Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Peranginangin, Yan A.
"Kesempatan untuk mendapatkan pendidikan merupakan hak semua orang, termasuk anak tunanetra. Sarana yang digunakan dalam pendidikan bagi anak tunanelra adalah huruf Braille. Diperlukan jari yang kuat dan fleksibel agar anak lebih mudah belajar huruf Braille. khususnya untuk menulis. Akan tetapi lanpa penglihatan. perkembangan motorik anak lunanctra cenderung mengalami keterlambaran. Mendorong anak tunanctra untuk terlibal aklif dalam kegiatan schari-hari dapat membantunya untuk mengcmbangkan kekuazan dan lieksibilitas tangan dan jarinya. Program pengajaran individual ini bertujuan meningkatkan kemampuan psikomotor untuk mendukung mcnulis lauruf Braille pada anak tunanctra total. Program pengajaran individual ini dirancang berdasarkan Model Rumah kemampuan mororik halus yang terbagi menjadi tiga tahap (Bruni. 2006). Tahap perlama adalah stabilitas, koordinasi bilateral, dan sensasi. Tahap kedua adalah keterampilan dalam menggunakan tangan. Tahap ketiga adalah kemampuan untuk melakukan aktivitas sehri-hari, yaitu menggunakan riglet dan stilus untuk menulis. Penguatan yang diberikan adalah penguatan sosial dan penguatan yang data dikonsumsi. Program pengajaran individual dilakukan di rumah subyck setelah pulang sekolah, terdiri dari 10 sesi ditambah l sesi evaluasi. Scsi I - lll meliputi kemampuan di tahap pertama. scsi IV - Vll di tahap kedua, dan sesi Vlll - X di tahap ketiga. Sesi evaluasi diberikan untuk melihat seiauh mana subyck dapat menerapkan kcmampuan psikomotor dalam menulis huruf Braille. scrta melakukan pcnutupan dari program pengajaran individual. Hasilnya adalah terdapat peningkatan kemampuan psikomolor dan bertumbuhnya motivasi menulis dalam diri subyek. meskipun subyek belum mam pu mcnulis mandiri
The chance to get education is everybocly?s right, including blind children. Aids used for blind children education is Braille alphabet. Strong and flexibel fingers are needed to ease a child in learning Braille alphabet, especially for writing. However, without sights, blind children tend to have delayed motor development. Encouraging blind children to actively engaged in daily activities may help to develop strength and flexibility of their hands and fingers. The purpose of this individualized educational program is to improve psychomotor skills to support writing ability in totally blind children. This individualized educational program is designed based on House Model of fine motor skills, that is divided in three stages {Bruni, 2006). First stage is stability, bilateral coordination, and sensation. Second stage is dexterity. Third stage is the ability to do daily activities, which is to use riglet and stylus to write. Reinforcement given are social reinforcement and consumable reinforcement. Individualized educational program held on subject?s home after school, consist of 10 sessions plus l evaluation session. Session I- III consist of ability in first stage, session IV - VII on second stage, and session VIII - X on the third stage. Evaluation session given to ses how far subject has implemented psychomotor skills in Braille alphabet writing, also to close the individualized education program. Result shows improvement in psychomotor skills and developing self-motivation in writing, although subject hasn't been able to write independently."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Joice Vania Arista
"Kualitas tidur merupakan salah satu faktor penting dalam mendukung perkembangan anak usia dini, termasuk keterampilan motorik halus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur dan keterampilan motorik halus pada anak usia 4–6 tahun di PAUD di DKI Jakarta Desain penelitian yang digunakan adalah kuantitatif korelasional dengan teknik pengambilan sampel purposive sebanyak 52 anak. Instrumen yang digunakan adalah Children’s Sleep Habits Questionnaire (CSHQ) untuk mengukur kualitas tidur dan Beery-Buktenica Developmental Test of Visual-Motor Integration (Beery VMI) untuk mengukur keterampilan motorik halus. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar anak memiliki kualitas tidur yang kurang baik dan keterampilan motorik halus pada kategori cukup. Uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara kualitas tidur dan keterampilan motorik halus (r = -0,403; p = 0,001). Artinya, semakin buruk kualitas tidur anak, semakin rendah pula keterampilan motorik halus yang dimiliki. Temuan ini menegaskan pentingnya perhatian terhadap kebiasaan tidur anak usia dini sebagai bagian dari upaya mendukung perkembangan visual-motorik dan kesiapan belajar anak.

Sleep quality is one of the key factors that support early childhood development, including fine motor skills. This study aims to examine the relationship between sleep quality and fine motor skills among children aged 4–6 years in early childhood education centers (PAUD) in Jakarta. This quantitative correlational study involved 52 children selected using purposive sampling. Instruments used include the Children’s Sleep Habits Questionnaire (CSHQ) to assess sleep quality and the Beery-Buktenica Developmental Test of Visual-Motor Integration (Beery VMI) to measure fine motor skills. The results showed that most children had poor sleep quality and moderate fine motor skill levels. Pearson correlation test indicated a significant negative relationship between sleep quality and fine motor skills (r = -0.403; p = 0.001). This means that poorer sleep quality is associated with lower fine motor abilities. These findings highlight the importance of paying attention to children's sleep habits as part of supporting their visual-motor development and school readiness."
Depok: Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library