Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kintan Allisya Andini
"Femvertising oleh SheKnows Media (2014) adalah salah satu konsep iklan modern yang mengangkat isu tentang pemberdayaan perempuan. Dengan memanfaatkan pesan emosional, femvertising dapat meraih keterlibatan khalayak yang tinggi terutama pada khalayak perempuan. Dove merupakan salah satu brand kecantikan dan perawatan diri yang menerapkan konsep periklanan femvertising pada setiap kampanye mereka. Riset ini menganalisis bagaimana konten femvertising Dove berdasarkan 5 (lima) pilar femvertising dari Becker-herby (2016) yaitu penggunaan beragam talent perempuan, pesan pro-perempuan, menantang stereotip perempuan ‘ideal’, tidak bersifat sensual dan menampilkan perempuan secara otentik. Metode yang digunakan adalah analisis konten dengan berfokus pada konten femvertising Dove yang diunggah di Instagram mereka pada periode Oktober 2021 - Oktober 2022. Temuan riset ini menunjukkan bahwa kelima pilar femvertising hadir pada semua kampanye femvertising Dove, dengan penekanan yang berbeda-beda pada tiap jenis kampanye. Secara umum pilar yang paling dominan adalah pesan pro-perempuan dan menampilkan perempuan secara otentik.

Femvertising by SheKnows Media (2014) is one of the modern advertising concepts that raises the issue of women's empowerment. By utilizing emotional messages, femvertising can achieve high audience engagement, especially in female audiences. Dove is a beauty and self-care brand that applies the concept of femvertising to each campaign. This research analyzes how Dove's femvertising content based on the 5 (five) pillars of femvertising from Becker- herby (2016), namely utilization of diverse female talents, pro-female messages, challenging the stereotype of 'ideal' women, not sensual, and presenting women authentically. The method used is content analysis by focusing on Dove's femvertising content uploaded on their Instagram from October 2021 - October 2022. The findings of this research show that the five pillars of femvertising are present in all of Dove's femvertising campaigns, with different emphases on each type of campaign. In general, the most dominant pillar is a pro-woman message and presenting women in an authentic way."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Nur Rafaah
"Femvertising atau strategi periklanan yang membawa citra pro perempuan dinilai akan membawa perubahan nyata untuk pemberdayaan perempuan. Femvertising berupaya untuk menyampaikan pesan melalui role model. Namun, pembingakaian karakter yang dibawakan oleh role model tersebut bisa berpotensi untuk menyadarkan perempuan terhadap kesalahan pada diri mereka karena tidak mampu menjadi seperti mereka. Kampanye Women Who Shine oleh merek perawatan rambut Pomelo+Co. ingin memberikan motivasi melalui perempuan maskulin yang menjadi model iklan mereka. Artikel ini menganalis secara semiotik bagaimana penggambaran perempuan maskulin dapat menjauhkan perempuan dari cita-cita feminis yaitu kebebasan. Hasil penelitian menujukkan bahwa pembingkaian karakter maskulin yang terlalu kuat akan memberikan rasa tidak percaya diri pada perempuan dan berpotensi menyalahkan diri mereka. Kemudian penggambaran karakter maskulin pada kampanye ini hanya akan memberi pelabelan lain pada perempuan. Hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa femvertising hanyalah cara baru sebuah merek untuk mendapatkan keuntungan dengan mengeksploitasi feminisme.

Femvertising or an advertising strategy that carries a pro-women image is considered to bring real change for women's empowerment. Femvertising attempts to convey messages through role models. However, the characterization of the role models can potentially make women realize the faults in themselves for not being able to be like them. The Women Who Shine campaign by haircare brand Pomelo+Co. seeks to provide motivation through the masculine women who model their ads. This article analyzes semiotically how the portrayal of masculine women can keep women away from the feminist ideal of freedom. The results show that the framing of masculine characters that are too strong will give women a sense of insecurity and potentially blame themselves, then the depiction of masculine characters in this campaign will only give another label to women. Other results show that femvertising is just a new way for brands to profit by exploiting feminism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Azzahra Sembada
"Skripsi ini mengeksplorasi pengaruh femvertising pada sikap konsumen Indonesia, dengan fokus pada hubungan antara pesan-pesan femvertising dan persepsi terhadap perusahaan. Femvertising menantang peran gender tradisional dengan memberdayakan perempuan melalui kampanye iklan. Dampaknya pada sikap konsumen Indonesia masih kurang diteliti. Penelitian ini mengisi kesenjangan tersebut dengan menyelidiki efek femvertising pada sikap konsumen. Temuan menunjukkan pengaruh positif pada sikap terhadap perusahaan, mencerminkan respon positif konsumen Indonesia. Namun, dukungan terhadap hak-hak perempuan dan identifikasi diri sebagai feminis memengaruhi sikap terhadap femvertising secara negatif. Memahami nuansa sikap konsumen Indonesia penting bagi pengiklan untuk menyusun strategi dan membentuk persepsi merek yang positif di antara konsumen Indonesia.

