Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fajar Sesario
Abstrak :
Latar Belakang: Manajemen jalan napas pada bayi dan anak memiliki kesulitan tersendiri karena ukurannya yang lebih kecil, proporsi struktur anatomi yang berbeda dari orang dewasa, dan risiko hipoksemia yang lebih tinggi daripada orang dewasa. Berbagai intervensi telah dilakukan untuk meningkatkan efisiensi intubasi endotrakea pada bayi dan anaknya, salah satunya adalah dengan memanipulasi bentuk dan sudut ETT. ETT spiral merupakan salah satu hasil manipulasi bentuk dan sudut ETT di mana ETT dengan stylet fleksibel dipuntir secara manual. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan uji klinis efektivitas penggunaan ETT spiral dibandingkan dengan ETT tanpa stylet pada intubasi pasien anak usia 1 bulan sampai 6 tahun dengan menggunakan videolaringoskop. Tujuan: Membandingkan angka keberhasilan first attempt, akurasi penempatan, waktu penempatan, dan efek samping penggunaan ETT spiral dibandingkan dengan ETT tanpa stylet pada intubasi pasien anak usia 1 bulan-6 tahun dengan menggunakan videolaringoskop. Metode: Penelitian ini merupakan uji klinis terandomisasi di RSUPN Cipto Mangunkusumo selama September sampai dengan November 2021. Sebanyak 50 subjek yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi dirandomisasi dan dikelompokkan ke dalam kelompok ETT spiral dan ETT tanpa stylet. ETT spiral dibentuk dengan cara memuntir ETT dengan bantuan alat yang dibuat oleh peneliti. Keberhasilan first attempt, akurasi penempatan, waktu penempatan dan efek samping dari kedua jenis ETT dicatat dan dianalisa dengan menggunakan metode analisis komparasi kategorik/numerik tidak berpasangan. Hasil: Hubungan antara keberhasilan intubasi first attempt pada ETT spiral dan ETT tanpa stylet adalah 80 % vs 64% dan  dengan nilai  p = 0.208 tidak bermakna. Perbandingan total intubation time pada kedua jenis ETT didapatkan tidak signifikan (46.532±5.195 detik ETT spiral vs 48.376±4.952 detik ETT tanpa stylet; nilai p = 0.205). Perbandingan total tube handling time pada kedua jenis ETT didapatkan bermakna, di mana ETT spiral menunjukkan perbedaan rata-rata waktu yang lebih singkat dibandingkan ETT tanpa stylet (16.764±3.572 detik vs 18.828±3.654 detik; p = 0.049). Penempatan ETT berhubungan signifikan dengan jenis ETT, di mana ETT spiral memiliki kemungkinan penempatan ETT di sentral yang lebih besar dibandingkan dengan ETT tanpa stylet dengan nilai p = 0.015. Tidak ada satupun subjek yang mengalami efek samping pada kedua jenis ETT. Kesimpulan: Angka keberhasilan intubasi first attempt, didapatkan data yang tidak bermakna, namun dilihat dari nilai total tube handling time dan akurasi penempatan ETT di sentral, terdapat perbedaan yang bermakna. ......Background: Airway management in infants and children has its own difficulties due to its smaller size, different proportions of anatomical structures than adults, and a higher risk of hypoxaemia than adults.  Various interventions have been carried out to increase the efficiency of endotracheal intubation in infants and their children, one of which is by manipulating the shape and angle of the ETT.  Spiral ETT is one of the results of manipulation of the shape and angle of the ETT where the ETT with flexible stylets is twisted manually.  This study aims to conduct a clinical trial of the effectiveness of the use of a spiral ETT compared to an ETT without a stylet in intubating pediatric patients aged 1 month to 6 years using a videolaryngoscope. Objective: To compare the successful first attempt intubation, placement accuracy, placement time, and side effects using a spiral ETT compared to an ETT without a stylet in intubating pediatric patients aged 1 month-6 years using a videolaryngoscope. Methods: This study was a randomized clinical trial at Cipto Mangunkusumo General Hospital during September to November 2021. A total of 50 subjects who met the inclusion and exclusion criteria were randomized and grouped into spiral ETT and styletless ETT groups.  The spiral ETT was formed by twisting the ETT with the help of a tool made by the researcher.  