Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fransisca Yulia Dimitri
Abstrak :
ABSTRAK
Kasus kanker nasofaring memiliki banyak organ at risk diantaranya adalah parotid kanan, parotid kiri, mata kanan, mata kiri dan trakea.Teknik penyinaran yang dapat menekan dosis yang diterima organ at risk adalah volumetric modulation arc therapy VMAT . Dalam penelitian ini bertujuan untuk melakukan verifikasi dosis organ at risk pada kasus kanker nasofaring KNF menggunakan planning VMAT dengan teknik single arc dan double arc berdasarkan data klinis. Verifikasi ini dilakukan dengan menggunakan TLD rod dan film gafchromic EBT3 yang diletakkan pada pasien sesuai dengan letak organ at risk yang akan dievaluasi. Terdapat 5 organ at risk yang dievaluasi pada kasus kanker nasofaring diantaranya parotid kanan, parotid kiri, mata kanan, mata kiri dan trakea.Evaluasi yang dilakukan diantaranya perbandingan dosis antar teknik, deviasi pengukuran dosis menggunakan TLD rod dan film gafchromic EBT3 dengan TPS Treatment Planning System . Perbandingan pengukuran dosis rata-rata menggunakan film gafchromic, TLD rod dan TPS dapat dilihat bahwa nilai yang mendekati TPS adalah film gafchromic dengan nilai diferensiasi adalah 0,171 . Hasil pengukuran dosis menggunakan film gafchromic berdasarkan data CT rando dapat disimpulkan bahwa teknik VMAT double arc dengan kolimator dapat membuat organ at risk menjadi lebih aman karena dengan penggunaan kolimator dapat meminimalisasi kebocoran efek tongue and groove. Hasil statistik menggunakan perangkat lunak SPSS 16.0 didapat bahwa nilai uji korelasi antara 3 teknik double arc DA , double arc dengan kolimator DAC dan single arc SA menunjukkan korelasi kuat dan signifikan pada keseluruhan organ at risk kecuali parotis kiri pada teknik DA-DAC sedangkan pada teknik DAC-SA menunjukkan korelasi kuat dan tidak signifikan untuk keseluruhan organ at risk. Untuk uji hipotesa dapat disimpulkan bahwa perbedaan rata-rata distribusi dosis antara 3 teknik yang berbeda pada stadium 4 pada film gafchromic adalah signifikan.
ABSTRACT
The cases of nasopharyngeal cancer have many organs at risk including right parotid, left parotid, right eye, left eye and trachea. The irradiation technique that can suppress the dose received by the organ at risk is volumetric modulation arc therapy VMAT . This research aims to verify dose in the organs at risk in cases of nasopharyngeal cancer NPC using VMAT planning with single arc and double arc techniques based on clinical data. The verification is performed by using TLD rod and gafchromic EBT3 films placed on the patient according to the location of the organs at risk which will be evaluated. There are 5 organs at risk evaluated in the cases of nasopharyngeal cancer such as right parotid, left parotid, right eye, left eye and trachea. The evaluation includes the ratio of dose between techniques, deviation of dose measurement using TLD rod and gafchromic EBT3 films with TPS Treatment Planning System . The measurement ratio of mean dose using gafchromic film, TLD rod and TPS shows that the values close to TPS is gafchromic film detector which its differentiation value is 0.171 . The result of dose measurement using gafchromic film based on the data of CT rando can be concluded that double arc VMAT technique with collimator can reduce the dose in the organ at risk. The statistical result using SPSS 16.0 shows that the correlation test value between 3 techniques such as double arc DA , double arc with collimator DAC and single arc SA shows strong and significant correlation in the whole organ at rialexcept left parotid in the DA DAC technique while in the DAC SA technique shows strong and insignificant correlation in the whole organ at risk. For hypothesis test, it can be concluded that the difference in themean dose distribution between 3 different techniques at stage 4 in gafchromic film is significant.
2017
T47609
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Indah Lestari
Abstrak :
ABSTRAK
Film gafchromic EBT3 merupakan salah satu dosimeter yang paling umum digunakan dalam proses verifikasi dosis pada radioterapi. Hal itu disebabkan oleh karakteristik yang dimiliki oleh gafchromic yaitu memiliki resolusi spasial yang tinggi, ekuivalen dengan jaringan tubuh manusia dan sensitif terhadap dosis. Artefak bergabung dengan kedua orientasi film sehingga menimbulkan fenomena hamburan. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisis efek dari cahaya terpolarisasi pada respon flatbed scanner yang disebabkan oleh film Gafrchromic EBT3, mengetahui pengaruh dari penambahan polarizer terhadap dosimetri radiasi dan implementasinya pada kasus radioterapi. Penelitian ini menggunakan film gafchromic EBT3 dan scanner Epson V700 dan penggunaan polarizer untuk analisis efek parabola. Film diiradiasi dengan 6 MV foton dari akselerator Varian dengan slab phantom. Kemudian dilakukan scanning dengan penambahan polarizer untuk beberapa konfigurasi. Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah image J dan matlab. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa polarizer memberikan pengaruh terhadap nilai dmax, dengan nilai tertinggi pada konfigurasi polarizer down dan error sebesar + 14%, sedangkan error terkecil pada konfigurasi Polarizer down sebesar + 1,2%. Selain itu penentuan posisi referensi untuk orientasi sudut menghasilkan nilai maksimum pada sudut 90o. Respon lateral yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa konfigurasi hanya EBT3 memiliki bentuk parabola negatif dan semakin bertambah dengan kenaikan dosis yang diberikan sampai dengan 8 Gy. Perhitungan gamma index 3% / 3 mm memberikan hasil konfigurasi P0U memiliki nilai yang paling besar dibandingkan dengan konfigurasi yang lainnya yaitu sebesar 86,52%.