This thesis explores femvertising's influence on Indonesian consumer attitudes, focusing on the relationship between femvertising messages and perceptions of the company. Femvertising challenges traditional gender roles by empowering women in ad campaigns. Its impact on Indonesian consumer attitudes remains understudied. The study fills this gap by investigating femvertising's effects on consumer attitudes. Findings reveal positive influence on attitudes toward the company, resonating with Indonesian consumers. However, support for women's rights and feminist self-identification negatively affects femvertising attitudes. Understanding nuances in Indonesian consumer attitudes is vital for advertisers to tailor strategies, fostering positive brand perception among Indonesian consumers."
Depok: Fakultas Ekonomi dan BIsnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inez Gabrina
"Femvertising (iklan yang menampilkan perempuan dengan citra positif dan memberdayakan) merupakan strategi pemasaran yang saat ini cukup marak digunakan oleh perusahaan. Dengan femvertising, diharapkan perusahaan akan terhubung dengan lebih baik dengan target konsumen dan mendapatkan sikap yang positif terhadap brand mereka. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis variabel anteseden dari attitude toward femvertising yaitu perceived congruence, perceived authenticity, public self-consciousness, social anxiety dan need for emotion dan bagaimana pengaruh sikap terhadap femvertising pada brand attitude, purchase intention dan e-WOM intention. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner pada 294 sampel, data diolah untuk kemudian dianalisis menggunakan SEM dan aplikasi AMOS. Hasil analisis menunjukkan bahwa perceived congruence, perceived authenticity dan public self-consciousness berpengaruh positif terhadap attitude toward femvertising, sedangkan social anxiety tidak berpengaruh secara signifikan dan need for emotion berpengaruh signifikan namun tidak secara positif. Ditemukan juga bahwa attitude toward femvertising berpengaruh positif secara signifikan terhadap brand attitude, purchase intention dan e-WOM intention. Penelitian ini memberikan kontribusi secara akademik dan implikasi manajerial mengenai strategi pemasaran dan periklanan dengan menggunakan isu pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender untuk menciptakan sikap yang positif sehingga berujung pada niat membeli.

Femvertising (ads that present women with an empowered and positive image) is a marketing strategy that is currently being widely used by companies. With femvertising, it is hoped that companies will better connect with target consumers and gain a positive attitude towards their brand. This study aims to analyze the antecedent variables of attitudes towards femvertising, namely perceived congruence, perceived authenticity, public self-consciousness, social anxiety and need for emotion and how attitudes towards femvertising influence brand attitudes, purchase intentions and e-WOM intentions. The research was carried out by distributing questionnaires to 294 samples, then the data was processed and analyzed using SEM and the AMOS application. The results show that perceived congruence, perceived authenticity and public self-consciousness have a positive effect on attitudes towards femvertising, while social anxiety has no significant effect and need for emotion has a significant but not positive effect. It was also found that attitudes towards femvertising has a significant positive effect on brand attitudes, purchase intentions and e-WOM intentions. This research contributes academically and has managerial implications regarding marketing and advertising strategies by using the issue of women's empowerment and gender equality to create positive attitudes that lead to purchase intentions."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrea Maheswari Erli Putri
"Pada tahun 2020, Sephora meluncurkan kampanye The Unlimited Power of Beauty dalam tiga bentuk: film pendek, serial dokumenter, dan iklan cetak. Alih-alih menantang standar kecantikan tradisional, Sephora berupaya memberdayakan penonton melalui pola pikir bahwa setiap orang memiliki kekuatan kecantikan batin yang tidak terbatas. Berpandu studi sebelumnya tentang femvertising dan postfeminisme, menggunakan teori tata bahasa visual Kress dan van Leeuwen dan kerangka analisis wacana kritis Norman Fairclough, film pendek dan video dokumenter dianalisis untuk melihat bagaimana elemen visual dan auditori mereka disatukan untuk membentuk makna di dalam konteks feminisme interseksional. Meskipun elemen multimodal diimplementasikan secara koheren dengan teori tata bahasa visual dan sangat terhubung dengan setiap urutan, kampanye tersebut gagal untuk menyorot masalah feminisme interseksional dan malah memunculkan masalah sensibilitas postfeminisme. Hasil ini menunjukkan bahwa feminisme yang ditampilkan dalam kampanye ini adalah bentuk terapi individualisme yang didukung oleh neoliberalisme.

In 2020, Sephora launched The Unlimited Power of Beauty campaign in three forms: a short movie, a documentary series (docuseries), and printed advertisements. Instead of challenging traditional beauty standards, Sephora seeks to empower the audience through the mindset that everyone has the unlimited power of inner beauty. Guided by previous studies about femvertising and postfeminism, using Kress and van Leeuwen’s visual grammar theory and Norman Fairclough’s critical discourse analysis framework, the short movie and docuseries videos were analysed to see how their visual and auditory elements are put together to form a meaning within the context of intersectional feminism. Although the multimodal elements are implemented coherently to the visual grammar theory and strongly connected to each sequence, the campaign failed to address any intersectional feminism issues and instead posit an issue of postfeminism sensibility. This result suggests that the feminism shown in this campaign is a self-therapy endorsed by neoliberalism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library