Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chandra Susilo
"Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui peran Tiongkok dibandingkan AS dalam menularkan spillover ke negara-negara ASEAN-5 (atau sebaliknya) selama resesi COVID-19. Penelitian ini menggunakan model DECO GARCH dari Engle & Kelly (2012) untuk melihat korelasi dinamis antara indeks dan spillover index yang dikembangkan oleh Diebold dan Yilmaz (2012) untuk menggambarkan arah spillover antar negara. Data yang digunakan adalah data pengembalian harian pada indeks pasar saham Tiongkok, Amerika Serikat, dan ASEAN-5 untuk periode 2016 hingga 2022. Model DECO memperbaiki inkonsistensi yang ditemukan dalam estimasi matriks korelasi dari model DCC yang lebih populer. Temuan penelitian ini menunjukkan peningkatan korelasi spillover positif selama krisis COVID-19 antara Tiongkok dan ASEAN-5 serta AS dan ASEAN-5 meskipun dengan tingkat korelasi pra krisis yang lebih rendah daripada Tiongkok. AS berperan sebagai net transmitter (spillover ke ASEAN-5 lebih tinggi dibandingkan sebaliknya), sedangkan Tiongkok sebagai net receiver. Temuan penelitian ini bermanfaat untuk memberikan wawasan tentang keterhubungan pasar Asia Berkembang, yang dapat memandu strategi lindung nilai dan manajemen risiko portofolio investasi di wilayah tersebut.

This paper aims to investigate the role of China compared to the US in transmitting spillover to ASEAN-5 countries (or vice versa) during COVID-19 recession. It uses the DECO GARCH model of Engle & Kelly (2012) to see the dynamic correlation between indexes and the spillover index by Diebold and Yilmaz (2012) to describe the direction of spillover between countries. This paper analyzes daily return data on stock market indexes of China, the United States, and ASEAN-5 for the period 2016 to 2022. DECO model improved inconsistencies found in correlation matrix estimation of the more popular DCC model. The findings demonstrate an increase in positive spillover correlation during the COVID-19 crisis between China and ASEAN-5 as well as US and ASEAN-5 albeit with lower pre crisis correlation level than China. US acts as a net transmitter (spillover to ASEAN-5 is higher than in the opposite direction), while China is a net receiver. The findings are beneficial to provide insight into Emerging Asia market’s connectedness, which in turn will be able to guide the hedging strategies and portfolio risk management of investment in the region."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Humam Syauqi Dawa
"Kegagalan utang luar negeri yang berasal dari Thailand pada tahun 1997 berakhir dengan reformasi ekonomi besar di negara-negara Asia, bersama dengan guncangan traumatis setelah itu. Satu dekade setelah krisis keuangan Asia, krisis lain pada tingkat yang lebih besar menghantam ekonomi dunia, sebagai akibat dari pinjaman kredit yang berlebihan untuk pasar perumahan di AS, yang mengarah ke penurunan ekonomi di negara-negara besar. Kedua fenomena ini menunjukkan bahwa sistem keuangan kita saling terkait bahwa runtuhnya satu negara memengaruhi negara lain secara berurutan. Tujuan dari makalah ini ada dua. Yang pertama adalah untuk memvisualisasikan keterkaitan pasar keuangan terpilih tepat sebelum dan selama periode krisis, dan yang kedua, sebagai pelengkap, adalah untuk menganalisis fenomena dengan menggunakan analisis jaringan. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan untuk mengidentifikasi negara mana dan negara tetangga yang memiliki risiko tertinggi karena keterkaitan sistem keuangan global. Dengan mengeksploitasi data pasar ekuitas untuk kedua episode krisis dan menggunakan statistik jarak dalam analisis jaringan, dengan indeks eksentrisitas khususnya, makalah ini memiliki dua temuan utama: pertama, ada dua gelombang penularan keuangan selama krisis keuangan Asia, Thailand dan Korea Selatan di periode yang berbeda; dan kedua, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa AS adalah pendorong utama penularan.

The foreign debt default originating from Thailand in 1997 ended with great economic reforms in Asian countries, along with the traumatic shocks that result. One decade after the Asian financial crisis, another crisis at a greater extent hit the world economies, as a result of excessive credit lending for housing market in the US, leading to economic downturns in major economies. Both phenomena suggest that our financial system is interconnected that a collapse of one country affects others sequentially. The aim of this paper is twofold. The first is to visualise the interconnectedness of selected financial markets right before and during crisis periods, and the second one, as a complement, is to analyse the phenomenon by using network analysis. This research is motivated by the need to identify which countries and their neighbours share the highest risk on account of the interconnectedness of global financial system. By exploiting equity market data for both crisis episodes and employing distance statistics in network analysis, with eccentricity index in particular, this paper has two main findings: first, there are two waves of financial contagion during the Asian financial crisis, Thailand and South Korea in different periods; and second, there is no evidence suggesting that the USA is the main driver of contagion.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library