ABSTRACT
EBT3 gafchromic film is one of the most common dosimeters used in the dose verification process in radiotherapy. This is due to the characteristics possessed by the gafchromic that has a high spatial resolution, equivalent to human body tissue and sensitive to the dose. When scanning films using scanners, light scattering achieves linear CCD cameras causing a non-uniform response. Artifacts join the second film orientation resulting in a scattering phenomenon. The study used EBT3 gafchromic film and Epson V700 scanner and polarizer use for parabolic effect analysis. The film is irradiated with 6 MV photons of the Varian accelerator with a phantom slab. Then scanning with the addition of polarizer for some configuration. The software used in this research is image J and matlab. The results of this study indicate that the polarizer has an effect on the dmax value, with the highest value in the polarizer down and error configuration of + 14%, while the smallest error in the Polarizer down configuration is + 1.2%. In addition the positioning of the reference for angle orientation gives the maximum value at an angle of 90°. The lateral response obtained in this study indicates that the only configuration of EBT3 has a negative parabolic form and is increasing with increasing doses up to 8 Gy. Calculation of gamma index 3% / 3 mm gives result of configuration P0U has biggest value compared with other configuration that is equal to 86,52%.
2017
T49225
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Rahmawati
Abstrak :
Telah dilakukan pengukuran dosis titik dan distribusi dosis menggunakan film gafchromic EBT3 pada HDR brakhiterapi dengan aplikator silinder. Adapun tujuan utama dilakukannya penelitian ini yaitu mengetahui karakteristik film gafchromic EBT3 dalam pengukuran brakhiterapi, mengevaluasi dosis pengukuran dengan dosis TPS melalui pengukuran dosis titik, serta mengetahui distribusi dosis di sepanjang sumber brakhiterapi. Evaluasi dosis titik dilakukan dengan mengevaluasi nilai dosis di titik pengukuran A1, A2, A3, dan A4 dengan dosis kalkulasi TPS. Titik A1 dan A2 merupakan titik preskripsi yang berada di sisi kanan dan kiri aplikator silinder. Pengukuran dosis titik dilakukan dengan variasi 13 mm, 14 mm, dan 15 mm dari sumber. Sedangkan, titik A3 dan A4 merupakan titik yang berada di atas A2 dan A1 dengan jarak 1.5 cm. Pengukuran distribusi dosis dilakukan pada jarak 10 mm dan 15 mm dari sumber. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kalibrasi film gafchromic EBT3 yang paling baik yaitu kalibrasi 13 mm dengan nilai diskrepansi untuk titik A1, A2, A3, dan A4 berturut-turut adalah -0.37 , -3.40 , -1.39 , dan -1.54 . Nilai diskrepansi pada jarak 10 mm dari sumber sebesar -0.26 dan pada jarak 15 mm dari sumber sebesar 7.5 .
Point dose measurements and dose distributions have been conducted in HDR brachytherapy with cylinder applicator using EBT3 gafchromic film. The main objective of this study was to know the characteristics of EBT3 gafchromic film, to evaluate doses between measurements and brachytherapy treatment planning, and to know dose distribution along the source rsquo s main axis. The evaluation of point dose have been performed by comparing dose value in point A1, A2, A3, and A4 of the measurements with dose in treatment planning. Point A1 and A2 are prescription point at the right side and the left side of cylinder applicator. Measurement of point dose have been varied by distance of 13 mm, 14 mm, and 15 mm from brachytherapy source. Point A3 and A4 are located at distance of 1.5 cm above point A2 and A1. Dose distribution was measured at distance of 10 mm and 15 mm from brachytherapy source. The most suitable calibration for point dose measurements is calibration 13 mm which discrepancy values for point A1, A2, A3, and A4 were 0.37 , 3.40 , 1.39 , and 1.54 . The discrepancy value for dose distribution measurements at distance of 10 mm and 15 mm from the source was 0.26 and 7.5 , respectively.
2017
S66223
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library