Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hendriq Fauzan Kusfanto
"Etanol atau bioetanol adalah senyawa alkohol berantai karbon dua yang bermanfaat sebagai pelarut organik dan antiseptik dalam dunia farmasi dan kesehatan. Selain itu etanol menjadi salah satu solusi bagi permasalahan krisis energi dunia. Bioetanol dibuat dengan fermentasi menggunakan khamir Saccharomyces cerevisiae. Proses ini mengubah rantai berkarbon enam, glukosa sebagai sumber substratnya, menjadi rantai berkarbon dua yaitu etanol. Sumber dari rantai berkarbon enam dapat diambil dari limbah biomassa Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) yang mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin.
Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan khamir potensial penghasil bioetanol dan mendapatkan kondisi fermentasi optimum yang dipengaruhi oleh pengadukan, suhu, detoksifikasi hidrolisat, dan konsentrasi sumber N pada media. Isolasi khamir potensial dilakukan dari lima jenis buah yang berbeda yaitu Anggur Merah, Anggur Hitam, Durian Medan, Durian Bangkok dan Durian Montong.
Dari isolat-isolat yang didapatkan, isolat DM1 yang diperoleh dari Durian Medan cukup potensial menghasilkan bioetanol, namun masih lebih rendah dari Saccharomyces cerevisiae pembanding. Hasil analisis kromatografi gas menunjukan bahwa kondisi terpilih dalam fermentasi bioetanol yaitu pada kondisi temperatur lebih rendah di bawah suhu kamar (+220C), tanpa pengadukan, menggunakan hidrolisat tanpa detoksifikasi, dengan konsentrasi amonium asetat sebagai sumber N sebesar 1%. Konsentrasi bioetanol yang dihasilkan adalah 0,241%.

Ethanol or bioethanol is a two-carbon chain alcohol compound that are useful as an organic solvent and antiseptics in pharmaceutical and health. In addition, ethanol can be one of solution to the problem of world energy crisis. Bioethanol is made by fermentation process using yeast Saccharomyces cerevisiae. The processes change the six-carbon chain, as the source of its substrate, into a two-carbon chain, namely ethanol. The source of six-carbon chain can be taken from the waste of biomass Oil Palm Empty Fruit Bunch (EFB), which contains cellulose, hemicellulose and lignin.
The purpose of this research was to find potential yeast producing bioethanol and to obtain optimum fermentation conditions were influenced by effect of shaking, temperature, detoxification of hydrolyzate, and concentration of N sources on media. Isolation of potential yeast was carried out from five different types of fruit, namely Red Grape, Black Grape, Durian Medan, Durian Bangkok and Durian Montong.
Among isolates, Isolate DM1 that obtained from Durian Medan was quite potential to produce bioethanol but still lower than comparator Saccharomyces cerevisiae. Results of analysis using gas chromatography showed that the selected conditions in the fermentation of bioethanol are in temperature conditions below room temperature (+220C), without shaking, using the hydrolyzate without detoxification, with 1% concentration of ammonium acetate as a source of N. The concentration of ethanol produced was 0,241%.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S62201
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Haifa
"Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan starter mikroba (Acetobacter aceti, Lactobacillus plantarum dan Saccharomyces cerevisiae) serta pemerasan pulp terhadap fermentasi dan mutu biji kakao. Penelitian menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 3x5 dengan dua kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan starter meningkatkan konsentrasi etanol pada saat fermentasi dan meningkatkan kadar asam asetat dan asam sitrat, tetapi menurunkan konsentrasi asam oksalat pada biji kakao. Penambahan starter disertai pemerasan pulp menghasilkan biji kakao dengan kadar asam asetat sebesar 0,47%, sedangkan biji kakao tanpa pemerasan menghasilkan kadar asam asetat 0,49%. Penambahan starter disertai pemerasan pulp menghasilkan mutu biji kakao terbaik dengan karakteristik sebagai berikut: skor nilai uji belah tertinggi (379 dari 400), mutu fisik (Golongan mutu A) serta memenuhi persyaratan mutu SNI 2008 No. 2323 tentang biji kakao dengan rasio jumlah per berat biji sebanyak 88 biji/100g; nilai pH 4,93; kadar asam asetat 0,47%, kadar lemak 34,90%, kadar air 4,47%, kadar serat kasar 3,66% dan kadar abu 4,82% dengan waktu fermentasi selama 5 hari.

