Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rui Giusti
"Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat, merupakan kabupaten yang rawan terhadap bencana alam, terutama bencana hidrometeorologi. Faktor curah hujan seperti kejadian hujan ekstrem menjadi pemicu utama banyaknya kejadian bencana seperti longsor dan banjir. Namun, keterbatasan data curah hujan menyebabkan kesulitan dalam memprediksikan pola hujan Dibutuhkan sumber data curah hujan lain yang dapat digunakan untuk menganalisis pola hujan. Penelitian ini bertujuan menganalisis pola spasio-temporal hujan ekstrem berbasis data stasiun observasi curah hujan dan data satelit NOAA-AVHRR dan mencari korelasi antara kedua sumber data tersebut. Data curah hujan harian periode tahun 2004-2017 dihitung menggunakan metode fix threshold R50. Hasil analisis memperlihatkan bahwa terdapat nilai korelasi kuat positif antara data curah hujan berbasis data stasiun observasi dengan data curah hujan satelit NOAA-AVHRR dengan nilai korelasi yaitu 0,9 pada bulan Maret 2015 dan 0,8 pada bulan Agustus 2016. Dapat dikatakan bahwa data satelit NOAA-AVHRR dapat dijadikan acuan untuk memprediksikan curah hujan. Hasil analisis juga memperlihatkan faktor ketinggian mempengaruhi pola spasial hujan ekstrem di Kabupaten Cianjur.

Cianjur Regency, in West Java Province, is a regency which is prone to natural disasters, particularly hydro meteorological disasters. Rainfall related factors such as events of extreme rainfall became a primary cause for the relatively high frequency of occurrences of natural disasters such as landslides and flooding incidents. However, the limited rainfall data available caused difficulties in predicting the rainfall patterns. An alternative source of rainfall data is needed for analysing the spatial temporal pattern of extreme rainfall, based on data acquired from weather and rainfall observation stations as well as data acquired from NOAA AVHRR satellites, and also by finding correlations between the two data sources mentioned. Daily rainfall data between 2004 2017 would be counted by using the fix threshold R50 method. The results show that there are a strongly positive correlation r between the rainfall observation station data and the rainfall data from NOAA AVHRR with value 0.9 on March 2015 and 0,8 on August 2016. Because of that NOAA AVHRR satellite data can be relied upon for predicting rainfall. The results also show that elevation affects the spatial pattern of extreme rainfall in Cianjur Regency. Where, mountainous areas tend to have a higher frequency of extreme rainfall.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mawaddatun Niswah
"Perubahan iklim terhadap dinamika atmosfer telah mempengaruhi terjadinya peningkatan fenomena cuaca ekstrem di berbagai wilayah dunia, termasuk Probolinggo. Mengidentifikasi pola spasial dan kecenderungan hujan ekstrem di Probolinggo merupakan tujuan dari penelitian ini. Data curah hujan harian di 55 stasiun penakar curah hujan periode 1990-2015 digunakan untuk mengetahui frekuensi
kejadian hujan ekstrem di Probolinggo menggunakan metode fix threshold (MFT) dan metode site specific threshold (MSST). Analisis spasial deskriptif digunakan untuk membandingkan pola spasial dua metode tersebut berdasarkan wilayah ketinggian dan jarak dari garis pantai.
Hasil menunjukkan bahwa wilayah pegunungan di selatan Probolinggo yang jauh dari garis pantai memiliki frekuensi hujan ekstrem tertinggi. Pada wilayah pesisir Probolinggo terdapat ambang batas hujan ekstrem berdasarkan MSST yang nilainya kurang dari ambang batas MFT. Secara umum, frekuensi kejadian hujan ekstrem di Probolinggo memiliki kecenderungan meningkat di wilayah pegunungan.

Climate change on the dynamics of the atmosphere have influenced the increase of extreme weather phenomena in various regions of the world, including Probolinggo. Spatial patterns and trends in extreme rainfall in Probolinggo is the purpose of this study. The frequency of extreme rainfall events in Probolinggo calculated from daily rainfall data in 55 rainfall stations period 1990-2015.
The method used are Fix Threshold Method (FTM) and Site Specific Threshold Method (SSTM). Comparison between the spatial patterns of of the two methods analyzed by altitude and distance from the coastline.
The results showed that the mountains area has the highest frequency of extreme rainfall. In coastal area there are threshold extreme rainfall by SSTM whose value less than threshold FTM. Generally, the highest frequency of extreme rainfall events in Probolinggo increase especially in the mountain area.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S66347
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azzahra
"Kabupaten Kebumen merupakan kabupaten yang curah hujan tinggi dan berpotensi seringnya mengalami kejadian hujan ekstrem. Frekuensi kejadian hujan ekstrem dihitung di 31 stasiun penakar curah hujan selama periode 1981-2015. Untuk melihat pola spasial frekuensi hujan ekstrem di Kabupaten Kebumen digunakan metode fix threshold (MFT) dan site specific threshold (MSST). Perbandingan dua metode hujan ekstrem bertujuan untuk memprediksi dan meminimalisir dampak kejadian longsor yang dipicu oleh hujan ekstrem. Pola spasial dianalisis berdasarkan wilayah ketinggian dan jarak dari garis pantai, kemudian divalidasi dengan wilayah kejadian longsor. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa MFT merupakan metode terbaik dalam menggambarkan kejadian hujan ekstrem di Kabupaten Kebumen. Kejadian hujan ekstrem sebesar 50 mm sudah cukup untuk memicu terjadinya longsor di Kabupaten Kebumen.

Kebumen Regency is attributed with high rainfall rate that cause high potential to extreme rainfall events. The frequency of extreme rainfall events calculated in 31 rain stations during the 1981-2015 period. The Fix Threshold Method (FTM) and Site Specific Threshold Method (SSTM) are used to see the spatial pattern of frequency of extreme rainfall in Kebumen Regency. Comparison between the two methods aims to predict and minimize the impact of the landslide event which triggered by extreme rainfall events. Spatial pattern has been analyzed based on region altitude and distance from the coastline, and validated by landslide occurances. The result showed that FTM is the best method to describe extreme rainfall event in Kebumen Regency. Extreme rainfall event around 50 mm is enough to trigger landslide in Kebumen Regency.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65049
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library