Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tri Ayu Ningrum
Abstrak :
Kebudayaan Cina merupakan salah satu kebudayaan yang tertua di dunia. Kebudayaan Cina meliputi banyak hal seperti yang bernilai tradisi, kebiasaan, serta kepercayaan. Salah satunya adalah konsep fengshui, yaitu ilmu pengetahuan dan kepercayaan yang bertujuan untuk menata bangunan rumah tinggal dan lingkungan yang sesuai dengan keselarasan jiwa penghuninya. Jika penataan suatu tempat disesuaikan dengan fengshui maka akan mendatangkan pengaruh positif (seperti kenyamanan, keberuntungan) bahkan bisa meminimalkan datangnya pengaruh negatif. Dewasa ini fengshui tidak hanya digunakan sebatas pada bangunan tempat tinggal saja. Akan tetapi juga diterapkan pada perkantoran, pertokoan, dan bangunan komersial lainnya yang ditandai dengan banyaknya perusahaan, kantor, dan bankbank yang menggunakan konsep fengshui. Fengshui penataan kantor mengatur letak atau posisi dari tiap ruangan dalam kantor tersebut termasuk penataan ruang kerja, penataan lahan parkir, arah letak pintu masuk utama, dan sebagainya. Dalam fengshui penataan ruang kerja, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam ruang kerja untuk membantu memaksimalkan pengaruh positif yang datang. Misalnya penataan/penempatan meja kerja, arah layar komputer, dan posisi duduk seseorang dalam ruang kerjanya. Semua hal tersebut tentu dapat mempengaruhi usaha yang akan atau yang sedang dijalankan. Namun, konsep feng shui oleh sebagian orang dianggap sebagai sesuatu yang bersifat mistis (klenik) dan tidak logis (tidak masuk akal). Walaupun demikian sebagian lain dari konsep ini juga dapat dibuktikan secara logika. Maka demi memperoleh dan merasakan dampak positif dari konsep feng shui ini memerlukan rasa percaya (yang bersifat sugesti)
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S13062
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tania Joviani GunawanKemas
Abstrak :
Dalam menanggapi fase kematiannya, manusia cenderung mempersiapkan makam sebagai tempat peristirahatan terakhirnya. Sebagai salah satu objek arsitektur makam, Mausoleum O. G. Khouw termasuk sebagai makam yang sangat megah pada masanya. Di dalam skripsi ini, Kami bertujuan untuk mengkaji lebih jauh faktor yang mempengaruhi karakteristik Mausoleum O. G. Khouw dari sudut pandang arsitektur makam. Mausoleum O. G. Khouw tentu telah melalui banyak perkembangan dari aspek-aspek kompleks proses perancangan, mulai dari pemilihan lokasi, konsep yang ingin dihadirkan dalam rancangan, bagaimana ruang arsitektur di dalam makam nantinya dapat berfungsi dengan baik, hingga bagaimana aliran romantisisme lebih dipilih sebagai gaya arsitektur bangunan pada masa aliran rasionalisme sedang berkembang di Batavia. Untuk mencapai tujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan pendukung tersebut, Kami melakukan observasi langsung ke Mausoleum O. G. Khouw di TPU Petamburan. Sebagian besar data terkait studi kasus didapat melalui literatur koran dan arsip masa Hindia-Belanda, serta wawancara dengan perwakilan komunitas Love Our Heritage. Hasil temuan yang didapat dalam studi kasus ialah, Mausoleum O. G. Khouw menggunakan gaya arsitektur beraliran romantisisme, dengan pengaruh neoklasik, art deco, serta renaissance. Kami menduga kebudayaan etnis Tionghoa masih terdapat dalam rancangan Mausoleum Khouw lewat penerapan teori Fengshui makam, dan elemen pembentuk ruang di lantai I mausoleum. Dugaan lain Kami terkait gaya arsitektur makam ialah preferensi klien yang lebih mendominasi, kurangnya arsitek makam di Batavia, sifat marmer sebagai material utama, dan perancang yang menggunakan pendekatan tipologis dalam merancang Mausoleum O. G. Khouw. ......In response to face the phase of death, people tends to prepare a tomb as their final resting place. As one of the objects of funerary architecture, Mausoleum O. G. Khouw was considered as a very magnificent tomb of its time. In this thesis, the author aims to examine furtherly, factors that affect the characteristics of Mausoleum O. G. Khouw from the point of view of funerary architecture. Mausoleum O. G. Khouw certainly has gone through many developments from the complex aspects of the design process, ranging from location selection, the concept of design, and how the architectural space functioned well. Furthermore, this paper will also explain how romanticism was preferred as the architectural style of the building, instead of rationalism style that was growing more in Batavia. To achieve the purpose and answer the supporting questions, We did a field observation to the Mausoleum O. G. Khouw at TPU