The aimed of this study was to investigate the effect of starter culture addition (Acetobacter aceti, Lactobacillus plantarum, and Saccharomyces cerevisiae) with depulping on the fermentation and quality of cocoa beans. The experimental design of this study was conducted using a 3×5 factorial Completely Randomized Design (CRD) with duplicate replication. The result revealed that starter addition increased ethanol concentration on the fermentation process, increased acetate acid, and citric acid concentration meanwhile oxalic acid was decreased on cocoa beans during 5 days of fermentation. Depulping caused a slight decrease in acetic acid concentration at the end of fermentation with values of 0,47%, meanwhile the sample of cocoa beans without depulping treatment had acetic acid concentration of 0,49%. Starter culture addition and depulping treatment resulted the best characteristic of cocoa beans which visualized by the largest amounts of cut test score (379 of 400), physical quality (Grade A) and completed SNI No. 2323-2008 requirements with total beans/100 g ratio of 88 beans/100g; pH values of 4,93; acetic acid concentrations of 0,47%, content of fat 15,12%, moisture 4,47%, crude fiber 3,66% and total ash 4,82% after 5 days fermentation.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60920
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisda Apriani
"Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Bioindustri, Pusat Teknologi Bioindustri, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (LTBPTB-BPPT)-Serpong. Penelitian bertujuan mengetahui kemampuan delapan isolat bakteri dari limbah kulit udang asal Palembang dalam memproduksi enzim kitinolitik, serta menentukan suhu dan pH optimum untuk produksi enzim dari satu isolat terpilih. Pengujian aktivitas kualitatif enzim ditentukan dengan nilai indeks kitinolitik dan aktivitas kuantitatif enzim ditentukan dengan mengukur kemampuan enzim dalam menghidrolisis kitin menjadi N-asetilglukosamin. Semua isolat uji menunjukkan adanya zona bening dan indeks kitinolitik tertinggi ditunjukkan oleh isolat C15 dengan nilai 1,73. Tujuh isolat bakteri, C4, C6, C8, C12, C14, C15, dan D10 menunjukkan produksi enzim yang fluktuatif, kecuali isolat D6. Isolat D6 dipilih untuk penentuan suhu dan pH optimum dalam produksi enzim kitinolitik. Pengamatan produksi enzim kitinolitik isolat D6 dengan variasi suhu dan pH menunjukkan bahwa produksi enzim tertinggi pada suhu 30o C dan pH 7 (0,0643 U/mg; 0,0032 U/ml)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riki
"Indonesia merupakan negara agraris sehingga bidang pertanian dan perkebunan merupakan industri yang berkembang di Indonesia. Hasil pertanian dan perkebunan jumlahnya berlimpah di seluruh pelosok negeri. Sehingga berdampak pada jumlah limbah yang berasal dari produk pertanian dan perkebunan. Oleh karenanya perlu dilakukan penanganan limbah yang benar agar dikemudian hari tidak menjadi masalah yang serius bagi lingkungan. Solusi yang diberikan adalah memanfaatkan limbah tersebut sebagai bahan baku pembuatan xilitol, suatu gula alkohol non kariogenik dan merupakan pemanis rendah kalori. Sepuluh khamir yang dapat menggunakan D ? xilosa sebagai sumber karbon dilakukan seleksi dalam hal kemampuan memproduksi xilitol. Fermentasi dilakukan selama dua hari menggunakan 20 g/L xilosa. Didapatkan empat isolat yang dianggap potensial dalam menghasilkan xilitol. Dari keempat isolat tersebut Candida fukuyamaensis UICC Y-247 menghasilkan xilitol sebesar 7,135 g/L dengan yield 38,13%. Keempat isolat potensial selanjutnya dianalisa kurva pertumbuhan dan kurva produknya."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30478
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Niezha Eka Putri
"Xilitol merupakan pemanis yang secara alami terdapat dalam sayuran dan buah-buahan serta memiliki beberapa keunggulan, salah satunya adalah bersifat nonkariogenik. Xilitol dapat diproduksi dari xilosa, baik melalui proses fermentasi maupun secara kimiawi. Xilosa dihasilkan melalui proses hidrolisis hemiselulosa yang banyak terdapat dalam limbah lignoselulosa seperti tongkol jagung. Dalam penelitian ini dilakukan hidrolisis terhadap tongkol jagung untuk menghasilkan xilosa yang akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan xilitol melalui proses fermentasi. Hidrolisis dilakukan pada konsentrasi asam 0,3 M, waktu hidrolisis 25 menit, serta suhu 121 °C.
Berdasarkan hasil pengukuran, didapatkan kadar xilosa sebesar 34,34% (w/w) dengan persen hidrolisis 95,39 % (w/w). Xilosa yang dihasilkan kemudian difermentasikan oleh khamir penghasil enzim xylose reductase (XR), yaitu Candida fukuyamaensis dan Candida boidinii. Dihasilkan kadar xilitol sebesar 0,23 g/L dengan persen konversi 3,59 % (w/w) dan persen yield 0,68% dari fermentasi menggunakan C. fukuyamaensis, sedangkan untuk fermentasi menggunakan C. boidinii didapatkan kadar xilitol sebesar 0,084 g/L dengan persen konversi 1,38% (w/w) dan persen yield 0,25%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30479
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
E. Gumbira Said
Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa , 1987
660.63 GUM b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hahn, Peter A.
New York: Doubleday & Company Inc, 1968
660 HAH c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yuyus Kusnadi
"ABSTRAK
Limbah cair tahu dapat dimanfaatkan sebagai substrat fermentasi nata dengan penambahan sukrosa dan nutrien lainnya untuk mendukung Pertumbuhan bakteri nata Acetobacter xylinum.
