolis diuji dengan metode spektrofotometrik serta koloni Streptococcus sobrinus dihitung dengan metode Standard Plate Counted
Hasil: nilai KHM ekstrak propolis adalah 5% dan nilai KBM adalah 10%. Jumlah koloni bakteri Streptococcus sobrinus berkurang setelah pemaparan ekstrak propolis dan permen propolis.
Kesimpulan: Ekstrak propolis dan permen dengan kandungan propolis dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus sobrinus.

Background: Streptococcus sobrinus is one of the etiologic agents of dental caries. Propolis has been reported to have an antibacterial activity against cariogenic bacteria.
Objective: To analyze the effect of propolis extract and propolis candies to Streptococcus sobrinus growth.
Methods: Streptococcus sobrinus were exposed to extract propolis and propolis candies. Minimim Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum Bactericidal Concentration (MBC) were determined with spectrofotometric analysis and the Streptococcus sobrinus colonies were counted with Standard Plate Counted method.
Result: MIC was determined at 5% and the MBC at 10%. Streptococcus sobrinus colonies were decreased after exposed to propolis extract and propolis candies.
Conclusion: Propolis extract and propolis candies could inhibit the growth of Streptococcus sobrinus."
Lengkap +
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Himmi Marsiati
"Pendahuluan: Penelitian dilakukan untuk mengetahui peran senyawa flavonoid mangiferin dalam meningkatkan ekspresi mRNA HIF-1α dan sebagai pencekal besi dalam menstabilkan HIF-1α pada lini sel HepG2 dan menganalisis interaksi mangiferin dengan prolil hidroksilase (PHD2) secara simulasi docking.
Metode: Sel HepG2 dikultur hingga >80% konfluen dan selanjutnya diberikan mangiferin konsentrasi 25-200μM. Kuersetin digunakan sebagai pembanding flavonoid mangiferin yang bekerja di dalam inti sel, sedangkan DFO dan CuCl2 digunakan sebagai pembanding daya ikat terhadap besi. Ekspresi mRNA HIF-1α ditentukan dengan real time RT- PCR/q-PCR, dan stabilisasi protein HIF-1α ditentukan mengunakan teknik ELISA. Simulasi docking dilakukan terhadap protein PHD2 dengan mangiferin, CuCl2, deferoksamin (DFO), dan campuran mangiferin+ kuersetin.
Hasil: Uji viabilitas sel menggunakan metode MTS dengan pemberian mangiferin, kuersetin, campuran mangiferin-kuersetin, DFO dan CuCl2 (25-200μM) memperlihatkan hasil diatas 85%. Ekspresi mRNA HIF-1α dengan mangiferin, kuersetin, mangiferin+kuersetin, dan DFO menunjukkan hasil sedikit lebih tinggi dibanding kontrol. Konsentrasi protein HIF-1α pada pemberian mangiferin, kuersetin, mangiferin-kuersetin, DFO dan CuCl2 lebih tinggi dibanding kontrol. Simulasi docking mangiferin terhadap PHD2 memperlihatkan ΔG= -16,22, dan DFO menunjukkan ΔG= -17,15. Terdapat interaksi antara mangiferin, dan DFO dengan besi dan asam amino pada situs katalitik domain PHD2, sedangkan CuCl2 tidak berinteraksi dengan residu asam amino pada domain PHD2, tetapi langsung menggantikan Fe. Efek penghambatan terhadap PHD2 oleh mangiferin dan kuersetin disebabkan oleh delokalisasi elektron melalui kompleks transfer elektron.
Kesimpulan: Mangiferin dapat meningkatkan ekspresi mRNA HIF-1α dan meningkatkan protein HIF-1α, menurun protein PHD2 dan menurunkan protein HO-HIF-1α pada lini sel HepG2 secara in vitro. Analisis docking terdapat interaksi antara mangiferin, dan DFO dengan besi dan asam amino PHD2. Mangiferin memiliki stabilitas pengkikatan dengan besi yang berdekatan dengan DFO.

Introduction: This research was conducted to determine the role of flavanoid mangiferin to increase expression HIF-1α mRNA, and as an iron chelator to stabilize protein HIF-1α in cell line HepG2 and analyzes the interaction of mangiferin with prolil hidroksilase (PHD2) by docking simulation.
Methods: HepG2 cells were cultured and treated by mangiferin with concentration between 25-200μM. Quercetin is used as a comparison mangiferin flavonoid that works in the nucleus and DFO, CuCl2 is used as a comparison to iron-binding. HIF- 1α mRNA expression was determined by real time RT-PCR/q-PCR, and the stability HIF-1α protein were measured by the increase in HIF-1α protein, decreased PHD2 protein and decreased HO-HIF-1α using ELISA. Docking simulation was conducted between PHD2 protein and mangiferin, CuCl2, desferoxamine (DFO), and quercetin.
Results: Cell viability with MTS assay showed that cell exposure with 25μM-200μM concentrations of mangiferin, quercetin, mangiferin+quercetin mixture, DFO, and CuCl2 is above 85%. HIF-1α mRNA expression was slightly higher than in controls with mangiferin, quercetin, mangiferin quercetin mixture and DFO. HIF-1α protein concentration and ratios vs untreated controls were above 1 with mangiferin, quercetin, mangiferin quercetin mixture, DFO, and CuCl2. Docking simulation mangiferin with PHD2 showed ΔG= -16,22. Docking simulation with DFO showed ΔG= -17,15, and interact mangiferin, and DFO with iron in the catalytic site of PHD2 and with amino acid residues, whereas CuCl2 does not react with amino acid residues in the PHD2 domain, but directly replaces Fe. The inhibitory effect to PHD2 by mangiferin and quercetin is considered by electron delocalisation through an electron transfer complex.
Conclusion: Mangiferin can increase HIF-1α mRNA expression and HIF-1α protein levels in HepG2 cell line by in vitro. Binding interaction with iron and PHD2 amino acids occurs by mangiferin and DFO. Mangiferin has stability iron binding a similar with DFO.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>