Petamburan. Most of the data were obtained through the Dutch Indies newspapers and archives, as well as interviews with representatives of the Love Our Heritage community. The findings are, Mausoleum Khouw uses a romantic style of architecture, with neoclassical, art deco, and renaissance influences. The author suspects that Chinese culture still exists in the design of the Mausoleum Khouw through the application of the grave Fengshui theory and the element on the first floor of mausoleum. Other allegations related to the architectural style of the tomb is a more dominant client preference, lack of funerary architect in Batavia, marble nature as the main material, and typological approach which used by the architect in designing Mausoleum O. G. Khouw.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67770
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bastian Silaputra
Abstrak :
Dusun Balangan, Desa Wukirsari, terletak di Kecamatan Cangkringan Gunung Merapi, merupakan salah satu dusun yang dikenal dengan keanekaragaman budayanya. Salah satu budaya yang lahir di desa adalah filosofi yang dianut oleh semua orang by kelompok masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pola permukiman yang sesuai dari perspektif filsafat Jawa dan Fengshui. Metode yang digunakan adalah penggabungan teknik triangulasi dari berbagai teknik pengumpulan data (data primer) dan sumber data yang ada (data sekunder), sedangkan untuk pemetaan spasial menggunakan sketsa berdasarkan literatur dan juga latar belakang informan yang dapat dijadikan sebagai cerita, kemudian dilanjutkan dengan analisis data yang dibagikan menjadi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan yang saling berhubungan dengan filosofi itu. Penelitian ini menggunakan variabel konfigurasi ruang, meliputi orientasi (arah) ke depan, jaringan jalan, sungai, dan ketinggian. Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pola permukiman yang terbentuk di Dusun Balangan, Desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan berdasarkan falsafah Jawa dan Fengshui dilakukan berdasarkan infrastruktur dan lokasi permukiman di Dusun Balangan, Wukirsari. Kesesuaian aspek dalam penerapan pola permukiman yang sifatnya praktis yang diidentifikasi antara filosofi Jawa dan Fengshui adalah infrastruktur jalan dan elevasi, sehingga elemen jaringan jalan dan elevasi menjadi penting dalam komponen membentuk pemukiman di Dusun Balangan, Desa Wukirsari. ......Balangan Hamlet, Wukirsari Village of Cangkrinfan District, Mount Merapi Region is one of famous hamlet for its cultural diversity. Every culture is born of philosophy adopted by each community group. This study aims to explain the settlement space pattern viewed from the perspective of Javanese and Fengshui philosophy. The method used is a triangulation coupled from various data collection techniques and existing data sources, meanwhile for spatial mapping using sketches based on literature and also the background of the informant which can be used as a story, then the data is analyzed which is divided into reduction data, presentation data, and conclusions related to the meaning of the philosophy. This study uses space configuration variables, including orientation (direction), road, river, and altitude. The results of the study showed that the pattern of the settlement area of the hamlet was divided into infrastructure and location of the Balangan Hamlet residential area, Wukirsari Village. The suitability of the aspects in the application of the practical nature of settlement patterns that identified between Javanese and Fengshui philosophies are road and altitude, so elements of road and altitude are important in the components forming settlements in Balangan Hamlet, Wukirsari Village.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nandita Erisca
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai Kelenteng Tanjung Kait ditinjau dari segi arsitektural dan ornamentasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi deskripsi bangunan beserta ornamen, mulai dari halaman depan, bangunan utama, bangunan tambahan, dan bangunan tempat ziarah. Hasil deskripsi tersebut kemudian di analisis dengan analisis bentuk, analisis khusus, dan analisis kontekstual. Hasil analisis terlihat bahwa dari segi arsitektural, Kelenteng Tanjung Kait mengikuti aturan-aturan umum yang ditemukan dalam pendirian Kelenteng namun tidak sepenuhnya, begitu pula dengan aturan fengshui. Dari segi ornamentasi, ornamen yang terdapat pada Kelenteng Tanjung Kait dikelompokkan ke dalam 5 motif (fauna, flora, lambang geomansi, tokoh, dan motif benda).