Placement accuracy, placement time and side effects of both types of ETT were recorded and analyzed using the unpaired categorical/numeric comparative analysis method. Results: The relationship between successful first attempt intubation in spiral ETT and ETT without stylet was 80% vs 64% and with p value = 0.208 was not significant. The comparison of total intubation time for both types of ETT was not significant (46.532±5.195 seconds spiral ETT vs 48.376±4.952 seconds ETT without stylet; p value = 0.205). The comparison of the total tube handling time for the two types of ETT was significant, where the spiral ETT showed a shorter average difference than the standard ETT (16,764±3.572 seconds vs 18,828±3.654 seconds; p = 0.049). ETT placement was significantly related to the type of ETT, where spiral ETT had a greater likelihood of central ETT placement compared to styletless ETT with p value = 0.015. None of the subjects experienced side effects on both types of ETT. Conclusion: The success rate of first attempt intubation, obtained data that is not significant, but seen from the total tube handling time and the accuracy of the placement of the ETT in the center, there is a significant difference.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ananto Wiji Wicaksono
Abstrak :
Latar Belakang: Intubasi nasotrakeal adalah manajemen jalan napas yang banyak digunakan, terutama pada operasi di daerah oral. Beragam perangkat ditemukan untuk melakukan teknik intubasi, seperti video laringoskop. Penggunaan Video Laringoskop C-MAC® (CMAC) memungkinkan visualisasi glottis yang lebih baik bila dibandingkan dengan laringoskop Machintosh. Pada kasus jalan napas sulit, CMAC meningkatkan angka kesuksesan intubasi orotrakeal. Namun perangkat ini tidak umum digunakan pada intubasi nasotrakeal. Metode: Uji klinis acak tersamar tunggal terhadap 86 subjek penelitian untuk membandingkan keberhasilan intubasi dan durasi waktu intubasi nasotrakeal pada pasien dewasa ras Melayu antara penggunaan laringoskop video C-MAC® dengan penggunaan laringoskop konvensional Macintosh. Kriteria penolakan adalah sulit jalan napas, kehamilan, penyakit jantung iskemik akut, gagal jantung, blok derajat 2 atau 3, hipertensi tak terkontrol, Sindrom Guillen Barre, Myasthenia Gravis, dan kontraindikasi intubasi nasotrakeal. Hasil: Penggunaan CMAC meningkatkan angka keberhasilan upaya pertama kali intubasi (RR 1,265, CI 95% (1.084-1.475)) dan membutuhkan durasi waktu intubasi yang lebih singkat (nilai p<0,001) dibandingkan penggunaan laringoskop konvensional Macintosh pada populasi dewasa ras Melayu. Simpulan: Pada pasien dewasa ras Melayu, intubasi nasotrakeal lebih mudah dengan menggunakan video laringoskop CMAC dibandingkan dengan menggunakan laringoskop konvensional Macintosh. Kemudahan intubasi didefiniskan sebagai keberhasilan upaya pertama kali yang lebih sering dan waktu prosedur intubasi yang lebih singkat. ......Background: Nasotracheal intubation is a widely used airway management, especially in oral surgery. Various devices were found to perform intubation techniques, such as video laryngoscopes. The use of the C-MAC® Video Laryngoscope (CMAC) enables better glottis visualization compared to the Machintosh laryngoscope. In the case of a difficult airway, CMAC increases the success rate of orotracheal intubation. However, this device is not commonly used in nasotracheal intubation. Methods: A single blinded randomized clinical trial study of 86 subjects has been done to compare the success of intubation and duration of nasotracheal intubation in adult Malay patients between the use of C-MAC® video laryngoscopes and the use of a conventional Macintosh laryngoscope. Exclution criteria are difficult airway, pregnancy, acute ischemic heart disease, heart failure, second or third degree block, uncontrolled hypertension, Guillen Barre syndrome, Myasthenia Gravis, and contraindications to nasotracheal intubation. Results: The use of CMAC increased the success rate of the first attempt at intubation (RR 1,265, 95% CI (1,084-1,475)) and required a shorter duration of intubation (p value <0.001) than the use of conventional Macintosh laryngoscopes in the adult Malay race population. Conclusion: In adult Malay patients, nasotracheal intubation is easier using the CMAC video laryngoscope compared to using a conventional Macintosh laryngoscope. The ease of intubation is defined as the high rate of successful first attempt and the shorter time of the intubation procedure.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59142
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library