Tujuan penelitian ini adalah meneliti pengaruh penambahan beberapa konsentrasi sukrosa (10%, 12,5%, 15% dan 17,5%) dan ekstrak khamir (0,1%, 0,3%, dan 0,5%), serta interaksi penambahan sukrosa dan ekstrak khamir terhadap ketebalan rata-rata nata, dan menentukan konsentrasi sukrosa dan ekstrak khamir yang memberikan ketebalan rata-rata nata terbaik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketebalan rata-rata nata tertinggi (0,679 cm) diperoleh dari penambahan sukrosa 17,5% dan ekstra khamir 0,5%. Ketebalan rata-rata nata terendah(0,176 cm) diperoleh dari penambahan sukrosa l0% dan ekstrak khamir 0,3%.
HasiI analisis secala statistik nenuniukkan adanya pengaruh penambahan sukrosa dan ekstrak khamir serta adanya interaksi di antara Penambahan sukrosa dan ekstrak khamir terhadap. ketebalan rata-rata nata."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Onie Kristiawan
"ABSTRAK
Biodiesel dan biobutanol merupakan contoh sumber energi alternatif pengganti bahan bakar cair yang bersifat karbon netral dan mempunyai beberapa keunggulan dari segi lingkungan apabila dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Biodiesel dapat diperoleh dari tanaman, dan juga mikroalga melalui proses ekstraksi. Sedangkan biobutanol dapat diperoleh melalui proses fermentasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri C. acetobutylicum dalam memfermentasi mikroalga Nannochloropsis sp dalam menghasilkan biobutanol, serta pengaruhnya terhadap perolehan lipid. Fermentasi terhadap mikroalga Nannochloropsis sp untuk produksi biobutanol sebagai perlakuan awal sebelum ekstraksi lipid mikroalga. Fermentasi dilakukan menggunakan bakteri C. acetobutylicum selama 96 jam. Hasil yang diperoleh menunjukkan bakteri C. acetobutylicum mampu menghasilkan butanol 2.61 v/v sebagai hasil yang tertinggi. Proses tersebut menggunakan media hidrolisat dan biomassa mikroalga Nannochloropsis sp hasil hidrolisis viscozyme. Hasil ekstraksi lipid mikroalga Nannochloropsis sp menunjukkan hasil tertinggi dengan diperoleh lipid 25,4 per gram berat kering. Ekstraksi dilakukan pada hidrolisat dan biomassa hasil hidrolisis viscozyme yang tersisa setelah fermentasi.

ABSTRACT
Biodiesel and biobutanol are the examples of alternative energy sources to replace liquid fuel with the carbon neutral characteristic. It also has other benefits related to the environment compared with fossil fuel. Biodiesel can be obtained from plant and microalgae through the extraction process, while biobutanol obtained through fermentation. Fermentation used carbohydrates of microalgae cells wall or other parts as energy and carbon sources. The aim of this study is to determine the ability of C. acetobutylicum bacteria in the fermentation of Nannochloropsis sp microalgae to produce biobutanol, as well as its effect on lipid acquisition. Fermentation of Nannochloropsis sp microalgae for biobutanol production as an initial treatment before lipid extraction. Fermentation was performed with C. acetobutylicum bacteria for 96 hours. The result showed that C. acetobutylicum bacteria were able to produce 2.61 v v butanol as the highest result. This process used Nannochloropsis sp microalgae hydrolysates and biomass of viscozyme hydrolysis yield. The result of Nannochloropsis sp microalgae extraction also showed the highest lipid content 25.4 per gram dry weight. This used hydrolysates and biomass of viscozyme hydrolysis that remaining after fermentation as media."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T52624
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan Pediococcus acidilactici F-11 sebagai kultur starter terhadap kualitas rusip melalui proses fermentasi. Rusip teri dibuat melalui fermentasi tanpa dan dengan penambahan starter dengan variasi penggaraman 10, 15, dan 20% dan masing-masing ditambah gula merah 10% dari berat ikan pada suhu kamar (30 ± 2°C) selama 12 hari. Parameter yang diamati meliputi parameter mikrobiologi (ALT, total bakteri asam laktat (BAL), dan total coliform), kimiawi (pH, total asam, TVB, kadar air, dan kadar garam), dan sensori. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan Pediococcus acidilactici F-11 dapat meningkatkan total BAL dan menurunkan total coliform produk rusip yang dihasilkan. Selain itu dapat mempersingkat waktu fermentasi dari 12 hari menjadi 9 hari dan menghasilkan produk rusip dengan sifat sensori yang lebih disukai terutama pada perlakuan penggaraman 15%. Produk rusip yang dihasilkan memiliki total BAL lebih tinggi yaitu sebesar 7,47 log, total coliform lebih rendah yaitu 3,34 log daripada rusip tanpa starter serta memiliki rasa dan tekstur yang lebih disukai. "
620 JPBK 6:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>