The focus of this study is the Tanjung Kait Chinese Temple (Architectural and Decorative Motifs Orientation. The method is description of building and decorative motifs start from front yard, main building, addition building, and cemetery building. After description, then to do analysis (form analysis, specific analysis, and contextual analysis). The result analysis from architectural side is Tanjung Kait Chinese Temple doing decision to built Chinese Temple but not all of it, and also not doing all decision fengshui. The decorative motifs in Tanjung Kait Chinese Temple are animal themes, plant themes, geometry symbol, shape themes, and thing themes.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S11965
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dilla Andriani Parmita
Abstrak :
ABSTRAK
Kelenteng merupakan salah satu bangunan keagamaan yang sering menjadi obyek penelitian arkeologi. Kelenteng dibangun dengan menerapkan aspek-aspek yang ada pada arsitektur tradisional Cina, Ilmu fengshui dan ornamen. Penelitian ini membahas mengenai penerapan arsitektur tradisional Cina, ilmu fengshui, dan ornamen pada Kelenteng Dewi Welas Asih di Cirebon. Penelitian ini menggunakan tahapan metode arkeologi, yaitu observasi, pengolahan data, dan intepretasi. Pada tahap pengolahan data digunakan analisis bentuk dan analisis khusus. Hasil dari penelitian ini adalah Kelenteng Dewi Welas Asih hampir menerapkan seluruh aspek yang ada pada arsitektur tradisional Cina, namun tidak sepenuhnya menerapkan aspek yang ada pada ilmu fengshui. Diketahui juga bahwa terdapat empat tipe ornamen yang dapat diidentifikasi pada kelenteng, yaitu fauna, flora, manusia, dan benda buatan manusia.
ABSTRACT
Chinese temple is one of the religious buildings that often become the object of archaeological research. Chinese temple was built by applying Chinese traditional architecture, fengshui, and ornament. This research is talking about the applying of those three aspects in Dewi Welas Asih Temple in Cirebon. This research used three stages of archaeological method, which are observation, data processing, and interpretation. In data processing stage, the collected data then analyzed by form analysis and specific analysis. The results of this research are Dewi Welas Asih Temple almost applied every aspect in Chinese traditional architecture. However, this temple only applied several aspects in fengshui. Dewi Welas Asih Temple also has four types of ornaments that can be identified, those are fauna, flora, human and man-made objects.
2016
S61762
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradika Abimanyu
Abstrak :
Kota Salatiga merupakan salah satu kota di Indonesia yang dalam perjalanan sejarahnya tidak lepas dari pengaruh Hindia Belanda, salah satunya adalah kebijakan yang memisahkan kawasan permukiman berdasarkan golongan etnis atau dikenal dengan kebijakan wijkenstelsel. Salah satu yang akan menjadi pembahasan pada penelitian ini adalah permukiman etnis Tionghoa atau pecinan di Kota Salatiga pada abad 19 hingga 20 dengan melihat kaidah dan prinsip fengshui. Terdapat tiga tahap dalam penelitian ini, yaitu pengumpulan data, pengolahan data, analisis, dan interpretasi. Pada pengumpulan data dilakukan observasi dan wawancara terhadap objek yang akan diteliti yaitu bangunan-bangunan Tionghoa seperti kelenteng, pasar, ruko, rumah tinggal, dan makam sebagai tinggalan arkeologis. Selain itu, dilakukan studi dokumen terhadap foto dan peta terkait topik penelitian ini. Analisis yang digunakan adalah analisis mengenai arah hadap dan letak dari setiap bangunan. Hasil dari penelitian ini yaitu menjelaskan tata letak dari permukiman Tionghoa di Salatiga dan faktor yang mempengaruhinya. ......Salatiga is one of the cities in Indonesia which in its history cannot be separated from the influence of the Dutch East Indies which separated settlement areas based on ethnic groups or known as the wijkenstelsel policy. One of the things that will be discussed in this research is the Chinese settlements or Chinatowns. This research discusses about Chinese settlement in Salatiga in the 19th to 20th centuries by looking at the rules and principles of fengshui. There are three steps in this research, that is data collection, data processing, analysis and interpretation. In data collection, observations and interviews were carried out on objects to be studied such as Chinese buildings such as temples, markets, shop houses, houses, and tombs as archaeological remains. Besides that, document studies of photos and maps were also carried out related to this research topic. On analysis, this research focused on facing direction and location of each buildings. The results of this paper are to explain the layout of Chinese settlements in Salatiga and also the factors that affect it.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library